Uwais Al Qorni, Viral di langit, karena Birrul Walidain

Pemateri: Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I.

Sungguh pentingnya Birrul Walidain di dalam kehidupan kita. Maka banyak sekali tuntunan dar agama yang mengarahkan kita untuk senantiasa mencintai dan berbakti kepada kedua orang tua kita, lebih-lebih ibu kita. Maka pada satu saat pada masa yang lampau bahwa Rasulullah pernah kemudian berpesan khususnya kepada Umar bin Khattab dan juga Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah. “Pada suatu saat nanti ketika kalian bertemu dengan seseorang, seseorang itu berasal dari Yaman dan dia itu luar biasa doanya sangat makbul. Maka mintalah engkau didoakan oleh dia. Sebab dia bukan sembarang orang. Dia adalah orang yang sangat dikenal di langit. Namun dia orang yang tidak terlalu dikenal di bumi”. Di tengah banyaknya orang yang ingin viral di dunia, ternyata zaman Rasulullah, Rasul sudah menyampaikan bahwa ada seseorang yang viral di langit, tetapi dia tidak viral di dunia. Siapakah dia? Maka ternyata ada seorang pemuda dari Yaman di mana dia memiliki ibu, seorang ibu yang sedang lumpuh. Dan si anak ini pun diberikan ujian oleh Allah berupa penyakit yang tidak kunjung sembuh. Penyakit kulit yang dideritanya tidak membuat dirinya frustasi dan putus asa. Tetapi ia tetap bersyukur karena Allah memberikan kenikmatan kepada dia; kebaikan, keberkahan dan ibunya pun masih ada. Kemudian beliau bertanya kepada ibundanya, “Wahai ibundaku, apakah keinginan panjenengan yang belum terealisasi sampai saat ini?” Maka ibunya pun kemudian dengan meneteskan air mata beliau menyampaikan sebetulnya semua sudah teralisasi namun sebetulnya masih ada di dalam diri keinginan untuk pergi berangkat Haji. Dengan meneteskan air mata, si pemuda ini pun kemudian bertekad sekuat tenaga untuk bagaimana mampu menyenangkan orang tuanya khususnya ibunya itu untuk bisa pergi ke tanah suci. Padahal saat itu si pemuda dan ibunya adalah orang yang miskin, orang yang tidak punya apa-apa dan juga tidak punya siapa-siapa. Akhirnya si pemuda ini beliau kemudian memutuskan untuk membeli yang namanya domba. Domba ini dia taruh di atas bukit dan dia pun kemudian membuat kandang di atas bukit. Di sela-sela itu dia pun bekerja sebagai tukang pikul yang ada di pasar. Kita tahu bahwa tukang pikul yang ada di pasar itu gajinya tidak seberapa. Maka dia belikan kambing kecil dan kambing ini dia taruh di atas bukit. Dan luar biasanya setiap pagi ketika dia mau berangkat ke pasar, dia pun kemudian naik ke atas bukit dan kemudian menggendong dombanya hingga ditaruh di lahan untuk kemudian mencari makan. Maka itu dia lakukan sampai berbulan-bulan bahkan boleh jadi sampai bertahun-tahun. Setiap pagi dan sore dia naik turun ke bukit untuk memikul digendong dombanya.

Hingga akhirnya tibalah musim Haji. Beliau dengan mata berkaca-kaca kemudian beliau menyampaikan kepada ibundanya,

“Wahai ibundaku, insya Allah nanti tahun ini panjenengan dan saya akan berangkat haji”.

“Bagaimana caranya, Nak? Haji itu butuh biaya yang mahal, apalagi dari Yaman”.

“Tenang saja, Bu. Saya sudah menjual kambing saya dan itu cukup kita gunakan untuk perjalanan makan ke sana”.

“Tetapi bagaimana kendaraan dari Yaman sampai ke Makkah almukarramah?”.

Tenang saja wahai ibu bahwa aku sudah berlatih untuk menggendong domba dan itu aku lakukan naik turun gunung sebagai wasilah bagi saya untuk nanti ibu akan saya gendong sampai Makkah almukarramah”.

Masya Allah. Si pemuda ini pun akhirnya menggendong ibunya yang saat itu sedang lumpuh. Maka kemudian atas fadalnya Allah sampailah mereka di Makkah almukarramah. Dan ketika di depan Ka’bah, si pemuda ini pun berdoa kepada Allah, “Ya Allah, semoga Engkau mengampuni dosa ibuku dan memasukkan ibuku ke dalam surga.” Mendengar doa itu, ibunya menangis dan balik bertanya kepada Uwais, kepada pemuda tadi, “Kenapa engkau kok tidak berdoa untuk dirimu sendiri, tapi engkau malah berdoa supaya ibu diampuni dan ibu dimasukkan surga? Lah, bagaimana dengan dirimu?”.

Wahai ibundaku? Ketahuilah bahwa ketika engkau sudah ridha dan ketika engkau masuk surga dan ketika engkau diampuni dosa-dosanya, maka saya yakin dan percaya saya pun akan juga bisa masuk ke dalam surga karena pentingnya berbirul walidain”. Maka ketika hal itu terjadi, ibunda dari pemuda ini betul-betul bersyukur kepada Allah dan akhirnya atas izin Allah, penyakit kulit yang diderita pemuda itu langsung sembuh dan hanya tersisa satu titik, satu titik kecil yang ada di bagian tubuhnya yang mana hal itu nanti ada hikmah luar biasa dari situ. itu artinya di dalam cerita ini pemuda itu dikenal dengan nama Uwais Al Qorni. Pemuda yang sangat istimewa Birrul Walidin terhadap ibunya sampai-sampai mendapatkan kemuliaan dan bahkan kemudian Rasulullah berwasiat kepada Sayidina Ali dan Umar bin Khattab. “Nanti kalian ketika ketemu dengan pemuda itu, mintalah doa kepada dia. Karena dia itu orang yang terkenal di langit karena Birrul Walidainnya sekalipun dia tidak dikenal di muka bumi dunia”.

Maka kisah Umar bin Khattab dan juga Sayyidina Ali pernah akhirnya bertemu dengan pemuda itu karena barokahnya ada satu titik penyakit kulitnya yang masih tersisa. Dan itu sebagai penanda bahwa orang-orang yang ber-Birrul Walidain kepada ibunya, kepada ayahnya maka dia sangat dikenal di langit. Doanya dikabulkan oleh Allah dan diangkat derajatnya oleh Allah.

Marilah kita bagi yang masih hidup orang tuanya kita hormati beliau, kita senangkan dirinya. Tetapi bagi yang sudah tiada, jangan lupa, jangan sekali-kali lupa setiap minimal pada shalat fardu kita kirimkan barokah Al-Fatihah untuk meringankan yaitu beban di alam kuburnya. Mudah-mudahan ayah dan bunda kita diampuni dosa-dosanya oleh Allah, dimasukkan ke dalam surganya. Aamiin.

Link: https://youtu.be/w-OUNyhGRNY

Scroll to Top