Pemateri: Prof. Drs. Widiyanto, M.Si., Ph.D.
Al-Isra 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Tafsir Al Almadinah Al Munawarah. Markas takzim Al-Qur’an di bawah pengawasan Syekh Profesor Dr Abdul Imad Zuhair Hafid, Profesor Fakultas Al-Qur’an Universitas Islam Madinah. Apa yang dia tafsirkan. Dan janganlah kamu mengatakan apa yang tidak kamu ketahui. Sekali lagi janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak mengetahui. Namun pastikanlah kebenarannya terlebih dahulu sebelum kalian mengatakannya. Sesungguhnya manusia pada hari kiamat akan ditanya tentang pendengarannya. penglihatannya dan hatinya. Sesungguhnya hukum-hukum yang mulia itu akan dipertanggungjawabkan manusia pada hari kiamat. Ini kita diminta untuk hati-hati ketika kita mengatakan sesuatu kepada orang lain. Harus dicek dulu kebenarannya. Apa yang disampaikan itu benar atau tidak. Apalagi menyampaikan informasi terkait dengan data. Apalagi terkait informasi dengan orang lain. Dan juga ketika tentang dirinya pun harus di dicek gitu.
Kemudian tafsir yang lain, tafsir Al Mukhtasar, tafsir Riyad di bawah pengawasan Syekh Dr Sahih bin Abdul Abdullah bin Hamid, Imam Masjidil Haram. Dalam tafsir ini tekankan “Wahai anak Adam, janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui”. Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Berarti ta’lid. Sehingga kamu hanya mengikuti prasangka dan insting belaka. Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui sehingga kamu hanya mengikuti prasangka atau insting belaka. Ini berarti jalan tanpa kepastian, tanpa petunjuk. Sebab manusia pasti akan mempertanggungjawabkan baik buruknya penggunaan alat pendengaran, penglihatan, dan hati. Yang baik akan diberikan pahala dan ganjaran, sedangkan yang buruk akan diberikan hukuman dan azab. Berarti kita ngomong, menyampaikan, mengerjakan itu harus hati-hati.
Kemudian dari tafsir yang lain, tafsir min fatil qadir ya. Syekh Dr Muhammad Sulaiman Alqar Madaris tafsir Universitas Islam Madinah. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui, tidak mempunyai pengetahuan tentangnya”. Ini tuntutan kita harus memang mengetahui secara persis tentang apa yang kita sampaikan, apa yang kita kerjakan. Di sini ada penegasan. Allah melarang manusia mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui atau melakukan suatu amalan tanpa berdasarkan ilmu. Ada penekanan kaitannya dengan kita sekarang. Sedang bekerja. Berarti melakukan suatu amalan tanpa berlandaskan ilmu seperti menjelekkan atau menduduk orang lain tanpa dasar dan mengikuti firasat atau prasangka semata, nuduh orang tanpa bukti hanya prasangka. Kemudian selanjutnya, “Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban”. Kita ini pemilik anggota tubuh, pemilik anggota tubuh akan ditanya untuk apa ia gunakan. Karena anggota tubuh tersebut hanya sebatas alat. Apabila digunakan dalam kebaikan, maka pemiliknya berhak mendapatkan pahala. Dan apabila ia gunakan untuk keburukan, maka pemiliknya berhak mendapatkan siksa.
Tafsir selanjutnya tafsir Assa’ad Sa’di. Syekh Abdurrahman bin Nasir Ass’di pakar tafsir abad ke-14 Hijriah. Jadi maksud dari surat Al-Isra ayat 36 tadi menurut tafsir ini, “Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui, namun telitilah setiap apa yang hendak kamu katakan dan kerjakan”. Kita diminta untuk meneliti, mencermati apa yang kita katakan dan apa yang kita kerjakan. Ngerti enggak yang kita kerjakan itu? Janganlah pernah sekali-kali menyangka semua itu akan pergi tanpa memberi manfaat bagimu dan bahkan mencelakakanmu. Harus pikir-pikir ini memberikan manfaat atau memberikan mudharat. “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya”. Kemudian dalamanya sudah sepantasnya seorang hamba yang mengetahui bahwasanya dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang segala sesuatu yang telah dia katakan dan perbuatan serta cara permasalahan anggota badan yang telah diciptakan untuk beribadah kepadanya. Untuk mempersiapkan tanggung jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Akan ditanyai nanti yang kita lakukan itu kita melakukannya waton atau berdasarkan pengetahuan yang benar. Hal itu tidak bisa terlaksana kecuali dengan menggunakan hanya dalam rangka pengabdian diri atau beribadah kepada kepada Allah. Orang akan sadar tentang pertanggungjawaban itu kalau dalam konsep pikiran kita bahwa yang kita lakukan itu dalam rangka ibadah. Mengikhlaskan agama ini hanya untuknya, yaitu untuk Allah dan mengekangnya dari setiap yang dibenci Allah.
Kemudian ini tafsir yang dari Indonesia, Hidayatul Insan bil tafsir Al-Qur’an Ustaz Marwan Haditi bin Musa MPdI. Dalam tafsir ini jelaskan, “Bahkan perhatikan dahulu keadaannya dan pikirkan dahulu akibatnya jika kau hendak mengucapkan atau melakukan sesuatu.” Sekali lagi hendaklah dipikirkan keadaan dahulu dan pikirkan dahulu akibatnya jika engkau hendak mengucapkan atau melakukan sesuatu. kira-kira berdampak baik atau berdampak buruk. Apa yang kita kerjakan itu ya harus betul kita ketahui berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu sepatutnya seorang hamba yang mengetahui bahwa ucapan dan perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban. Kita perlu menyiapkan pertanggungjawaban untuknya. Hal itu tentu dengan menggunakan anggota badan untuk beribadah kepada Allah, mengikhlaskan ibadahnya dan menjaga dirinya dari melakukan perbuatan yang dibenci Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi ini mengetahui sesuatu itu, memahami sesuatu itu penting. Segala sesuatunya harus dipahami, diketahui dengan benarnya.
Al-Mulk ayat 2
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
“Yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun”.
Yang artinya dan dia yang menjadikan mati dan hidup supaya dia menguji kamu. Siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya atau optimal amalnya dan dia maha perkasa lagi maha pengampun lagi di sini dia menguji kita semua. Allah akan menguji kita siapa di antara kita itu yang lebih baik amalnya. Di sini dijelaskan bahwa jika seorang muslim sedang melakukan ibadahnya maka dipersiapkan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. baik ilmu pengetahuan yang berkaitan dengannya maupun teknis terlaksana pelaksanaannya. Maka ketika kita melaksanakan ibadah haji ya tentang ilmu haji itu pelaksana haji harus dipahami sehingga nanti kita bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ketika kita mau melakukan shalat, ya kita pahami dulu tentang bagaimana shalat itu. Bukan hanya gerakannya, tapi juga kita memahami makna-maknanya. Kadang kita, pemateri sering bertanya ke mahasiswa itu dari satu tanya kata. Apa kata makna dari iyaka na’budu wa iyaka nasta’in gitu. Diam membisu. Padahal ini bacaan wajib. Ini artinya kita melaksanakan tidak berdasarkan ilmu. Ini berkaitan dengan pekerjaan kita.
Jadi sekarang kalau kita kembali kepada tugas masing-masing. Berarti bagian akuntansi harus paham betul tentang konsep akuntansi sehingga tidak salah dalam melakukan pencatatan-pencatatan. bagian publikasi apalagi ini hati-hati. Bagian publikasi ini harus cermat betul jangan sampai publikasinya nanti menimbulkan masalah. Apalagi disaitkan dengan mendiskreditkan seseorang, apalagi gitu menimbulkan fitnah yang luar biasa dan itu membuat kita sulit membuat bukan membuat suatu pekerjaan itu menjadi clear tapi justru menjadi menjadi rumit. Jadi di sini amanah dan profesionalitas merupakan ciri utama ya orang dalam melakukan pekerja.
Kalau kita singgung dalam surah Al-Anfal ayat 27, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”. Ini kaitannya dengan tadi, harus mengetahui ilmunya. Harus dilakukan secara ikhlas dan kita menjaga amanat yang diberikan kepada kita. Amanat itu bisa amanat dari Allah dan amanat dari sesama manusia. Kita mendapatkan amanah dari pimpinan kita, maka kita sama-sama bisa laksanakan amanat itu atau tugas-tugas yang diembankan kepada kita berdasarkan ilmu. Jadi yang kita tuntut adalah kita meningkatkan pemahaman terhadap apa yang ingin kita kerjakan. Berarti kita meningkatkan profesionalisme kita. Kita tingkatkan terus. Jangan monoton. Nggak ada peningkatan dari hari ke hari, begitu-begitu saja. 5 tahun, 3 tahun, 2 tahun enggak ada peningkatan sama sekali, enggak ada penambahan pengetahuan sama sekali untuk memperbaiki kualitas yang kita kerjakan.
Dari beberapa hal tadi, dari beberapa ayat dan yang kita bacakan tadi dari penafsiran tadi, kita perlu profesionalis. Profesionalitas berdasarkan ilmu yang betul-betul kita pelajari dengan baik dan kita melaksanakan sesuatu itu dengan ikhlas. Ada hadits mengatakan Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang melaksanakan suatu pekerjaan maka pekerjaan tersebut dilakukan dengan etcon.” Itu sungguh-sungguh teliti. Dilakukan secara profesional.
Intinya adalah marilah kita sama-sama sebagai orang yang diberi amanah untuk melaksanakan tugas di Yayasan ini. Mari kita sama-sama selalu tingkatkan ilmu kita terkait dengan bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan ini dengan lebih baik sehingga kualitas-kualitas pekerjaan kita bisa semakin hari semakin semakin baik. Dampaknya apa? Dampaknya bagi kita adalah karir kita bisa meningkat. Tapi bagi organisasi kinerja juga akan meningkat. Nah, kejayaan organisasi ini, kejayaan Yayasan ini juga akan tergantung pada profesionalisme kita. Kalau profesionalisme kita rendah, ya berarti dikatakan kita kerja kita tidak profesional. Maka organisasi ini juga tidak akan berkembang. Jadi perkembangan organisasi itu akan sangat tergantung pada kemampuan SDM yang dimilikinya.
Marilah kita tingkatkan kemampuan kita, pengetahuan kita, ilmu kita termasuk keterampilan kita dan keikhlasan kita dalam bekerja.
Prof. Drs. Widiyanto, M.Si., Ph.D.
Semoga Allah memberikan jalan yang baik pada kita untuk mencapai itu semuanya. Kita doakan mudah-mudahan Allah memberikan yang terbaik untuk kita, kesempatan-kesempatan bagi kita untuk bisa belajar. Yang ada kesempatan untuk belajar ya belajar ya. Ada training ya ikuti training. Itu dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan kita. Sekali lagi juga jaga mulut kita, jaga tangan kita, jaga pendengaran kita. Supaya kita menggunakan alat-alat yang berikan Allah untuk hal yang benar, hal yang baik, dan kita terhindar dari apa yang Allah peringatkan. Kita terhindar dari siksa api neraka.