Belajar Bersyukur Dari Abu Qilabah
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Rabu 24 Januari 2024
Pemateri: H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag. Lokasi: Masjid Abu Bakar Assegaf
Dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang menjelaskan tentang betapa banyak umat manusia yang tidak pandai mensyukuri nikmat Allah setidaknya ada lima ayat di antaranya sebagaimana termaktub di dalam surah Ghafir ayat yang ke-61 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Sesungguhnya Allah adalah zat yang memberikan anugerah pada umat manusia hanya saja kebanyakan tidak bersyukur kepadanya”. Di ayat yang lain Allah berfirman “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang mencapai derajat syakur”.
Sosok inspirator rasa syukur yaitu Abu Qilabah, adalah seorang sahabat nabi yang dikenal selalu bersyukur nama lengkapnya Abdullah bin Zaid Al-Jarmi beliau termasuk seorang perawi yang banyak meriwayatkan hadis dari Anas bin Abu Qilabah berasal dari kota Basrah dan wafat di Syam pada tahun 144 Hijriah. Ia juga merupakan seorang yang masyhur sebagai ahli ibadah dan zuhud sosok Abu Qilabah memiliki kepribadian yang selalu bersyukur terhadap rahmat dan selalu haus akan ilmu pengetahuan. Suatu hari Abu kilabah pernah ditanya “Siapakah orang yang paling kaya?” kemudian ia menjawab “Orang yang paling kaya adalah orang yang bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya”.
Sebuah riwayat Abdullah bin Muhammad pernah mengatakan “Suatu hari aku pernah berada di daerah perbatasan wilayah Ar Aris di negeri mesir aku melihat sebuah kemah kecil yang bentuknya menunjukkan bahwa pemiliknya ini adalah orang yang miskin lalu Abdullah bin Muhammad ini kemudian mendatangi kemah itu yang berada di padang pasir untuk melihat apa yang ada di dalamnya kemudian ia melihat ada seorang laki-laki tetapi bukan laki-laki biasa kondisi laki-laki itu sedang berbaring dengan tangan dan kakinya yang tidak sempurna telinganya sulit mendengar matanya buta dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara”.
Dari lisannya orang tersebut mengucapkan “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan engkau sangat memuliakan aku dari ciptaanmu yang lain” kemudian menyapa kedatangan Abdullah bin Muhammad.
Abdullah bin Muhammad ini bertanya “Wahai saudaraku nikmat mana yang engkau syukuri?”
Sang laki-laki itu menjawab “Wahai saudaraku diamlah demi Allah seandainya Allah datangkan lautan niscayalah laut tersebut akan menenggelamkan atau Gunung apa yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkan aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur”
Kemudian Abdullah bin Muhammad kembali bertanya “Bersyukur atas apa?”
Laki-laki pemilik kemah itu menjawab “Tidakkah engkau melihat dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur di samping itu aku juga memiliki anak yang waktu shalat ia selalu menuntunku untuk ke masjid dan ia pula yang menyuapiku namun sejak 3 hari dia tidak pulang, bisakah engkau membantuku untuk mencarikannya?”
Lalu Abdullah bin Muhammad ini mencarikan anaknya yang hilang ternyata anaknya ini telah diterkam oleh singa dan dia dalam keadaan sudah mati kemudian Abdullah bin Muhammad ini bingung dia harus menceritakan kepada laki-laki yang dalam keadaan tidak sempurna itu lalu dia tanya “Apakah engkau pernah mendapatkan cerita nabi Ayub?”, “Iya” dia sabar.
Dia tanya kembali “Lalu wahai saudaraku Allah juga menguji Nabi Ayub dengan kefakiran” dia menjawab dia bersabar kemudian bertanya lagi “Ia pun diuji dengan tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana keadaannya?” ia menjawab “Iya” tetap sabar aku kembali bertanya “Ia juga diuji dengan penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?” ia menjawab ia tetap bersabar.
Kemudian Abdullah bin Muhammad berkata “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipat gandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau”.
Lalu laki-laki pemilik kemah itu berkata “Alhamdulillah” dia ungkapkan rasa syukur “Allah tidak meninggalkan keturunan bagiku yang anak-anakku ini tidak bermaksiat kepadanya sehingga ia tidak diazab di neraka”. Sesaat kemudian, laki-laki itu kemudian menarik nafas panjang lalu meninggal dunia. Inilah sepenggal kisah seorang sahabat nabi yang luar biasa selalu dalam keadaan apapun dia bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena sepanjang dia masih bisa bersyukur maka itulah rasa syukur yang patut kita pelihara.