Menyikapi Makanan Sebagai Simbol Keduniaan

Surah ‘Abasa ayat 24 فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ اِلٰى طَعَامِهٖٓۙ “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. Kita tahu yang namanya makanan minuman itu yang paling dicari manusia, di mana-mana yang dicari kuliner-kuliner-kuliner. Memperhatikan makanan itu bermakna luas tidak sekedar apa yang di hadapan kita di piring kita jadi masakannya-rasanya tetapi memperhatikan makanan itu juga kita melihat bahan makanannya tentu harus yang halalan thayyiban, cara memperolehnya halalan thayyiban. Kemudian cara memasaknya halalan thayyiban, kalau memasak juga kita perhatikan mulai dari alat masak, bahan masak, bumbu masak, itu diperhatikan dalam dunia makanan. Kemudian yang sangat penting juga adalah uang yang kita gunakan untuk membeli bahan makan, bumbu masaknya, alat masaknya dan sebagainya termasuk bayar kalau kita makan di warung. Memperhatikan makanan itu luas termasuk gizi makanan. Itu Imam Ghazali mengatakan bahwa sumber penyakit itu sesungguhnya ada di perut. Pendapat beliau artinya perut itu yang seputar makanan minuman di satu sisi itu menyehatkan kita makanan minuman menumbuhkan tetapi di sisi lain itu bisa menjadi sumber penyakit.
Makanan minuman itu sebagai simbol keduniaan “Food and drink is the symbol of world life”. Jadi makanan minuman itu simbol keduniaan. Keduniaan itu apa? Keduniaan itu sandang, pangan, papan, kendaraan, uang jabatan dan sebagainya.
Masalah-masalah yang kita hadapi jadi banyak manusia yang tidak memperhatikan makanannya, karena yang diperhatikan cuma apa yang ada di piring itu dia tidak mikir bagaimana cara sehingga makanan sampai di depan piring di depannya itu halal. Di dalam hal ke dunia ini tadi satu hadits riwayat Imam Bukhari; ini hadits yang sangat populer dan Insya Allah Shahih “Kekayaan itu bukanlah banyaknya harta benda yang dimiliki tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa pengendalian nafsu”. Juga di hadits lain riwayat Imam Baihaqi Nabi secara pendek menyatakan alqaitu jfna yang namanya qanaah menerima apa adanya dari Allah itu adalah pusaka yang tidak bisa hilang. Mari kita sangat berhati-hati menyikapi dunia khususnya makanan minuman, sebentar lagi Ramadhan nanti awal Maret. Ramadhan itu adalah beri solusi kepada manusia yang kebanyakan manusia ternyata lena terhadap keduniaan. Jadi tidak makan tidak minum itu sebenarnya pengendalian keduniaan karena makanan minuman itu simbol dari keduniaan. Sehingga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam di dalam satu hadits beliau ini diriwayatkan Imam Bukhari Insya Allah Shahih sampai-sampai Nabi itu berdoa pada Allah “Allahumma, Ya Allah hidupkan aku dalam keadaan miskin, matikan kami wafatkan kami dalam keadaan miskin. Dan kelak bangkitkanlah kami pada hari kiamat. Ketika aku kembali bangkitkan kami ke dalam kelompok orang-orang miskin”. Manusia itu sejatinya miskin, bahkan lebih bawah dari miskin yaitu fakir “Hai manusia kamu itu fakir terhadap Allah”. Fakir itu artinya apa? Fakir itu artinya ora duwe opo-opo, ora iso opo-opo, ora nggowo opo-opo, ora ana apa-apa itu fakir. Lahir nggak bawa apa-apa, nggak bisa apa-apa, nanti mati juga sama nggak bisa apa-apa enggak bawa apa-apa kecuali amalnya, semua ditinggal dan umur kita di dunia sangat-sangatlah pendek. Karena satu ayat mengatakan “Satu hari akhirat 1000 tahun di dunia”, ayat lain mengatakan “5.000 tahun dunia”. Jadi kalau sekarang umurnya 100 tahun cuma 2,4 jam di akhirat tidak sampai 3 jam.Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi petunjuk kepada kita agar kita tidak salah menyikapi terhadap dunia. Tidak salah menyikapi sandang pangan papan kendaraan uang jabatan dan sebagainya, jangan sampai rakus. Semuanya miliknya Allah dan semua akan dipertanggungjawabkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita.
Pemateri : Drs. M. Muhtar Arifin S, M.Lib
Source: https://youtu.be/f0I_2cc_tVo