Empat Ikhlas Dalam Perintah Agama (Part 2)
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Senin 15 Januari 2024 Pemateri: Ust. Sukijan Athoillah S.Pdi., M.Pd.
Lokasi: Masjid Abu Bakar Assegaf
Pemateri melanjutkan kajian kultum minggu lalu terkait tentang perintah atau ajaran agama yang membuat empat ajaran pokok yang pertama adalah memperbaiki niat yang baik, berbicara tentang keikhlasan dan ada sudah kami sampaikan tentang hierarki ikhlas yang ada pada diri manusia.
Kemudian pemateri melanjutkan pada pokok pembahasan yang kedua yaitu menepati janji. Dimana janji seorang hamba kepada Tuhannya tidak lain adalah untuk beribadah sebagaimana firman “Manusia dan jin semuanya ini diperintah oleh Allah hanya untuk beribadah” yang menjadi persoalan adalah apa makna daripada ibadah itu. Secara harfiah ibadah adalah penghambaan diri kalau dalam Jawa ngawulo ngamban diri adapun secara minologi menurut pendekatan fikih ibadah itu ada dua ada ibadah mahdhah dan ada ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah-ibadah yang disebut dengan rukun Islam mulai dari syahadat shalat zakat puasa dan haji. Selain itu disebut dengan ibadah ghairu mahdhah atau muam dalam pendekatan tasawuf maka ibadah lebih luas lahi yaitu dalam setiap jejak langkah dan nafas setiap manusia itu memiliki peluang untuk beribadah. Kenapa mengutip dari pendapat Syekh Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam bahwa setiap hembusan nafas manusia itu tidak akan pernah lepas dri empat hal kalau tidak dalam ketaatan pastu dalam kemaksiatan kalau tidak dalam kenikmatan pasti dalam musibah itu menurut syikhun atau asakan kita bisa merenungkan hal itu apapun aktivitas kita dalam setiap hembusan nafas pasti tidak lepas dari itu. Ketika ada panggilan shalat kita melaksanakan shalat berarti kita melakukan ketaatan kalau kita dalam panggilan shalat kita tidak melaksanakan meninggalkan sampai akhir waktu habis maka itu adalah salah satu bentuk kemaksiatan, apabila kita misalkan berangkat ke kampus ini dalam keadaan selamat itu adalah sebuah kenikmatan tapi kalau kita dalam perjalanan ada suatu hal yang tidak mengenakkan itu disebut dengan musibah dan seterusnya. Artinya setiap hembusan nafas tidak bisa lepas dari empat hal itu dan setiap hal tersebut mengandung kewajibannya masing-masing.
Ketika orang taat beribadah kewajibannya adalah merasakan bahwa ibadahnya itu tidak lain atas anugerah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita bisa shalat berarti kita mendapatkan hidayah diberikan keringanan kaki untuk melangkah ke masjid melaksanakan shalat. Ketika seseorang itu bermaksiat kewajibannya adalah bertobat beristighfar minta ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena memang terkadang manusia itu dalam keadaan yang terpaksa bermaksiat karena perbuatan manusia itu ada dua; ada ikhtiari dan ada ikhtiyari. Ikhtiari kita bisa memilih tapi ketika ikhtiar tidak bisa memilih contoh ikhtiyari seperti gemetar itu adalah ikhtiyari kita tidak bisa merekayasa atau memilih untuk gemetar atau tidak termasuk, kadang kemaksiatan itu bersifat ikhtiyari. Misalkan kita jalan kemana pun kemudian tiba-tiba ini misalkan pandang laki-laki kita bisa melihat seorang perempuan di tengah jalan dengan tidak sengaja tersingkap auratnya, nah kita secara tidak sengaja melihat itu ikhtiyari bukan rencana kita nah kewajiban seseorang ketika bermaksiat atau melakukan sebuah dosa itu adalah bertobat kemudian ketika dia mendapatkan nikmat kewajibannya adalah bersyukur dan ketika musibah kewajibannya adalah beristighfar meminta ampun dan bertobat artinya setiap hembusan nafas dalam setiap detik memiliki kewajibannya masing-masing dan itulah disebut dengan takdir termasuk takdir adalah apa yang kita jalani hari ini misalkan kita sebagai civitas akademika jika kita ditakdir jadi mahasiswa kewajiban kita belajar dengan baik ketika kita menjadi seorang pimpinan kita harus mengkoordinir berpikir untuk kemajuan Unissula untuk Yayasan dan seterusnya. Ketika ditakdir jadi dosen kita memberikan tanggung jawab mengajar dengan baik melakukan pengabdian masyarakat penelitian dan seterusnya. Termasuk misalkan takdir jadi tenaga kependidikan ya kita bekerja sebaik-baiknya itu adalah salah satu bentuk ibadah karena kita ditakdirkan sesuai dengan posisi kita. Kita melakukan kewajiban-kewajiban kita itu adalah bentuk ibadah. Jadi ibadah tidak hanya sekedar shalat zakat puasa dan haji, jual beli pernikahan dan seterusnya tapi setiap apa yang menjadi takdir kita di dalamnya mengandung sebuah perintah dan menjalankan perintah itu termasuk bagian dari ibadah.