Menunda Amal, Menunggu Waktu Longgar Adalah Kebodohan Diri
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur Kamis
Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I
Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Salah satu hikmah dari Kitab Hikam Karya Ali Imam ibahakandari “Penundaan untuk melakukan amal-amal baik menunggu wujudnya waktu yang luang yang longgar adalah bagian dari kebodohan diri” pada hikmah ini imamillah mengingatkan pada para murid agar bersegera melakukan amal saleh termasuk dalam cakupan amal saleh adalah ibadah ritual, ibadah mahdhah seperti shalat puasa zakat haji shodaqoh infaq dan seterusnya termasuk juga beberapa wazifah para murid termasuk murid yang punya wazifah. Umpama membaca kalimah thayibah 165 kali setiap ba’da shalat lima waktu atau yang punya wazifah dzikir berzikir dalam hati lafal Allah, sekian banyak setiap setelah waktu shalat termasuk juga amalan ibadah giru mahdhah termasuk silaturahim mengajar belajar dan seterusnya; kalau semua itu ditunda oleh seseorang dengan alasan masih sibuk masih banyak kewajiban yang harus ditunaikan hal demikian dinilai oleh beliau sebagai sikap yang bodoh. Mengapa bodoh? Karena satu penangguhan suatu amal baik menunggu waktu yang longgar itu menggantungkan suatu amal kepada keadaan yang tidak dalam genggaman dia siapapun tidak bisa memastikan bahwa yang sekarang hidup sehat wal-afiat selamat bahwa nanti besok pekan depan bulan depan dan seterusnya dia masih dalam keadaan yang sama yang sekarang sibuk karena masih menjabat karena masih banyak anak dengan segala kewajiban orang tua mereka apakah setelah sekian waktu sekian tahun akan ada waktu yang lebih longgar tidak pasti. Bahkan dalam banyak keadaan orang yang sekarang sibuk ternyata waktu depan lebih sibuk jabatannya menjadi lebih banyak konsekuensinya saja hak dan kewajibannya menjadi lebih banyak lagi belum lagi faktor-faktor yang di luar kemampuan prediksi manusia termasuk umur kesehatan yang kita punya. Bahkan andai kata siapapun dari kita suatu ketika nanti ternyata benar-benar ada waktu longgar tidak ada jaminan bahwa niatan yang dulu ada untuk beramal saleh niat itu tetap ada karena niat itu ada dalam hati kita dan hati itu meskipun milik kita masing-masing tetapi tidak akan pernah disebut sebagai hatibun kecuali karena hati itu memang mudah berbalik dari keadaan A menjadi B dan kembali ke A atau bahkan berubah menjadi C dan seterusnya, karena itu ada peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Munafiqun ayat 15 menyatakan “Berikan nafkah dari apa yang aku rezekikan pada kamu sebelum datang padamu kematian maka ketika itu akan berkata berdoa wahai Tuhan hendaklah engkau undur aku untuk tempo yang sebentar saja agar aku sempat untuk sedekah dan aku akan menjadi orang yang saleh” ayat ini memang berkaitan dengan infaq salah satu dari bentuk amal ibadah amal saleh seorang muslim. Tetapi tentu saja untuk ibadah dan amal saleh yang lain bisa berlaku analog siapapun yang punya niatan amal ibadah amal saleh apapun bentuknya jangan ditunda yang bisa dilakukan sekarang lakukanlah sekarang karena kita pun tidak tahu besok apakah masih hidup besok apakah masih tetap sehat wal-afiat besok apakah tetap ada kemungkinan dan kemampuan untuk melakukannya karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memberikan nasihat kepada kita tentang beberapa kemungkinan yang bisa menimpa siapapun di kemudian hari Rasul bersabda “Bersegeralah lakukan amal-amal saleh” dengan mempertimbangkan tujuh hal; kamu semua tidak menunggu pada waktu-waktu yang akan datang kecuali kemungkinan-kemungkinan berikut satu fakir yang banyak dilupakan orang yang kaya tidak akan pernah membayangkan bahwa besok akan menjadi fakir kekayaannya hilang bahkan berkurang pun tidak karena semangatnya dalam bidang harta semua kepengin bertambah dan bertambah terus atau kemungkinan yang lain adalah kekayaan yang tetap berkelimpahan tetapi kekayaan itu membuat seseorang yang bersangkutan mutuian menjadi lacut menyimpang dari aturan dan itu potensi yang ada pada siapapun tambah besar kekayaan dimiliki seorang maka kemungkinan untuk melanggar aturan syariat menjadi lebih terfasilitasi marsidan kemudian yang ketiga adalah tertimpa penyakit yang merusakkan diri ada orang berniat umrah ditunda ternyata tahun depan akan umrah sudah terkena stroke dan tidak akan pernah melakukan umrah lagi ada orang menunda kepengin menikahkan anaknya tahun depan saja atau bahkan bulan depan karena sekarang baru bulan Muharram Sura pantangan untuk menikahkan ternyata besok dia sudah wallahualam atau diberikan umur panjang ternyata dalam kehidupan yang umur tua itu dia terkena penyakit pikun banyak lupa tidak lagi baik ingatannya berkurang juga kecerdasannya atau bahkan dia didatangi kematian yang ternyata memang sudah siap menanti siapapun atau kalau belum semua itu datang yang datang adalah Dajal dan Dajal itu hal ghaib yang sangat buruk bahkan mungkin juga yang dialami oleh siapapun adalah kiamat dan kiamat itu disan oleh Nabi sebagai Adha wa Amar sangat pahit siapapun perlu berdoa semoga tidak mengalami kiamat itu amin ya rabbal alamin.
Untuk mengingatkan pentingnya peringatan hikmah kali ini penting juga kita ingat yang sudah pernah disampaikan di depan oleh Beliau “Kamu punya semangat untuk hal-hal yang sudah dijamin oleh Allah urusan rezeki dibarengi dengan sembrono dalam tugas dan kewajiban kita sebagai Abdullah sebagai hamba Allah untuk beribadah untuk beramal saleh itu bukti bahwa mata batin kita sudah tumpul bahkan sudah buta hati naudzubillah.
Kata akan besok artinya menunda-nunda adalah bagian dari tentara iblis. Semoga Allah menjaga kita untuk tetap istiqomah dalam iman Islam kita dan berikut Ibadah dan amal saleh amin ya rabbal alamin.
Source: https://youtu.be/fwMCP_HldQU