Kepemimpinan Dalam Islam
Kepemimpinan adalah keperluan yang azasi dalam kehidupan manusia. Tugas kepemimpinan adalah memimpin jiwa-jiwa manusia untuk tunduk dan taat kepada Allah dan rasul-Nya, bukan sekedar hal-hal yang bersifat material, atau dengan kata lain mendidik iman dan taqwa.
Pemimpin dalam Islam memiliki fungsi ganda yang harus dilaksanakan secara integral. Pertama, adalah melaksanakan fungsi sebagai leader, yakni untuk menggantikan misi kenabian dalam rangka menjaga al-din (likhilafati al-nubuwah fi kharosati al-din). Kedua, fungsi manajerial, yaitu mengatur organisasi untuk urusan duniawi (fi syiyasati al-dunya) (Imam al-Mawardi).
Manusia dihadirkan ke bumi adalah sebagai abdullah dan khalifatullah fi al ardh. Kedua peran tak bisa dipisahkan, sebagai abdullah tugasnya menjadi khalifah dan menjadi khalifah adalah dalam rangka abdullah. The two faces of the same coin. Di bumi ada tanah, air, udara, flora, fauna, dan sebagainya, dan manusia. Jadi tugas manusia adalah mengelola alam dan memimpin sesama manusia. Dan setiap individu harus bertanggung jawab.
Firman Allah :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS 2:30)
Dan Hadits :
“Dari Abdillah bin Umar berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu bertangbertangggung jawab atas apa yang kamu pimpin, seorang Imam adalah pemimpin, dan dia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya, Seorang Laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas keluarganya, Seorang Perempuan adalah pemimpin di dalam rumah suaminya, dan dia bertanggung jawab atas rumah suaminya, dan seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan bertanggung atas harta tuannya, dan seseorang adalah penjaga atas harta bapaknya dan bertanggung jawab atas harta bapaknya. Maka kamu sekalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang kalian pimpin.
Menjadi khalifah adalah karena tugas mengabdi kepada Allah (abdullah), karena itu pemimpin sejatinya adalah Allah. Ketundukan dan ketaatan sejatinya kepada Allah. Manusia ditakdirkan sebagai mahluk sosial, maka harus dan hanya bisa bekerja dalam jama’ah (kelompok). Tak ada sukses sendiri. Di setiap kelompok diharuskan ada pemimpinnya.
Kelompok kecil misalnya keluarga atau kelompok dalam bepergian, maupun kelompok besar misalnya institusi, suku atau bangsa harus ada satu orang menjadi pemimpinnya. Untuk mendapatkan pemimpin yang tepat, maka harus mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Muhammad Rasulullah Saw. adalah Pemimpin Agung umat manusia yang harus diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan seluruh manusia dan semua kelompok manusia. Maka semua pemimpin kelompok manusia haruslah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin kelompok yang tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya harus ditaati semua anggota kelompoknya.
Firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. 4: 59)
Siapa saja yang mengambil sebagai pemimpinnya selain Allah dan Rasul-Nya maka pemimpinnya adalah iblis. Siapa saja yang menjadikan orang-orang kafir sebagai sahabatnya maka mereka termasuk golongan mereka.
Memilih orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin adalah terlarang,
Firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS 5: 51)
Menjadikan orang-orang kafir sebagai wali, pelindung, penolong, teman setia juga terlarang. (QS 3:28; 3:118; 4:89; 4:139; 4:144; 9:16)
Dalam hal kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw, setidaknya ada dua hal yang penting yang bisa dipakai sebagai standar kepemimpinan Islami, yaitu Al Amin dan Uswah.
Al Amin akan lebih mudah dijelaskan bila kita fahami sebagai credible, yaitu sebagai pemimpin yang dapat dipercaya untuk melaksanakan tugas apapun dengan sukses. Kesuksesan itu dilandasi sikap dan karya profesional sebagai perwujudan kesalihan, dan juga karena kepemimpinan visioner, karena kemampuannya memandang situasi jauh ke depan.
Uswah adalah gambaran sebagai pemimpin yang integritas dirinya keseluruhannya dapat dipercaya dan dapat ditiru oleh siapapun, dan siapapun yang menirunya dijamin akan sukses dunia akhiratnya. Termasuk integritasnya sebagai pemimpin, dia adalah guru (Jawa : bisa digugu lan ditiru), panutan, dan trendsetter.
Dunia kini dalam situasi chaos, penjajahan, perampokan, pemaksiatan, ketidakadilan, dan sebagainya merambah ke seluruh pelosok bumi, tak terkecuali di negeri kita. Umat Islam sudah terhinggapi penyakit hubb ad dunya, karena itu semakin tertindas, susah mencari figur pemimpin yang credible (Al Amin) dan dapat menjadi panutan (Uswah). Dunia Islam sedang mengalami krisis kepemimpinan. Saatnya kita di dunia pendidikan Islam mempersiapkan kader-kader kepemimpinan Indonesia dan dunia.
Peradaban mulia hanya akan hadir dalam kepemimpinan Islam. Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang tunduk patuh dan taat kepada kepemimpinan Allah dan Rasul-Nya, Muhammad Saw.
(Buku Risalah Bismillah, Membangun Generasi Khaira Ummah, Bag. 4, hal. 23-24)