Kajian
Ridha Pada Takdir Allah

Ridha Pada Takdir Allah

Kitab Al-Hikam Ibnu Athaillah “Tidak ada satu nafas pun yang engkau keluarkan kecuali ada takdir yang berjalan pada satu nafas itu”. Hikmah ini mengingatkan kepada kita semua tentang adanya takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yang dimaksud dengan takdir di sini adalah ilmu yang dimiliki oleh Allah yang Maha Sempurna tentang seluruh makhlukNya, termasuk setiap dari manusia, termasuk kita semua tentang barang-barang apapun yang diciptakannya baik berkaitan dengan waktu, tempat, ukuran, cara dan proses yang akan dijalani oleh seluruh makhluk itu. Termasuk takdir yang dibingkai oleh waktu yang paling kecil. Ulama dibahasakan dengan satu tarikan nafas dengan hikmah ini dinasihatkan kepada siapapun dari kita agar tugas dan kewajiban kita khususnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Tugas dan kewajiban yang sudah kita sanggupi dalam kehidupan ini termasuk kepada sesama manusia untuk diperhatikan pelaksana sebaik-baiknya, termasuk memperhatikan sisi waktu karena waktu baik dalam satuan yang kecil maupun yang besar adalah bagian dari umur seseorang. Kesempatan hidup yang bersangkutan dan dalam Islam dinyatakan bahwa besok ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar maka semuanya akan terhenti di situ sampai ditanya tentang empat hal. Salah satu dari empat hal yang ditanyakan itu adalah dari manusia itu tentang umurnya digunakan untuk apa. Mulai dari mukallaf umur 15 tahun sampai wafat, kapanpun dia ditemui oleh ajalnya. Selanjutnya dengan diingatkan adanya takdir itu kita penting untuk menata hati, bagaimana agar kita bisa Ridha dengan takdir yang ada dalam realitas kehidupan. Kita alami hal-hal yang menurut kita baik karena membawa manfaat, membawa maslahat menyenangkan kita tapi juga ada yang sebaliknya hal yang marat, hal yang menyusahkan bahkan membawa duka.

Apapun yang sudah terjadi semua adalah bagian dari takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk kita masing-masing. Dalam salah satu hadits Nabi diterangkan bahwa “Siapapun ketika dalam proses penciptaannya di alam kandungan ketika masih menjadi janin umur 4 bulan, maka yang bersangkut dan diberikan roh dan ketika roh ditiupkan maka diberikan pula takdirnya bagi yang bersangkutan”. Apakah akan menjadi orang yang bahagia dunia akhirat dengan meraih surga atau sebaliknya akan menjadi orang yang celaka. Berapa umurnya dan kapan wafatnya sudah ditentukan. Karena itu penting siapapun dari kita untuk Ridha dengan apa yang terjadi pada diri kita masing-masing tentu saja mengimani takdir. Bukan berarti seorang muslim akan menjalani hidup tanpa usaha. Nabi mencontohkan sebagai Uswah Hasanah, kita melakukan usaha maksimal dalam bidang ibadah bidang muamalah. Bahkan beliau adalah pejuang sejati dalam seluruh kehidupannya Allah dalam satu ayatnya Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an menegaskan “Bila Allah menimpakan kepadamu dengan hal-hal yang berat, yang membahayakan, yang mengurangi kenikmatan maka tidak akan ada siapapun yang bisa menyingkirkannya kecuali dia sendiri. Dan sebaliknya bila Allah memberikan kebaikan kepadamu maka dia adalah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam ayat lain Allah menegaskan “Apapun nikmat yang ada pada kamu sejatinya hakiki adalah dari Allah”. Meskipun secara lahir mungkin kita bisa melakukan usaha, kita melakukan kerja kita, melakukan evaluasi dan seterusnya, tapi ingat ketika siapapun belum bisa melakukan usaha, masih sebagai janin dia ternyata juga mendapatkan banyak kenikmatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetap diberikan makan, diberikan minum, kebutuhan untuk tumbuhnya sampai lahir. Telah lahir pun ketika masih bayi tidak bisa melakukan banyak usaha tetapi tetap saja diberi nikmat oleh Allah yang cukup. Itulah nikmat Allah dalam hadits yang shahih.

Nabi mengajarkan kepada umatnya pernyataan sekaligus doa “Ya Allah yang halangi bagi apa yang engkau berikan tapi juga tidak akan ada orang bisa memberikan untuk apa yang sudah engkau halangi dan tidak akan memberi manfaat kepada seorang kekayaannya. Meskipun orang itu benar-benar memiliki kekayaan”. Hadits ini mengajarkan bahwa apapun yang dikehendaki Allah untuk memberi atas tidak memberi semua akan terjadi meskipun ada orang yang ingin menghalangi, karena dengki, karena iri, tetap saja apapun yang akan diberikan oleh Allah tetap saja berjalan dan apapun yang kita usahakan atau semua manusia akan memberi kita manfaat kalau memang tidak ditakdirkan oleh Allah maka tidak akan ada pula terjadi. Karena itu ada Hadits Qudsi yang memberikan peringatan keras pada siapapun yang gagal menata hatinya sehingga tidak Ridha dengan takdir Allah, menyatakan “Siapa yang tidak Ridha dengan aku, dengan urusanku, dengan takdirku, dia tidak sabar menerima ujianku, maka hendaklah dia keluar dari naungan langitku dan hak dia mencari Tuhan selain aku”. Karena itu pantas kalau seorang waliyullah Abdul Qadir Jailani Radhiallahu Anhu memberikan nasihat pada murid-muridnya “Janganlah kamu memilih untuk menarik kenikmatan mendapatkan kenikmatan tidak pula menolak bala sesungguhnya kenikmatan itu sudah dibagi untukmu baik kamu mencarinya ataupun tidak mencarinya dan madat hal-hal yang mengganggu mengurangi nikmat juga akan menimpamu meskipun kamu tidak menyukainya, maka pasrahlah kepada Allah dalam menerima semuanya, biarkan dia melakukan apa yang dia mau”. Yang disampaikan oleh beliau ini tentang menata hati siapapun ingin mendapatkan manfaat, tetapi kesadaran dalam hati kita harus mengingat bahwa ada kemauan yang lebih tinggi dari kemauan kita semua. Ada kuasa yang lebih besar dibanding kemampuan kita dalam usaha yaitu kemauan Allah dan kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan kita menjalan usaha adalah bagian dari ibadah. Menerima apa yang menjadi hasil usaha kita adalah bagian dari ibadah pula, karena berarti Ridha menerima bagian kita.

Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I

Source: https://youtu.be/APjz4NWjDBg

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *