Karakteristik Orang Alim
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Kamis 16 Mei 2024
Pemateri : Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I. Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Orang alim adalah orang yang berpengetahuan, orang yang memiliki derajat pengetahuan yang tinggi strata yang tinggi dan seterusnya. Oleh sebab itu perlu kiranya kita kemudian melihat sebetulnya bagaimana definisi orang alim yang telah Rasul berikan sebagai amanah kepada Sayyidina Ali karamallahu wajh yang notabenenya adalah Adah merupakan menantu sekaligus orang dekat beliau dan masih ada kerabatnya.
Di dalam Kitab wasiatul Mustofa Syekh Abdul Wahab assyaroni menjelaskan tentang wasiat yang diberikan rasul kepada Sayyidina Ali, kita tahu bahwa Sayyidina Ali merupakan orang yang sangat Alim bahkan disampaikan Rasul adalah merupakan madinahnya ilmu, kotanya ilmu, pusatnya ilmu dan Ali adalah sebagai pintunya maka kemudian pada suatu saat Rasul pernah memberikan satu wejangan kepada Ali Ya Ali wahai Ali orang alim itu ada tiga ciri kata Rasul terhadap Sayyidina Ali yang pertama adalah shidqul kalam yang kedua adalah ijtinabul haram yang ketiga adalah tawadhu ini menjadi hal yang sangat unik bahwa Rasulullah mendefinisikan Alim memberikan wasiat kepada Sayyidina Ali bahwa karakteristik orang yang alim orang yang berilmu adalah ada tiga hal yang pertama yaitu shidqul kalam bahwa orang yang alim adalah orang yang perkataannya benar; ketika perkataannya ini benar maka luar biasa di dalam agama kita sudah kemudian diarahkan oleh Allah bahwa kita memang diperintahkan oleh Allah untuk berkata apa-apa yang benar dan bahwa kemurkaan Allah ketika kita mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukannya. Kenapa karakteristik Alim ditempatkan di posisi pertama Karena hakikatnya ketika orang sudah shidqul kalam di dalam perspektif Islam maka ketika dia berkalam pasti atas landasan ilmu pengetahuan dan ketika dia berlandaskan ilmu pengetahuan pastilah dia meresapi itu dan kemudian ilmu itu tidak hanya sebatas di dalam media perkataan belaka tetapi dicoba diinternalisasikan di dalam realita keseharian maka shidqul kalam ada juga dalam konteks ulama menafsirkan tidak hanya perkataan benar tetapi perbuatannya juga benar yang kedua karakteristik orang yang alim itu adalah jauhi sesuatu yang haram pertanyaannya adalah kenapa Rasul Kok tidak memerintahkan ifalul halal lakukan yang halal tapi kemudian orang yang alim itu adalah yang menjauhi haram karena sesungguhnya ketika kita itu menjauhi sesuatu yang haram maka sudah dipastikan Insyaallah yang halal sudah kita tunaikan. Oleh sebab itu di dalam hadisnya Rasulullah memberikan pesan kepada kita bahwa “Halal dan haram itu sudah jelas maka di antara tengah-tengah halal dan haram ada sesuatu yang syubhat maka kemudian wajtinabu haram ini bisa juga kita persepsikan sebagai orang yang mencoba Wira Bagaimana kemudian orang Wira itu mencoba untuk menjauhi barang yang syubhat apalagi yang haram yang syubhat saja tidak mau apalagi yang haram maka pada konteks kesejarahan pada masa lampau betapa ada cerita orang yang menjaga makanannya menjaga dirinya kemudian dia memiliki Putra dan kebetulan istrinya juga menjaga maka putranya alimnya luar biasa. Maka itulah wajtinabu haram dan yang ketiga karakteristik orang yang alim itu kata Rasulullah terhadap pesan kepada Sayyidina Ali adalah Wat tawadhu yaitu rendah hati karena ketinggian ilmu yang kita miliki hakikatnya adalah merupakan titipan Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka di dalam dimensi filsafat ilmu Islami kita mengenal ada dimensi usul ada dimensi khusnul ada yang kemudian kita yang harus aktif di dalam rangka mencari ilmu kemudian saking aktifnya diri kita maka Allah kemudian menganugerahkan ilmu itu kepada kita tetapi ada dimensi yang lain yaitu dimensi manusia itu pasif seakan belajarnya sedikit tetapi Allah memberikan futuh kepada dirinya memberikan samudera ilmu pengetahuan yang Allah titipkan tetapi kata Alfiah Ibnu Malik bahwa ini adalah sedikit, karena sedikit maka kita tetap harus berdimensi yang aktif tetapi ingat ketika kita aktif di dalam belajar di dalam riset dan seterusnya maka ketinggian ilmu yang kita miliki hakikatnya adalah titipannya Allah, maka Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an seandainya diibaratkan lautan maka ilmunya Allah adalah lautan alam yang luas sekali dan ilmu kita hanya setetes dan itu pun dibagi banyak orang.
Oleh sebab itu semakin kita berisi semakin merunduk bagaimana filosofi padi itu semakin kemudian berisi semakin padi itu merunduk. Oleh sebab itu mudah-mudahan karakteristik yang Rasul sampaikan kepada Sayyidina Ali yang boleh jadi itulah yang menyebabkan Sayyidina Ali menjadi Babul Ilmi maka ini bisa kita pegangi di dalam realita kehidupan di era modern saat ini.