Menabur Kebaikan
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Rabu 7 Agustus 2024
Pemateri : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag
Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Berbagi kepada sesama tidak harus menunggu kaya dengan apa yang kita miliki. Semuanya bisa terjadi kebaikan bisa muncul dari mana saja dan kapan saja termasuk dari sosok yang sederhana sekalipun di sebuah desa yang kecil dan terpencil hidup seorang nenek bernama Fatimah ia tidak memiliki apa-apa, ia tinggal sendirian di rumah yang tidak terlalu besar. Suatu saat di desa di mana ia berdomisili terjadi sebuah kebakaran yang luar biasa yang melalap hingga puluhan rumah para pengungsi. Kemudian menginap di rumah nenek Fatimah ia tidak memiliki apa-apa lalu ia bergegas mengambil jari yang ia simpan di dalam almari lalu ia bagikan kepada para pengungsi di rumah hanya ada kacang hijau lalu ia masak ia jadikan bubur lalu ia berikan. Setelah kebakaran itu mereda debu mulai turun dan terlihat ada jarik yang terbentang di antara sekian banyak orang-orang yang berlalu lalang berada di depan rumah nenek Fatimah. Itulah jari menjadi simbol kebaikan seorang nenek Fatimah.
Ada lagi kebaikan yang muncul justru dari seorang anak yang belum baligh, setiap kali ia berulang tahun yang ia lakukan ia tanam tiga pohon kecil di sepanjang jalan menuju kampungnya dan ia lakukan setiap kali si anak ini berulang tahun hingga ia beranjak dewasa dan setelah ia menjadi tua, pohon itu berubah menjadi pohon yang besar. Ajak cucunya perlihatkan bagaimana sepanjang jalan menuju rumahnya sekarang sudah menjadi rindang dan ia perlihatkan kepada cucunya banyak orang yang kemudian menepi dan berteduh dari pohon yang dulu kecil dan sekarang berubah menjadi besar.
Inilah kebaikan sekecil apapun itu bisa kita lakukan dan persis sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda “Sebaik-baik kalian itu adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan orang lain merasakan aman dari kejelekannya”.
Source: https://youtu.be/lVEyJC-fHwU