Kitab Al-Hikam: Jangan Meminta yang Tidak Seharusnya Kepada Allah
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur Kamis
Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I
Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Hikmah dari Kitab Hikam Imam Ibnu Athaillah beliau menyampaikan “Jangan kamu minta dari Allah agar dia mengeluarkan kamu dari satu keadaan dengan tujuan agar dia mempekerjakan memperamalkan kamu dalam keadaan yang lainnya karena andaikata dia menginginkan kamu untuk diperamalkan dalam keadaan lain bisa tanpa harus dikeluarkan dari keadaan itu” hikmah ini dikomentari oleh seorang Sarh dinyatakan sebagai bagian dari adab orang yang arif makrifat adalah merasa cukup dengan ilmu Allah artinya bahwa apapun yang menjadi keadaan yang ada pada siapapun dari hambanya itu sebagai Qada dan takdir Allah dan semua sudah diketahui oleh Allah karena itu tidak tepat kalau seseorang apalagi mengaku arif makrifat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kemudian merasa tidak nyaman dengan keadaan yang ada sekarang ini karena itu bagi orang yang arif makrifat apapun keadaannya dia akan selalu tetap beribadah dan tetap beramal saleh. Tidak ada menunggu keadaan berubah baru akan beribadah dan beramal saleh setiap keadaan apapun ada ibadah dan amal saleh yang tepat untuk masing-masing.
Ada kisah yang menjadi pelajaran untuk kita semua berkaitan dengan hikmah tersebut yaitu ketika Nabi Ibrahim ditangkap oleh sang raja yang zalim dan akan dihukum mati dengan dilempar ke barah api yang sudah disiapkan dia sudah ditempatkan di manjanik alat pelempar yang akan melemparkannya ke tengah bara api, datanglah kepadanya Malaikat Jibril dan menyatakan “Apakah kamu punya satu hajat?” Malik Nabi Ibrahim menjawab “Untuk hajat kepadamu saya tidak butuh kalau hajat kepada Allah, Iya” kemudian Malaikat Jibril mengatakan “Kalau begitu bermohonlah kepada Allah agar diselamatkan” kemudian mendapat saran itu Nabi Ibrahim menyatakan ”Cukup untukku ilmu Allah Pengetahuan Allah akan keadaanku sehingga aku tidak perlu memintanya” ini satu contoh yang ekstrem bahwa dalam kondisi yang sudah begitu dahsyatnya nyaris meninggal mati karena dibakar api tetapi Nabi Ibrahim tetap merasa nyaman dan dia dengan isyarat wahyu yang dia terima dia merasa cukup dengan ilmu Allah, Allah akan menyelamatkan meskipun dia tidak berdoa keadaan ini tidak salah. Jangan menganggap beliau salah karena tidak berdoa karena dalam hadis Nabi pun dinyatakan Mandul Qur’an siapapun yang disibukkan oleh Al-Qur’an dalam riwayat yang lain menyatakan “Siapa yang disibukkan oleh dzikir kepadaku aku akan memberinya apa yang terbaik dari semua orang yang meminta yang berdoa kepadaku” itu salah satu contoh model menerima keadaan tetapi ada contoh yang sedikit berbeda yaitu ketika Nabi Musa setelah beliau membantu dua orang putri mengambilkan minum untuk unta yang digembalakan keduanya selanjutnya Nabi Musa pergi untuk berteduh di bawah pohon ketika itu dia menyatakan “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku terhadap apa yang kau turunkan dari hal-hal yang baik termasuk rezeki sebagai orang yang membutuhkan?” Nabi Musa dalam kondisi sedang melarikan diri dari Firaun setelah beliau membunuh seorang gibti dengan sekali tempeleng dan ternyata meninggal dia akhirnya melarikan kematian ketika dalam pelarian itulah terjadi kasus ini tentu saja sebagai orang yang sedang dalam pelarian tidak mudah untuk mengakses rezeki tetapi beliau menyatakan pada Allah bukan dengan doa yang sah tetapi dia menyatakan keadaan saya seperti ini dengan mengatakan kefakirannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian tentu saja hal ini memberikan dua sisi contoh bahwa ketika kita menerima keadaan kita selanjutnya cukup dengan pengetahuan Allah dan siap menerima apapun yang diberikan Allah dan yakin itu yang terbaik yang diberikan itu benar tetapi andaikata selanjutnya berdoa bermohon itu pun benar yang tidak benar adalah kalau seseorang menggerutu dengan keadaan yang ada dan lebih tidak baik lagi kalau seseorang menggantungkan amal untuk perubahan keadaan yang diharapkan saya akan berangkat umrah besok kalau sudah longgar anak saya sudah mentas semua sudah menikah semua saya akan wakafkan tanah saya satu petak kalau semua anak sudah menikah dan sudah membangun rumah semua keadaan-keadaan sedemikian sebagai gantungan suatu amal ibadah amal saleh itu tidak tepat ada hadits Nabi yang menyatakan bahwa apapun yang kita terima apapun keadaan yang ada sekarang ini adalah hal yang sudah menjadi bagian masing-masing dari kita.
Nabi mengatakan pada Abu Hurairah Jaqam Bima Anakin riwayat Al Bukhari hadits nomor 4.788 “Wahai Abu Hurairah kalam pencatat takdir sudah kering apapun yang menjadi bagianmu akan kau terima dalam hadis lain dengan sedikit berbeda redaksinya menyatakan pena-pena penulis takdir sudah kering dan catatan amal sudah ditutup artinya catatan takdir siapapun sudah selesai pencatatannya” ini menunjukkan bahwa apapun yang ada sekarang harus diterima dan semua ada tuntutan amal yang sesuai. Andai kata orang sedang sulit bertutur kata dia bisa berdzikir dengan hatinya, ketika seseorang sedang sulit untuk beramal dengan ekonominya dia bisa beramal dengan pikirannya bahkan dengan tenaga fisiknya. Ada kisah yang disampaikan oleh Ibnu Abbad Ar-Rundi dalam kitab Al-Mawahib tentang seseorang yang dia merasa capek dengan usaha keekonomian dia merasa kerja sekian lama masih saja keadaannya sulit secara ekonomi kemudian dia berdoa pada Allah “Ya Allah saya menginginkan bahwa saya bisa melepaskan diri dari capek kerja dan saya cukup setiap hari mendapatkan makanan dua keping roti” doa yang demikian ternyata dikabulkan oleh Allah dengan cara yang dipilih Allah; orang tersebut entah kasusnya apa akhirnya tertangkap oleh polisi dan diproses ternyata adalah dia dipenjarakan sekian waktu selama di penjara itu dia mendapatkan jatah makan dua keping roti setiap hari setelah menjalani sekian lama di penjara di akhirnya termenung dan berpikir “Mengapa saya menjadi seperti ini, doa saya sebetulnya bukan ini kepengin tanpa kerja tapi mendapatkan rezeki yang tetap berjalan terus” ketika termenung itu dia dapat bisikan dalam hati itu dinyatakan “Bukankah itu doa kamu sudah aku kabulkan? Mengapa kau tetap menggerutu juga dari ini?” kita hendaknya dapat pelajaran bahwa menerima keadaan itu penting dan keadaan apapun kita tetap sebagai hamba Allah beribadah dan beramal saleh selanjutnya berdoa semoga Allah memberikan maunahnya untuk menjadi hamba yang saleh bisa beribadah dengan baik bisa mensyukuri seluruh nikmat yang ada dan tentu saja akhirnya kita Husnul Khatimah Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Source: https://youtu.be/NSsmCscubr0