Salikin dan Majdubin Perlu Inayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Orang yang sampai tingkat ma’rifat, dia mengenal Allah dengan sebaik-baiknya sehingga kebenaran telah dia capai. Bahwa dialah yang punya wujud hakiki dan dengan mengenali dia sebagai wujud hakiki dialah yang menjadi sang Khalik. Maka dia bisa mengenali seluruh alam raya ini karena ma’rifat dia kepada Sang Khalik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalil pencarian argumen untuk bisa mengenal Allah itu hanya dikarenakan keadaan seseorang yang belum mencapai wushul sampai ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab ketika seseorang sudah sampai wushul benar-benar ma’rifat kepada Allah, baginya tidak pernah gaib. Allah itu darinya sehingga memerlukan pencarian dalil pencarian argumen untuk mengenalinya dan baginya Allah tidak pernah jauh karena kalau dianggap jauh akan memerlukan media untuk mencapai kepadanya. Hikmah ini disampaikan oleh Beliau untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya semua manusia itu diberikan potensi. Mulai potensi lahir termasuk panca indra yang dibawa sejak lahir dan dengan perkembangannya diberikan penglihatan oleh Allah, pendengaran oleh Allah, penciuman oleh Allah dan kecerdasan akal dan hatinya dibuka oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan demikian manusia bisa mencapai ilmu tentang alam raya ini dan bisa juga mengenal kepada sang pencipta alam raya. Itulah yang digambarkan proses awalnya oleh Allah dalam surat Al-Qur’an, beliau dalam ayat Al-Qur’an mengatakan nya semua manusia itu ketika lahir tidak tahu apa-apa. Tetapi selanjutnya dalam proses diberikan Allah yang besar yaitu kemampuan indrawinya bahkan Indra batinnya lewat kecerdasan dan akal nuraninya, hati nuraninya sehingga dia bisa tidak sekedar mengenal yang lahir tapi juga mengenal yang batin. Tidak sekedar mengenali alam raya ini tapi juga mengenali siapa sang pencipta alam raya ini. Tidak sekedar mengenali dan menemukan hukum-hukum yang melekat pada alam sunnah kaumiah tetapi juga mengenali siapa yang menetapkan hukum-hukum kauniah itu. Itulah yang dicapai oleh orang yang ma’rifat.
Siapapun yang telah mencapai pengenalan pada alam raya juga pengenalan pada sang penciptanya oleh Beliau diklasifikasikan sebagai dua kelompok:
- Muradin, orang-orang yang memang dikehendaki oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengenal, untuk ma’rifat kepadanya. Merekalah yang seringkali oleh kalangan Muslimin khususnya disebut sebagai majdubin orang yang memang ditarik oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk datang keharibaannya. Mereka mendapatkan Inayah yang sangat luar biasa sangat besar sehingga dia dengan cepat bisa mencapai wushul. Bisa secepatnya ma’rifat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ada kisah ketika Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menengok seorang wali yang sedang sakit kemudian wali itu meninggal dunia dan ketika itu ada seorang yang belum Muslim dia masih non muslim. Ketika itu pula ditunjuk oleh Abdul Qadir untuk memotong rambutnya untuk mandi dan di syahadatkan masuk Islam. Ternyata berikutnya adalah ditunjuk untuk menggantikan Wali Abdal yang baru saja meninggal dan ternyata yang di perintahkan semacam memang benar-benar Majdub Murad orang yang dikehendaki Allah untuk menjadi muslim yang baik bahkan dengan segera dan sangat cepat langsung mencapai tingkatan Wali.
- Kelompok yang muridin, orang-orang yang punya keinginan. Mereka punya kesadaran untuk menjalani proses bagaimana mendekatkan diri pada Allah lewat ibadah. Didasari iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, iman kepada Rasulullah, iman kepada janji-janji Allah, bahwa untuk mendekatkan diri ada jalan yaitu ibadah kepada Allah. Amal saleh yang demi mencari Ridha Allah. Dengan demikian mereka secara bertahap tambah dekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka yang menjalani tahapan-tahapan sehingga menjadi tambah dekat pada Allah itulah yang banyak disebut dengan salikin; orang yang menapaki jalan proses untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bagaimanapun juga baik yang masuk kategori muradin atau yang masuk kategori muridin atau majdubin sejatinya adalah termasuk orang yang diik Allah untuk diberi inayahnya. Tanpa Inayah tanpa pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mereka tidak akan bisa menjalani itu semua.
Dalam sejarah Islam kita tahu Umar adalah tokoh yang melawan Nabi bersama muslimin. Ketika itu Abi Sufyan adalah Panglima kafir yang melawan Nabi dengan semua tentaranya. Khalid adalah Panglima lain yang juga memimpin perang tentara-tentara musyrikin melawan Nabi tapi Allah menghendaki mereka diberi hidayah diberi Inayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan mereka semua menjadi sahabat yang saleh sahabat yang baik dan tentu saja mereka adalah lebih utama dibanding siapapun yang saleh di bawah para sahabat para tabiin.
Dalam kitab Lathoiful Minan disampaikan pesan bahwa ketika orang masih dalam tataran di mana dia membutuhkan dalil-dalil untuk mencapai kebenaran untuk mencapai ma’rifat itu memang yang seharusnya dia mencari dalil-dalil demikian itu baik dengan kecerdasan akalnya keilmuannya dan dalam bimbingan para masyayikh para guru tetapi bagi orang yang memang sudah sampai tingkatan ma’rifat karena kuatnya musyahadah laksana dia benar-benar menyaksikan kebenaran itu. Maka dia tidak memerlukan dalil dengan demikian siapapun yang berproses lewat suluh maupun yang diberikan yang sangat luar biasa sehingga seakan langsung mencapai tingkat ma’rifat. Semua itu sejatinya adalah karena Pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan semua itu penting disyukuri dan bergembira atas yang ada pada kita baik lewat proses suluk maupun proses in yang luar biasa dalam bentuk jadab yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I
Source: https://youtu.be/hKlzwbLzVhI