Qabil dan Habil Masa Kini
Bumi mulai panas, bahkan semakin memanas. Aneh memang aneh saat ini kita terlalu sering mendengar dan melihat seseorang menzalimi dan menganiaya saudaranya. Sungguh aneh, saat ini kita melihat seseorang menghina dan memfitnah saudaranya demi kepentinganya pribadi. Sungguh aneh, saat ini kita melihat sebagian kita berupaya untuk memecah belah persaudaran dan menghasut sesama. Sungguh aneh, saat ini kita melihat sebagian kita berupaya mengadu domba sesama kita. Sungguh aneh, memang aneh semua ini. Mau kemana orang seperti ini dihadapan Allah (ahkaamal hakimin) nanti yauma la yanfa’u malun wala banun illa man atallaha biqolbin salim?
Islam mengajarkan untuk persatuan dan persaudaraan. Ini saudara kita dari jawa, mereka saudara kita dari palestina. Ini saudara kita dari sunda, mereka saudara kita dari palestina, malaysia, rohingnya, afganistan, amerika, dst. Setiap yang mengucapkan syahadah la ilaha illAllah wa anna muhammadarrasulullah maka dia adalah saudara, saudara dan saudara.
Persaudaraan ada beberapa macam, pertama, persaudaraan sedarah dan sekandung, kedua, persaudaraan sewilayah dan Persaudaraan seaqidah dan seagama.Tentunya saudara seakidah dan agama lebih mahal, tinggi dan lebih kuat karena tidak terbangun dari unsur-unsur warna kulit, nasab, negara, darah, dsb, akan tetapi terbangun atas unsur imaaaan, imaaaan, dan imaaaan. Makna persaudaraan didalam Islam adalah saudara dalam akidah dan agama. Karena sesungguhnya Allah telah mengikat persaudaraan ini dengan iman dan menjadikanya sifat wajib daripada hakekat iman itu sendiri, sebagaimana firmannya dalam QS alhujurat ayat 10:
Artinya: orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
QS Al-Hujurat : 10
Imam qurtubi menafsirkan إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ adalah di dalam aqidah dan agama, maka dikatakan bahwa ukhuah fiddin astbat min ukuwah ansab. Apabila anda temukan ukhuwah tanpa iman, amaka sesungguhnya ukhuwah palsu tidak ada akar dan buahnya. Ukhuwah tanpa iman sesungguhnya bukan ukhuwah, akan tetapi hanyalah pertemuan kepentingan dan tukar menukan manfaat. Apabila anda temukan iman tanpa ukhuwah, maka ketahuilah bahwa iman tersebut tidak sempurna yang membutuhkan tashih dan tajdid iman. Ukhuwah adalah sifat dan karakter wajib bagi iman dan tidak akan terpisahkan selamanya.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara, tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini {Rasulullah menunjuk dadanya} {Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali}. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” {Muslim 8/11}
Melihat perpecahan umat saat ini yang semakin mengakar. Bahkan keluargapun jadi berantakan lantaran beda pilihan. Fakta ini mengingatkan kita pada kisah perselisihan pertama kali di di dunia, yaitu kisah Qabil dan Habil. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah 27-31;
Artinya: Ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” “Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepAdamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.” Maka hawa nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.
QS. Al-Maidah 27-31
Dalam tafsir Attabari sebagian ahli tafsir dua anak Adam yang dimaksud dalam ayat ini adalalah dua orang dari kalangan Bani Israel. Pendapat ini lemah menurut Imam Attabari. Yang benar adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas bahwa kedua orang itu adalah Qabil dan Habil. Habil adalah seseorang yang taat kepada Allah. Adapun Qabil adalah seseorang yang berperilaku sebaliknya. Suatu ketika tersirat dalam hati mereka niat untuk berkurban kepada Allah swt. Maka merekapun melaksanakan niat tersebut dengan cara yang berbeda. Sebagai peternak Habil berkurban dengan seeor kambing miliknya yang paling bagus. Sedang Qabil yang serang petani berkurban dengan hasil panennya yang paling buruk. Akibatnya kurban Habil diterima oleh Allah sedang kurban Qabil tidak. Qabilpun meradang pada Habil.
Ayat ini memerintahkan nabi Muhammad saw agar menceritakan kisah Qabil dan Habil kepada orang-orang yahudi yang berniat jahat kepadanya dan para sahabat. Agar mereka tahu bagaimana akibat dari kezaliman makar dan kedurhakaaan.
Dalam Tafsir ibnu kasir Allah menjelaskan bagaimana kesudahan orang yang suka semena-mena, dengki dan berbuat aniaya. Bukan hanya bertindak semena-mena, Qabil membunuh Habil karena rasa dengki iri melihat nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain (saudaranya).
Pada awalnya Allah swt menetapkan agar Adam as menikahkan putrinya dengan putranyakarena keadaan yang memaksa. Tetapi ada yang mengatakan setiap kali lahir Adam mendapatkan sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan. Pasangn kembar ini harus menikahi pangan kembar yang lain secara silang.
Pasangan kembar dari Habil agak buruk rupa. Sedangkan pasangan kembar Qabil memiliki wajah yang cantik. Qabil ingin menikah dengan pasangan kembarnya itu, bukan Habil saudarnya. Tetapi Adam tidak setuju sebelum mereka mengajukan qurban. Siapa yang kurbanya diterima, dialah yang berhak menikahi kembaran Qabil. Ternyata kurban Habillah yang diterima.
Ibrah dari peristiwa
Allah menurunkan ibrah dari setiap kisah dalam Al-Quran. Ibrah dalam bahasa arab berasal dari ‘Abara yang berarti jembatan penghubung. Dengan mempelajari kisah diharapkan ada jembatan penghubung antara peristiwa masa lalu dan saat ini. Sehingga seseorang dapat mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa masa lalu.
Dari kisah ini betapa orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tega membunuh saudaranya tanpa perasaan meskipun saudaranya tidak bersalah. Sementara si korban meskipun diancam dengan kematian ia mengatakan tidak akan membalas saudaranya tersebut. Inilah konsekuensi tidak adanya rasa takut kepada Allah. Ketika mereka melakukan kezaliman dan penganiayaan ketidakadilan, mereka pasti akan hancur.
Ketamakan duniawi juga mengakibatkan kebengisan dan tindakan tidak bermoral pada manusia. Bagi orang yang memiliki keimanan kepada Allah, ridha Allah diatas segala-galanya. Dalam hatinya ia hanya melabuhkan rasa takutya kepada Allah, bukan kepada kematian, kelaparan, atau hal-hal yang dapat memalingkan dari kebenaran.
Bagaimanapun keadaannya, orang yang takut kepada Allah tidak akan menyimpang dari al-quran. Bahkan ia berpegang teguh padanya. Ia selalu bertindak hati-hati. Ia memiliki keyakinan bahwa Allah swt selalu melihat dan mendengar segala sesuatu. Kedangkalan pemahaman terhadap agama menjadikan hilangnya nurani. Tidak ada orang yang lolos dari pengawasan dan penghitungan Allah swt di hari perhitungan. Allah akan membalas semua ketidakadilan, kejahatan, dan segala bentuk tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Allahul Musta’an.
Oleh : Hasanudin – Staf Wakaf dan Dakwah YBWSA