Kisah Sukses Seorang Driver

Salah satu Hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi bersabda “Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kika engkau mampu maka raihlah atau menjaga pintu tersebut”. Hadits ini menjelaskan kepada kita betapa mulianya kedudukan orang tua di dalam ajaran Islam sehingga kita wajib untuk menaati dan meletakkan Birrul Walidain sebagai bagian dari kehidupan kita.
Ada sebuah kisah menarik seorang remaja dari Bandung yang hidup dari keluarga yang kurang mampu. Orang tuanya hanya seorang sopir karena itu ia ingin membahagiakan orang tuanya. Dia ingin memuliakan orang tuanya, cara yang dia lakukan dia benar-benar belajar agar dia mampu menunjukkan prestasi sehingga harapannya untuk menjadi seorang pengusaha tambang. Benar-benar terwujud, belajar habis-habisan karena orang tuanya tidak mampu. Selain dia belajar, dia tetap takzim dia tetap patuh kepada orang tuanya. Namun nasib berkata lain ketika selesai sekolah menengah atas, dia mendaftar salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung dia tidak lolos melalui jalur prestasi sehingga dia tidak bisa menyenangkan orang tuanya. Ada rasa di mana perasaannya serba tidak enak, tidak nyaman karena tidak bisa membuat orang tuanya tertawa karena jalur prestasi, setidaknya bisa meringankan kedua orang tuanya. Namun orang tuanya ini luar biasa dalam bahasa Jawa istilahnya adalah bongbong“Nak kamu nggak perlu khawatir! Kamu nggak perlu bersedih. Bapak sudah siapkan syarat persiapan finansial untuk kuliah kamu, kalau kamu tidak diterima di jalur prestasi sudah kamu masuk di jalur reguler saja”. Dia daftar yang mengikuti ujian nasib berkata lain ternyata dia juga tidak diterima. Habislah harapan si anak itu. Tetapi orang tuanya ini luar biasa dia pun ingin memuliakan anaknya takrimul aulad, lalu dia berkata “Tidak usah khawatir kalau jalur reguler kamu tidak diterima masih ada satu jalur lagi non-reguler sudah kamu daftar ini. Uang sudah bapak siapkan”. Ternyata uang yang disiapkan oleh orang tuanya itu adalah uang dari hasil penjualan sepeda motornya, dia kumpulkan bertahun-tahun dia bisa beli motor hanya dalam waktu 3 bulan motor itu kemudian dia jual untuk mempersiapkan anaknya masuk kuliah. Orang tuanya juga membesarkan anaknya “Nak barangkali ini adalah cara Allah untuk mewujudkan cita-citamu kamu nggak usah bersedih La Tahzan”. Tapi anaknya ini kasihan sama orang tuanya “Tidak Pak. Saya akan bekerja. Nanti kalau saya dapat penghasilan saya akan kuliah”. Pilihan anaknya adalah menjadi sopir pribadi. Bapaknya sopir angkot, anaknya sopir pribadi. Setiap kali dia datang ke rumah juragannya pagi sekali mobil sudah dalam keadaan bersih. Nah setiap pagi itu pula sang juragan itu bingung, ini mobil sudah bersih tapi driver saya kok tidak ada ya? Cari sana sini ternyata si driver ini sedang berada di kamarnya dan tengah menjalankan shalat Dhuha. Si juragan ini terenyuh “Ya Allah saya yang sudah berlimpah kekayaan jarang shalat Dhuha, ini driver saya yang luar biasa masih muda taat beribadah”. Setiap kali perjalanan dari Bandung ke Jakarta dalam keadaan macet si driver ini tidak bertanya ‘Siang ini kita berhenti di mana? Makan di mana?’ tapi si driver muda ini selalu bertanya kepada juragannya ‘Kita berhenti di masjid mana?’ apa tidak sebaiknya kita shalat dulu karena perjalanan sehingga Jakarta cukup macet. Ini membuat si juragan semakin kagum dan salut, lalu dia bertanya “Kenapa kamu jadi seorang driver? Cita-citamu apa?”. Lalu si driver muda ini menjawab dengan polos “Saya dulu ingin masuk kuliah menjadi mahasiswa, tapi takdir berkehendak lain saya tidak diterima di jalur prestasi tidak diterima di jalur reguler, ya sudah saya kasihan sama bapak saya”. Spontan si juragan itu mengatakan “Nak pagi sampai sore kamu mengantar Bapak, malamnya kamu kuliah seluruh biaya kuliah aku yang akan membiayainya”. Siapa sebenarnya juragan ini? Juragan ini adalah seorang pengusaha tambang dan hingga usianya 50 tahun dia belum dikaruniai anak. Saat itu pula kemudian si driver itu diangkat sebagai anak asuhnya dia sekolahkan 5 tahun selesai kemudian dia pekerjakan di kantornya mulai dari level bala karena dasarnya anak ini adalah anak yang Saleh, satu persatu dari unit satu hingga unit terakhir dia lewati dan di usianya ke-60 juragan ini kemudian menyerahkan roda kepemimpinan perusahaan itu kepada anak angkatnya yang sekaligus dulu pernah menjadi drivernya dan di saat si driver muda ini sudah diangkat menjadi seorang direktur perusahaan tambang, dia sadar dia menangis ketika membaca satu satu pelamar pekerjaan dia buka CV-nya. Di situ ada fotokopi ijazah perguruan tinggi negeri Bandung yang dulu ia impikan, dia teringat kata bapaknya “Nak mungkin ini adalah cara Allah untuk mewujudkan cita-citamu, akhirnya cita-cita itu terwujud dengan cara yang lain”. Inilah sebuah kisah yang menginspirasi kita bahwa Birrul Walidain senantiasa taat kepada orang tuanya, ingin membahagiakan orang tuanya, memuliakan dan mensejahterakan orang tuanya, Allah akan memudahkan segalanya harapannya dipenuhi dan sekaligus dia tetap konsisten menjadi pribadi yang Saleh.
Pemateri : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag
Source: https://youtu.be/-ZVZPZ8uO0Y