Back

Muslim yang Produktif dan Progresif dalam Perspektif Islam

Pemateri           : Dr. A. Zaenurrosyid, SHI., MA Lokasi              : Masjid Abu Bakar Assegaf

Kita adalah pribadi yang oleh kesempurnaan ciptaan Allah ini memiliki fungsi yang kedua yakni khalifatullah menjadi khalifah pemimpin pemimpin yang senantiasa menebarkan kebaikan jadi tiada pilihan kecuali apa yang kemudian diteguhkan oleh Rasulullah kita sudah memilih sebagai seorang muslim maka muslim salah satu indikator dari muslim yang baik itu adalah menanggalkan perilaku pilihan-pilihan tindakan yang tidak bermakna artinya dalam perspektif hukum Islam sesuatu yang mubah saja bagi kita umat Islam itu ditinggalkan. Kenapa? Karena kecerdasan yang diajarkan umat Islam ini memilih sesuatu yang sunnah wajib makruh haram apalagi dihindari dijauhkan karena yang mubah saja itu tidak termasuk sampai kalau kemudian kita tak mampu berusaha yang baik pilihannya adalah di ketika tak mampu menatap dengan kebeningan memberikan senyuman yang indah mendingan merundukkan diri menatap keagungan Allah daripada kemudian menatap saudaranya dengan penuh kebencian atau tidak ada kesenangan di dalam dirinya kalau kemudian kita meracut lebih dalam lagi maka kita selalu di support sebagai adalah pribadi yang produktif pribadi yang progresif di dalam kebaikan maka apapun status kita dalil yang dihadirkan oleh Rasulullah adalah khairunnas Anum linas asum kita memiliki satu kesamaan posisi sebagai hamba Allah sebagai ibadatullah tetapi mana yang lebih mulia, mana yang kemudian lebih memiliki darajah kemuliaan adalah ketika dia mampu memberikan kemanfaatan memberikan pilihan-pilihan tindakannya kepada kebaikan.

Ketika kita melihat begitu Mulia ajaran ini, ini menjadi satu bentuk penanda bagi kita setiap pelaku kita mesti memberikan buah yang manis bacaan Quran kita memberikan buah yang manis sujud kita Tan fahya Wal mungkar buahnya manis bahwa kemudian ketika mengingat setiap laku dari kita dan saudara-saudara kita dengan mewujud kepada kemanfaatan dan kebaikan oleh karena itu dalam satu waktu Rasulullah pernah meneguhkan kepada kita “rugilah kita umat Islam ini yang kalau kemudian perilaku kita kemarin tidak lebih untung dari perilaku hari ini dan bahkan kalau hari ini masih sama dengan besok yang tidak lebih bagus dan lebih produktif maka kita termasuk menjadi muslim yang rugi” maka ada perubahan-perubahan yang kita lakukan. Lalu ada yang berdali atau kemudian menanyakan kan semua terserah Allah kalau Allah sudah kehendaki kita miskin-miskin saja kalau kita sudah terkehendaki dari dulu kita dirawat orang tua kita dengan lingkungan yang keras dan sebagainya kita terima itu sebagai takdir kita maka kalau demikian ini salah satu sahabat ketika ditanya dalam kondisi ada wabah dan sebagainya lalu Umar di antaranya mengatakan betul takdirmu bisa jadi engkau akan sakit tetapi Allah memberikan pilihan beralih dari takdir yang buruk beralih kepada takdir yang baik innallaha la yiru biinta yir bius peneguhan bahwa kita ini diberikan akal oleh Allah kesempurnaan fisani takwim adalah untuk menebarkan kebaikan Kalau kemarin kita merasa bodoh Islam mengajarkan Iqra jadi kebodohan bukan hadir karena takdir kita sendiri tapi kita didorong oleh Al-Qur’an sendiri untuk membaca. Kenapa? Karena kemiskinan kefakiran mendorong kita lebih dekat dengan kekufuran maka kita kemudian didorong menjadi seorang yang Muzaki dan dari seorang yang mustahik aladulirad mentalitas orang-orang pribadi yang suka diberi tidak lebih indah dan tidak lebih bagus sebagai seorang muslim daripada siapa pribadi yang lebih suka untuk berbagi dan memberi artinya pilihan kita sebagai Muslim selalu dari derajah mustahik menjadi seorang Muzaki.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *