BISmillah, Berkhidmat Untuk Kesejahteraan Umat

Selalu Meningkatkan Perjalanan Rohani

Kajian Kultum Ba’da Dzuhur Kamis

Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I

Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf

Hikmah dari Kitab Hikam karya Ibnu; semangat usaha seorang salik pelaku thariqah menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk berhenti ketika dibukakan kepadanya suatu kasyf kecuali akan ada hakikat yang memberikan bisikan bisikan itu menyatakan yang kamu cari masih di depan tidak pula tampil beberapa fenomena alam yang lagi diberikan beberapa pencapaian luar biasa atau khawarulah kecuali ketika itu akan ada hakikat dari semua itu yang memberikan panggilan menyatakan kami ini adalah fitnah ujian karena itu janganlah mengambil sikap kufur atau membangkang. Hikmah ini ada dua sisi yang pertama menyatakan bahwa seorang salik seharusnya punya semangat untuk selalu thariqah peningkatan kualitas suluhnya dan ketika ada godaan berupa diberikannya kasyf keterbukaan terhadap hal-hal yang gaib maka hendaklah tidak berhenti ketika itu dan merasa sudah mencapai titik akhir dalam perjalanan rohaninya karena itu diingatkan oleh Muallif pengarang bahwa secara rohani akan ada bisikan pada hati yang bersangkutan yang memberikan nasihat bahwa yang kamu cari masih di depan karena itu harus berjalan terus dan selalu meningkat terus. Berkaitan dengan hikmah ini Ibnu Ajibah dalam Iqadhul Himam memberikan keterangan bahwa penting bagi siapapun menjadi salik pelaku ibadah pelaku thariqah yang ingin menuju wushul pada Allah untuk selalu meningkatkan hikmahnya dan selalu ada thariqah peningkatan-peningkatan rohani untuk pencapaian tahapan-tahapan makrifat pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kadang siapapun yang menekuni suluk dia akan diberikan halat suatu keadaan di mana seseorang diberikan hal-hal semacam karamah termasuk hal yang luar biasa seperti yang kalau untuk Syekh Abdul Qadir Aljailani; “Umpama diberikan karamah ketika sedang mengaji kemudian ada burung yang mengganggu dengan suaranya maka ketika dia menghendaki burung itu pun jatuh dan terpotong kepalanya tetapi ketika beliau itu menginginkan agar burung itu diberikan kehidupan lagi oleh Allah maka dengan dibacakan basmalah burung itu pun diberikan hidup lagi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau dalam hal kesembuhan”. Beberapa dari pelaku suluk diberikan doa yang mustajab air bening yang diberikan doa oleh yang bersangkutan menjadi wasilah untuk kesembuhan beberapa orang yang terkena sakit yang sudah berusaha sekian usaha dilakukan usaha medis maupun usaha terapi tidak berhasil tetapi dengan air dua itu diberikan kesembuhan ketika seorang salik diberikan hal demikian jangan sampai akhirnya merasa terbujuk tertipu dengan merasa dia sudah mencapai titik akhir dalam proses kerohaniannya jaruhnya untuk terus menjalani dan menapaki.

Ini nasihat tentu saja berlaku untuk siapapun bagaimanapun juga tahapan posisinya seperti apa penting untuk melakukan peningkatan terus-menerus kalau Imam Al-Ghazali dalam Minhajul Abidin memberikan penjelasan bahwa stasiun atau posisi paling pertama siapapun yang salik adalah aqabah ilmu; aqabah yang berat berarti jalan yang relatif sulit untuk didaki padahal menanjak jalannya tetapi sulit adalah ilmu pengetahuan tentu saja kita untuk beribadah untuk amal saleh untuk takaru pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala penting untuk memiliki ilmunya. Tanpa ilmu yang cukup bisa jadi kita seseorang merasa beribadah padahal bukan ibadah merasa benar ternyata salah itu penting. Tahapan pertama adalah ilmu dan pada tahap ini itu saja siapapun tidak boleh berhenti tambah waktu tambah umur saja harus meningkatkan keilmuannya terus menerus sekedar contoh secara awam muslim shalat ketika seseorang shalat bacaan sudah benar itu baik tapi akan dibutuhkan peningkatan bagaimana agar baca yang benar itu bisa dipahami dengan baik bahkan penting pula meskipun sudah sampai tingkatan bisa membaca bacaan shalat dengan baik memahami dengan baik. Bagaimana meningkatkan pada penghayatan apa yang dibaca dalam shalat itu dan selanjutnya internalisasi dalam pribadi dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari; itu tahap pertama. Menurut Imam Al-Ghazali dan selanjutnya tahapan kedua adalah aqabah taubat; siapapun yang sudah punya ilmu bisa muhasabah diri ada yang sudah benar sudah baik tapi ada pula yang mungkin kurang benar atau bahkan tidak benar atau kurang baik atau bahkan tidak baik ketika itulah penting untuk taubat. Dengan taubat itu berarti seorang siap untuk memperbaiki diri karena mengaca apa sudah ada yang sudah berjalan kurang baik atau bahkan salah dan tentu saja untuk taubat itu butuh proses butuh ilmu dan butuh semangat karena siapapun yang menyadari hal-hal yang buruk hanya dengan semangat untuk memperbaiki diri dan itu saja berharap Allah dia bisa memperbaiki diri kemudian tentu saja setelah ada peningkatan jangan berhenti pada peningkatan yang ada karena setiap tahapan yang dicapai selama kita masih hidup sebetulnya masih ada tahapan yang perlu dijalani seberapapun dekat kita penting untuk selalu berproses untuk lebih dekat lagi pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kemudian pada bagian yang kedua dinyatakan bahwa apapun yang ada di alam ini ketika kita terima kita terlibat di dalamnya bahkan andai kata yang ada di alam ini banyak menguntungkan kita ternyata sebagai nikmat untuk kita penting untuk disadari bahwa semua itu jangan sekedar untuk dijadikan sebagai fasilitas untuk dinikmati tetapi ada tanggung jawab kita. Rasulullah Sulaiman ketika ditanya tentang prestasi dalam hal apapun yang dia miliki keilmuannya kepemimpinannya dalam memimpin sebagai raja juga tugas-tugas sebagai Nabi sebagai Rasul dia menyatakan semua ini adalah anugerah dari Allah Tuhanku. Selanjutnya adalah semua itu menjadi bala apakah saya bisa bersyukur atau malas sebaliknya jatuh dalam kufur semua ini mengingatkan pada kita semua bahwa apapun yang kita jalani semua itu menjadi pujian pujian dalam bentuk nikmat banyak yang jatuh dibanding pujian dalam bentuk hilangnya nikmat atau ujian dalam bentuk musibah bahkan di antara sekian ujian itu ada ujian yang perlu kita waspadai yaitu fitnah dunia dan fitnah wanita. Dalam Al-Qur’an disebutkan “Sesungguhnya rekodoyo rekodoyo semacam usaha untuk menjatuhkan pihak lain dari para wanita” itu disebutkan Al-Qur’an Aim Ini mengisahkan kisah Nabi Yusuf dengan Zulaiha dan tentu saja itu menjadi pelajaran bagi siapapun dari kita untuk waspada dalam menjalani hidup sehingga tetap menjadi hamba Allah yang Saleh yang Solehah dan selalu ada peningkatan prinsip kita sebagaimana juga diajarkan oleh Nabi adalah setiap hari harus ada peningkatan dalam sisi kebaikan kita karena ketika kebaikan kita sama dengan hari kemarin itu berarti kerugian besar untuk setiap dari kita.

Source: https://youtu.be/3pDX5zQx_fc

Share :

Tags :

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Latest Post

Categories

YBWSA

Gedung Kantor YBWSA

Masuk

Daftar

Setel Ulang Kata Sandi

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email, anda akan menerima tautan untuk membuat kata sandi baru melalui email.