Transformasi Diri
Tidak lama lagi kita akan mengakhiri tahun 2024 dan segera akan kita jelang tahun 2025. Pergantian tahun tentu sangat lekat dengan perubahan dan perubahan ini memerlukan sebuah kesadaran dalam perspektif Islam. Pergantian waktu tidak hanya sekedar peralihan antara satu waktu ke waktu yang lain tetapi ini harus diikuti dengan transformasi diri.
Ada salah seorang santri dari keluarga yang biasa-biasa saja bahkan dia termasuk keluarga yang tidak mampu. Namun santri ini memiliki spirit yang luar biasa untuk tholabul ilmi, dia sekalipun tempat tinggalnya ini dekat dengan pesantren tapi kepingin sekali menimba ilmu di pesantren. Suatu saat ketika orang tuanya ini mendapatkan pekerjaan karena orang tuanya ini adalah seorang tukang becak. Tiba-tiba ada seorang pengurus pesantren yang meminta untuk membawakan barang-barang logistik ke pesantren, dia tidak menduga bahwa pesantren dimaksud itu adalah pesantren di mana anaknya itu belajar di sana. Begitu masuk pesantren betapa malunya orang tua dia, berharap tidak ada kawan-kawan anaknya yang mengetahui. Tetapi ketika dia memasuki pesantren ternyata ada kawan anaknya yang mengetahui lalu dia buru-buru mencari anaknya itu. Lalu dia bilang “Itu Bapakmu ada di sana. Bapakmu ada di sana”. Anaknya tidak malu bahwa Ayahnya adalah seorang tukang becak. Setelah dia mengirim barang logistik itu ke pesantren dia membayar rasa malunya dengan tidak mahu lagi menarik becaknya sehingga selama sepekan keluarga itu tidak mendapatkan apapun, tidak mendapatkan penghasilan setelah satu pekan. Ibunya datang ke pesantren dan memanggil anaknya, dia bilang “Bapakmu sudah tidak narik becak lagi kerana malu mengirim barang logistik ke pesantrenmu dan kalau Bapakmu tidak menarik becak mungkin kamu harus segera keluar dari pesantren tidak ada biaya”. Di saat itulah kemudian si santri ini memiliki apa yang disebut dengan satu menit kesadaran dia memiliki kesadaran baru. “Aku akan merubah rumah ini menjadi istana, aku harus menjadi orang yang cerdas, aku harus menjadi orang yang sukses untuk memuliakan orang tua Birrul Walidain”. Maka setelah ia menyelesaikan Madrasah Aliah kemudian dia bergegas menuju ke ubid Syarif Hidayatullah. Di sanalah ia menimba ilmu. Disanalah satu tahap demi tahap ia lalui dan sekali lagi karena kesadaran yang luar biasa ini dia mampu melakukan transformasi diri. Dia menjadi motivator yang luar biasa, dia mampu membuat 5.000 bahkan 10.000 orang itu terinspirasi oleh kisahnya. Dia adalah seorang anak tukang becak yang kemudian menjadi seorang motivator nasional, buku-bukunya best seller dikisahkan dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Dia mampu menginspirasi banyak orang.Inilah saatnya kita perlu merenungkan setiap pergantian waktu dengan melakukan transformasi diri. Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung dan barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin maka dia termasuk orang yang rugi dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia termasuk orang yang celaka”.
Pemateri : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag
Source: https://youtu.be/3hCobuGrTzE