Muhasabah Ibadah
Sungguh tidak terasa perjalanan waktu amat sangat cepat hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan pun demikian. Masih terbersit di dalam ingatan kita setahun yang lalu yaitu tahun 2023. Ternyata sekarang ini kita sudah berada di hampir penghujung tahun 2024. Oleh sebab itu bagi kita kaum muslimin marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri kita, karena perjalanan waktu yang amat cepat itu. Di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengingatkan kepada kita di dalam Qur’an surah Al-Hasyr ayat 18 يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡتَـنۡظُرۡ نَـفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَؕ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Ada hal yang menarik di dalam tafsir Ibnu Katsir yaitu Tafsirul Qur’an juz 4 halaman 295, di situ disampaikan bahwa Ibnu Katsir di dalam menafsiri ayat tadi yaitu mengingatkan kepada kita “Hitung-hitunglah diri kalian sebelum nanti diri kalian akan dihitung oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka sesungguhnya semua diantara kita harus meningkatkan kualitas amal saleh. Sebab kita semuanya nanti akan kembali ke haribaan Allah dan mempertanggungjawabkan apa yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia ini”. Di dalam tafsir yang lain sebagaimana ditulis di dalam Tafsir Al-Imam Jalaludin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Alazim pada juz 4 halaman 276 menyampaikan “Marilah untuk senantiasa memperkuat amal-amal kebaikan, amal-amal saleh untuk bekal kita pada kehidupan yang akan datang”. Oleh sebab itu di hampir penghujung tahun ini bermuhasabah adalah merupakan sesuatu jalan terbaik bagi hidup dan kehidupan kita. Sungguh ketika Allah memberikan tambah umur/usia bagi kita, maka hakikatnya berkuranglah jatah umur dan kehidupan kita. Yang jadi problem persoalan adalah bagi kita tidak ada yang tahu kapan dan di mana dan bagaimana keadaan kita nanti ketika dijemput oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu peningkatan kualitas ketaqwaan melalui ibadah kepada Allah adalah merupakan jalan yang terbaik bagi kita di dalam bermuhasabah di hampir penghujung tahun ini. Kita pun diingatkan oleh Allah bahwa kita diciptakan oleh Allah menjadi manusia sebagaimana di dalam Qur’an surah Adz-Dzariyat ayat 56 Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Oleh karena itu kita perlu untuk memahami hakikat kita diciptakan di alam dunia ini, bukan sekedar kita terlelap oleh dunia yang kadang menyelokkan mata dan kehidupan.
Bertambahnya tahun berarti berkurangnya tahun, maka bertambahnya tahun haruslah terintegrasi secara positif terhadap peningkatan kualitas ibadah kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu salah satu ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasul adalah shalat. Di dalam haditsnya Rasulullah menyampaikan “Bahwa amal yang akan pertama kali dihisab dihitung oleh Allah nanti ketika di akhirat adalah shalat kita”. Oleh sebab itu marilah kita untuk bersemangat menjalankan kegiatan yaitu ibadah yang sangat-sangat penting ini. Menjalankan shalat jamaah akan lebih mulia 27 derajat dibanding shalat sendirian. Walau demikian menjalankan ibadah shalat ini pun harus berhati-hati, jangan sampai kemudian bersih di dalam diri dan hati kita bahwa adanya perbedaan ketika keikhlasan kita menjalankan ibadah secara terang-terangan dan juga sembunyi-sembunyi, oleh karenanya kita pun diingatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an bahwa melakukan ibadah secara terang-terangan dan sembunyi marilah kita berupaya untuk menyamakan frekuensi berikhlas kepada Allah jangan sampai ketika kita beribadah di hadapan manusia semangatnya luar biasa tetapi ketika kita ibadah sendirian kita menjadi malas dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya di dalam ibadah ini kita harus berhati-hati. Boleh jadi akan muncul sifat riya. Orang yang muncul sifat riya di dalam ibadahnya akan mengurangi pahala ibadah itu. Oleh sebab itu marilah kita mencoba melakukan introspeksi diri di dalam diri dan kehidupan. Tidak boleh kita menilai seseorang dari zahirnya saja. Marilah kita menata diri batin dan kehidupan kita. Jadikan semua kegiatan kehidupan kita menjadi amal ibadah yang akan diterima oleh Allah. Sebab kegiatan yaitu kehidupan kita ada ibadah yang mahdhah dan ibadah yang ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah yang sudah ditetapkan oleh Allah tata cara aturannya sebagaimana shalat, tetapi juga ternyata kehidupan kita akan mampu bernilai ibadah seperti kita melakukan aktivitas pekerjaan kita dengan penuh keikhlasan kepada Allah.
Kita diingatkan oleh Nabi “Segala sesuatu yang penting dan bernilai apabila tidak kita mulai dengan melakukan yaitu membaca basmalah meniatkan untuk Allah, maka dia tidak akan mendapatkan pahala dari Allah”. Oleh sebab itu marilah di akhir penghujung tahun yang beberapa hari lagi ke depan kita menggunakan waktu-waktu ini untuk bermuhasabah diri. Sudah seberapa ibadah kita atau jangan-jangan lebih banyak kesalahan yang sudah kita perbuat. Mudah-mudahan Allah memberikan umur usia yang panjang bagi kita untuk taat kepadanya dan menggapai ridhonya. Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin.
وَٱلْعَصْرِ
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran”.
Pemateri : Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I.
Source: https://youtu.be/GBEah2xf-Qg