Berilmu dan Berkemakmuran di Dunia Akhirat
Kajian Khutbah Jumat – Jumat 10 Mei 2024
Pemateri : Dr. A. Zaenurrosyid, SHI., MA Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Diturunkannya kita sebagai makhluk di muka bumi ini tidaklah sesuatu yang mulus dari awal tetapi melalui perdebatan bahkan kemudian para malaikat sejak dahulu kepada Allah, Allah ciptakan manusia yang suka menumpahkan darah yang suka memberikan pertikaian dan perselisihan sampai kemudian apa yang menjadi pembeda kita dengan makhluk yang lain adalah karena Allah mengajarkan kita Asma Allah memberikan kita akal yang kemudian memberikan daya kita berpikir untuk menjadikan fungsi dan posisi kita sebagai ibadatullah kita adalah hambanya Allah dan kita adalah khalifatullah sebagai pemimpin yang mengelola tata alam semesta ini jadi kalau kemudian kita dengan akal justru terdominasi adanya nafsu diri adanya dominasi yang mengarah kepada ketidak baikan maka ada fitrah kita yang kemudian kita langgar sendiri manusia kita kita ini suci lisan, ini suci mata ini suci kalbu kita ini suci dan seluruh tubuh kita bahkan roh itu adalah suci, tetapi kenapa kemudian dalam perjalanannya justru nafsu itu yang kemudian menelantarkan dan menyesatkan Allah meneguhkan kepada kita “Allah yang memuliakan Bani Adam mulut yang mulia menjadi mulut yang hina karena ungkapan-ungkapan yang menghinakan, mata yang suci menjadi mata yang bermaksiat karena perilaku yang terdominasi untuk nafsu nafsu yang sementara bahkan terkadang di dalam perkembangan kekinian dengan maraknya dunia media sosial kita menyaksikan seorang anak yang menggugat orang tuanya yang melahirkan dia yang menyusui dia yang kemudian mengajarkan kata demi kata menuntun dia langkah demi langkah di pengadilan dia menuntut harta warisan banyak kemudian para murid-murid yang seakan tak pernah tahu tentang arti ilmu dan kebaikannya ada cela sedikit dari para gurunya memudarkan rasa ta’dziman wa takriman kepada para guru yang mestinya harus dimuliakan karena sumber ilmu adalah dari guru dan sumber ilmu itu juga dari orang tuanya.
Oleh karena itu ada kesadaran reflektif bagi kita tidak ada nafsu dalam diri itu yang kemudian mengajak kepada kebaikan dia mengajak nafsu diri yang negatif selalu mengajak kepada sesuatu yang menjijikan dalam bahasa Qur’an yang lain disebutkan “Jangan engkau dekati zina karena di situ adalah pekerjaan yang fahsya karena ada sesuatu yang halal yang Allah anjurkan yaitu pernikahan” bagi faktor sosial kekinian juga makin marah dengan berbagai media sosial menstimulasi ya kognisi pemikiran dan berbagai hal di dalam anak-anak didik kita termasuk pagi hari tadi kita saksikan berbagai kriminal dan lain sebagainya betapa kemudian arah-arah nafsu itu selalu dipertontonkan kepada hal-hal yang maksiat maka kemudian kita tetap jaga saving kebaikan kita tetap kita jaga jangan sampai kemudian kita sudah shalat begitu kemudian shalat kita menjadi makhluk makhluknya Allah yang mengeluh padahal kita habis sujud kepada Allah habis kemudian kita berzikir keluar kemudian kita menjadi makhlukNya Allah insan yang kemudian seakan tidak bersyukur padahal Allah selalu mengingatkan kepada kita “Ingatlah engkau kepadaku maka aku akan selalu ingat kepadamu”. Salah satu hadis Rasulullah yang menarik misalnya melembutkan kalbu kita di antaranya “Sujudlah engkau kepada Allah di saat mana semua sedang tertidur”.