Bahaya Amal Kebaikan Tanpa Keimanan
Di antara tantangan kita di era global yang senantiasa harus kita waspadai sebagai insan mukmin umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang memiliki keistimewaan yaitu Iman. Di antara tantangan yang sangat berat adalah minimnya keteladanan dari tokoh-tokoh umat yang akan senantiasa menjadi panutan bagi generasi kita dan seterusnya. Tokoh yang akan senantiasa menjadi contoh terbaik dalam memperjuangkan Iman, memperjuangkan sendi-sendi dan nilai-nilai peradaban Islam. Amal saleh atau kebaikan-kebaikan baik untuk individu pribadi maupun secara sosial keimanan memiliki nilai yang sangat tinggi dalam kehidupan kita di mana selain sebagai penjamin kita kelak di akhirat kunci masuk surga selamat dari neraka.
Iman juga merupakan kunci di mana seluruh amal kebaikan kita dari yang paling sederhana hingga yang paling besar pengaruhnya terhadap umat, hanya akan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala manakala didasari dengan keimanan yang bulat, keyakinan yang kuat terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada zaman Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Ada seorang tokoh pimpinan Quraisy di satu sisi dia sangat getol sekali memusuhi bagi Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya dalam berdakwah. Namun di sisi lain uniknya dia juga memiliki kepribadian sosial yang juga sangat baik diakui masyarakat Quraisy, suka menyambung tali silaturahmi, memuliakan tamu dan sangat baik gemar membantu tetangga siapapun yang membutuhkan bantuan ia diberi. Ibnu Jud’an Sayyidah Aisyah menanyakan perihal nasib Ibnu Jud’an ini “Bagaimana wahai Rasulullah nanti di akhirat? Apakah amalan-amalan sosialnya itu akan dapat menyelamatkan? Paling tidak meringankan siksanya nanti di neraka”. Sayyidah Aisyah meriwayatkan sangat sering sekali memuliakan tamu, baik sekali terhadap tetangga membantu dan menjaga atau melestarikan tali silaturahmi. Di satu sisi “Apakah itu akan bermanfaat baginya?”. Jawab Baginda “Tidak akan bermanfaat baginya”. Baginda Rasulullah menjelaskan “Kenapa tidak bermanfaat amalan-amalan itu? Karena dia tidak pernah sampai ajalnya, sampai ajalnya menjemput, sampai meninggal tidak pernah mengatakan ‘Ya Tuhan ampunilah dosaku kelak di hari pembalasan’ (istighfar)”.
Dalam hal ini merupakan salah satu kunci kita menuju pintu taubat, semoga kita senantiasa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk berpegang teguh, senantiasa dengan prinsip-prinsip keimanan dan menebarkan amalan-amalan kebaikan baik secara pribadi individu maupun untuk kepentingan kemaslahatan bersama sosial dan umat.
Pemateri : Dr. Sugeng Hariyadi, Lc., M.A.
Source: https://youtu.be/KQg6uSF6i9A