Kesehatan Jiwa Menurut Ajaran Islam dan Badan Kesehatan Dunia
Kita menyimak berita di media sosial akhir-akhir ini betapa banyak peristiwa yang menyayat hati kita; peperangan, pembantaian, pembunuhan, penyiksaan, penipuan, pelecehan, perampokan, perkelahian, terjadi di mana-mana dan semakin hari bukannya semakin berkurang tapi semakin meningkat. Penyebab dari semua itu tidak lain karena manusia sudah banyak yang menderita sakit jiwa dan banyak yang meninggalkan ajaran agamanya. Pertanyaannya: Apa ada hubungan antara sakit jiwa dengan ajaran agama Islam? Menurut badan kesehatan dunia yang ada di bawah PBB yaitu WHO seseorang dikatakan sehat jiwanya minimal harus memenuhi delapan ciri dan Subhanallah ternyata delapan ciri yang ditetapkan oleh WHO sungguh sangat-sangat cocok dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Delapan ciri dari sehat jiwa itu:
- Seorang dikatakan sehat jiwanya manakala ia bisa menyesuaikan diri dengan kenyataan. Meskipun kenyataan itu buruk baginya. Artinya seorang yang sehat jiwanya selalu berpikiran positif terhadap kenyataan yang menimpa dirinya meskipun kenyataan itu buruk. Tidak baik menurut pandangannya, belum tentu itu baik. Tidak baik menurut pandangan Allah ini sesuai dengan Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 216 كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ “Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. Sesuatu yang Engkau anggap tidak baik yang Engkau benci justru itu kebaikan bagimu, sebaliknya boleh jadi sesuatu yang engkau agak baik mendapatkan kenikmatan boleh jadi justru itu yang akan menghancurkan kamu. Ayat ini sangat indah karena ditutup dengan pernyataan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui.
- Ciri yang kedua dari sehat mental atau sehat jiwa adalah dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan dari amal usahanya. Apapun hasilnya orang yang se jiwanya adalah orang yang berorientasi pada proses, bukan pada hasil orientasi usahanya tidak semana-mata hasil tapi usaha yang dilakukan amal shaleh baginya dan akan diupayakan semaksimal mungkin. Jadi kalau ada orang yang orientasi usahanya hanya hasil maka menurut WHO orang tersebut termasuk orang-orang yang terganggu mentalnya atau jiwa. Ini sesuai dengan Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 159 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadanya”.
- Orang dikatakan sehat jiwanya adalah orang yang lebih puas dan lebih bahagia ketika dia bisa memberi dibandingkan dengan ketika dia menerima. Kita diberi-menerima senang, tetapi orang yang sehat mentalnya adalah orang yang ketika dia bisa memberi lebih puas dan lebih bahagia. Mereka gemar bersedekah, mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa jika dia bisa memberi dan bermanfaat pada orang lain. Hal ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah”.
- Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tidak cemas dan tidak tegang dalam menghadapi hiruk pikuk kehidupan duniawi, hatinya selalu tentram karena selalu berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah ayat 28 “Dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati akan menjadi tentram”.
- Orang yang sehat jiwanya yang sehat mentalnya adalah orang yang selalu memberikan pertolongan atau tolong-menolong dan saling membahagiakan. Ketika berhubungan dengan lingkungan orang yang sehat jiwanya selalu menggunakan prinsip ta’awun seluruh hidupnya diabdikan untuk bisa memberikan pertolongan dan manfaat kepada orang lain.
- Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang bisa menerima kejadian yang mengecewakan untuk pelajaran pada masa-masa yang akan datang. Baginya tidak ada sesuatu yang sia-sia kejadian bahkan yang mengecewakan pun dia jadikan sebagai pelajaran untuk masa-masa yang akan datang.
- Orang yang sakit mentalnya adalah orang yang dapat mengarahkan rasa permusuhan pada solusi yang konstruktif dan kreatif. Orang yang sehat jiwanya tidak pernah merasa punya musuh, sebab rasa permusuhannya justru dimanfaatkan untuk mengasah dirinya mencari solusi yang konstruktif dan kreatif.
- Ciri orang yang sehat jiwanya, yang tidak sakit jiwanya yang tidak sakit mentalnya adalah orang yang memberikan kasih sayang dan ingin disayangi. Kalau ada di antara kita inginnya hanya disayangi, dicintai tapi tidak mau menyayangi tidak mau mencintai berarti itu salah satu tanda tidak sehat mentalnya tidak sehat jiwanya.
Ini sangat jelas bahwa status kesehatan jiwa seseorang sangat tergantung dari status keagamaannya. Orang yang bisa melaksanakan ajaran Islam dengan baik akan memiliki derajat kesehatan jiwa yang baik. Menurut badan kesehatan dunia ini bahwa Islam adalah ajaran agama yang bersifat universal cocok untuk seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun bahkan hal-hal yang terkait dengan prinsip kesehatan ternyata sangat relevan dan akan terus relevan sampai hari kiamat. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengaruniakan kesehatan jiwa pada kita semuanya lewat ketaatan kita melaksanakan ajaran agama kita.
Pemateri : dr. H. Masyhudi, AM., M. Kes.
Source: https://youtu.be/oiF61IRQb34