Refleksi Hari Guru
Tepat pada tanggal 25 November ini semua merayakan dan memperingati yang namanya Hari Guru. Pertanyaan mendalam dan mendasar; apa dan bagaimana posisi guru ataupun murabbi di dalam Islam? Berbicara tentang guru maka hakikatnya guru adalah orang yang sangat penting dan berjasa di dalam hidup dan kehidupan kita. Ulama membagi paling tidak orang tua ada dua yang pertama ada orang tua secara jasadiah orang tua ayah dan ibu kita, ada juga yang kedua orang tua sebagai ruhiah kita yaitu mereka para guru, para dosen dan para masyaikh kita. Maka wajib bagi kita untuk ber-Birrul Walidain baik kepada guru baik kepada orang tua ayah ibu ataupun guru dan dosen kita. Oleh sebab itu di dalam Kitab Hikmatul Isyraq disampaikan “Seandainya tidak ada guru niscaya aku tidak mengenal Tuhanku”. Betapa urgennya posisi seorang guru yang mengantarkan kita untuk mengetahui syariatnya Allah dan mengetahui terkait dengan Allah Azza Wa Jalla. Oleh sebab itu apa yang disampaikan oleh Sayyidina Ali yang ditulis oleh Syeikh Azar Muji di dalam Kitab Ta’limul Muta’alim mengingatkan kepada kita betapa pentingnya guru di dalam diri dan kehidupan kita ketika kita ingin mendapatkan ilmu yang barokah dan keberkahan dalam konteks Birrul Walidain kita kepada guru dan dosen kita.
Sayyidina Ali Karamallahu Wajha menyampaikan ”Aku adalah hamba sahaya dari orang yang mengajariku walau hanya satu huruf. Jika ia mau maka ia boleh menjual dan jika ia mau maka ia boleh menjadikan aku sebagai budaknya”. Betapa makna mendalam dari statement daripada Sayyidina Ali Karamallahu Wajha yang mengagungkan dan menghargai guru atau dosennya karena tahu bahwa keberkahan ilmu hanya akan kita dapatkan ketika kita hormat kepada guru dan dosen kita. Oleh sebab itu Rasulullah pernah menyampaikan “Rasulullah sebagai kotanya ilmu dan Sayyidina Ali sebagai pintunya ilmu”. Kenapa Sayyidina Ali bisa menjadi Alim dan berkah ilmunya sampai dianggap sebagai Babul Ilmi? Kuncinya karena beliau hormat terhadap guru, terhadap masyik dan juga Birrul Walidain kepada orang tua; baik orang tua yang jasadiah ayah ibu maupun orang tua rohaniah yaitu para guru dan masyaikh kita.
Banyak Ulama kita di Nusantara Syeikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari menjadi ulamanya ulama Nusantara. Salah satu wasilahnya adalah beliau hormat kepada gurunya, hormat kepada orang tuanya sehingga keberkahan futuh muncul di dalam diri dan kehidupannya. Dulu beliau berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan kemudian diperintahkan oleh Beliau untuk mencari cincin yang hilang yang merupakan milik Buyai. Beliau dengan sigap kemudian mencarinya bahkan beliau rela untuk berkotor-kotoran diri tetapi beliau ingat bahwa keberkahan ilmu akan didapat dengan kita memuliakan guru-guru kita. Oleh sebab itu marilah di dalam momentum yang mulia ini kita semuanya senantiasa paling tidak mengirimi Fatihah kepada guru kita baik yang masih hidup maupun yang sudah tiada. Karena dengan Barokah Fatihah itu akan memberikan keberkahan dalam diri kita dan marilah kita untuk ber-Birrul Walidain baik kepada orang tua kita maupun guru dan dosen kita.
Pemateri : Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I.
Source: https://youtu.be/PjiwtrqldeQ