Taubatnya Pemuda Berandal
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Rabu 26 Juni 2024
Pemateri : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Sebuah kisah yang cukup kita perlu mengenal seorang yang bernama Bisyr bin al-Harits al-Hafi nama lengkapnya adalah Abu Nasir Bisyr bin al-Haris al-Hafiz; lahir di kota Merv pada 7607 Masehi dan wafat di kota Baghdad pada tahun 141 Masehi kisah pertobatan dari seorang pemuda berandal, pemabuk dan gemar bermaksiat. Ini dapat dilihat dalam salah satu kitab yang ditulis oleh Fariduddin al-Attar yang bertitel Tadzkiratul Auliya’. Suatu hari dalam keadaan mabuk Bisyr ia berjalan terhuyung-huyung tiba-tiba ia menemukan secarik kertas yang bertuliskan “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” Bisyr lalu kemudian beli minyak mawar yang kemudian minyak itu ia percikkan ke dalam kertas itu dan ia simpan dengan penuh hati-hati di rumah. Malam harinya salah seorang ulama di tempat di mana Bisyr Ini tinggal, dia bermimpi dan dalam mimpinya seorang ulama yang ini diminta untuk menyampaikan pesan kepada Bisyr dan isi pesannya itu adalah “Engkau telah mensucikan namaku maka aku pun telah mensucikan namamu, Engkau telah mengharumkan namaku maka aku pun telah mengharumkan namamu, Engkau telah memuliakan namaku maka aku pun telah memuliakan namamu, demi kebesaranku niscaya kuharumkan namamu baik di dunia dan akhirat”. Orang saleh ini hampir tidak percaya jangan-jangan mimpiku ini salah karena dia tahu betul Bisyr ini adalah pemuda yang gemar bermaksiat. Oleh karena itu ia kemudian bersuci melaksanakan shalat dan istirahat kembali. Lagi-lagi dia bermimpi hal yang sama lalu ia ulangi lagi mimpi hal yang sama. Keesokan harinya barulah dia datangi rumah Bisyr al-Hafi untuk menyampaikan pesan itu tentangnya bilang Bisyr saat ini tidak berada di rumah ia sedang mengunjungi pesta miras, ia datangi tempat di mana orang sedang menyelenggarakan pesta miras di sana ada Bisyr al-Hafi lalu ia sampaikan pesan itu kemudian Bisyr ini menyampaikan pesan pada kawan-kawannya “Wahai sahabat-sahabatku hari ini aku dipanggil aku berpamitan dengan kalian semuanya dan ini adalah pertemuan terakhir karena aku tidak akan lagi bersama kalian”.
Sejak itu Bisyr ini mengalami perubahan yang luar biasa perilakunya, akhlaknya sungguh menunjukkan kesalahan pribadinya dan sejak itu pula Bisyr kemanapun ia pergi ia tidak lagi mengenakan alas kaki maka ia disebut sebagai al-Hafi orang yang berjalan tanpa alas kaki dan selanjutnya Bisyr bin al-Hafi ini benar-benar melaksanakan titah perintah Allah, dia menyadari bahwa kehidupan yang kelam pada masa lalu ia dihapus dan diganti dengan sederet amal-amal kebajikan ini sejalan dengan firman Allah yang termaktub di dalam surah Al Maidah ayat 39 “Dan barangsiapa yang bertaubat setelah kezaliman yang ia lakukan lalu ia memperbaiki diri maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” ayat ini menjelaskan kepada kita sebesar apapun dosa manusia seberat apapun kesalahan yang dilakukan oleh manusia maka Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sepanjang ia bertaubat maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.