Fenomena Anak Muda Zaman Sekarang
Beberapa bulan terakhir ini kita sering disuguhi berita kita mengenai fenomena kenakalan remaja, ada fenomena gangster atau ada yang mengenal dengan istilah kreak. Yang kemudian menimbulkan tawuran di mana-mana bahkan yang terakhir kurang lebih seminggu yang lalu sampai ada anak-anak muda yang tertembak oleh polisi yang menurut keterangan polisi katanya terlibat tawuran terlepas dari benar atau tidak berita itu. Yang pasti fenomena ini menarik untuk kita cermati karena anak-anak muda ini adalah masa depan bangsa kita tahun 2045 menjelang 100 tahun Indonesia merdeka. Banyak orang meramalkan bahwa Indonesia memiliki bonus demografi di mana pada tahun itu adalah banyak generasi-generasi Indonesia emas tapi kalau melihat fenomena yang ada sekarang tampaknya 2045 tidak akan menjadi Indonesia emas tapi Indonesia cemas. Banyak analisis yang disampaikan oleh para pakar mengenai bagaimana menjelaskan fenomena ini ada orang yang mengatakan sebagian pakar adalah karena bentuk frustasinya anak-anak muda yang memandang masa depan ini tampaknya Masa Depan Suram, di mana sulit mencari pekerjaan, tantangan ekonomi semakin berat, biaya pendidikan juga mahal, yang kemudian menimbulkan sifat frustasi dari anak-anak muda.
Frustasi itu diejawantahkan dalam bentuk seperti yang diberitakan itu ada juga bahkan yang menganalisis bahwa jangan-jangan ini adalah bagian dari kegagalan sistem kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dan banyak lagi analisis-analisis yang disampaikan oleh para pakar. Tetapi dalam konteks khotbah ini pemateri hanya akan mengingatkan satu hal bahwa sebenarnya fenomena ini menjadi teguran keras bagi kita para generasi yang sudah sepuh untuk lebih banyak memfokuskan kembali melakukan perhatian terhadap pendidikan, akhlak dan moral anak-anak kita. Orang tua kembali diingatkan mengenai tanggung jawabnya yaitu kita memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk menghasilkan generasi-generasi penerus kita yang berkualitas secara moral. Bahkan dalam sebuah hadits kita diingatkan Abi dzarrin Al Ghifari dari Abu Dzar beliau mengatakan “Barang siapa yang diberi rezeki oleh Allah berupa anak, maka dialah yang memiliki kewajiban untuk mendidik moral mereka dan kemudian memberikan akal ilmu kepada dia bahkan dawuh ini ditutup dengan pernyataan ‘Barang siapa yang meninggalkan anaknya dalam keadaan bodoh artinya tidak mengerti mana yang benar, mana yang salah, mana halal, mana haram. Maka dosa yang dilakukan oleh anak yang bodoh karena kita lalai mendidiknya, semua dosa itu akan dimintakan pertanggungjawabannya juga kepada kita para orang tua’”.
Dalam konteks pembentukan karakter dan pendidikan moral ini, sebenarnya kita sudah diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di mana kita harus dari sejak dini mendidik anak-anak kita untuk membiasakan mendirikan shalat lima waktu, jangan-jangan ini tentu masih memerlukan survei yang mendalam mungkin perguruan tinggi. Ini perlu melakukan survei berapa persen anak-anak muda kita, remaja kita yang masih mau menjalankan sholat lima waktu secara penuh. Ini penting karena ternyata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kepada kita “Perintahkanlah anakmu untuk menjalankan shalat sejak mereka berusia 7 tahun”. Bahkan Rasulullah menekankan “Jika mereka tidak mau melaksanakan shalat, sedangkan usia mereka sudah 10 tahun, maka kita diperintahkan untuk memperkeras perintah itu dengan simbol memukul”. Tentu saja dengan atau yang tidak melukai dan sinyal mengenai kerusakan moral atau ketidakteguhan moral itu salah satu penyebab pentingnya adalah karena anak-anak itu meninggalkan shalat ini yang disinyalir oleh Allah di dalam Al-Qur’an Surah Maryam Allah mengatakan ketika yang mengganti generasi tua itu adalah khun, satu generasi yang mereka suka menanyakan shalat. Kalau sudah demikian, biasanya orang kalau sudah menyia-nyiakan shalat yang terjadi adalah dia akan mengikuti hawa nafsu. Syahwatnya kalau sudah demikian orang yang demikian akan mudah terjerumus ke dalam kesesatan dan kerusakan.
Inilah satu hal yang menunjukkan bahwa kita ini terus-menerus diperintahkan oleh agama agar jangan lalai terhadap shalat lima waktunya anak-anak kita. Termasuk juga shalat lima waktunya kita sendiri. Bahkan kalau kita lihat di dalam Al-Qur’an mengenai betapa pentingnya peranan shalat untuk membentuk karakter ini sampai-sampai Rasulullah pun diperintahkan oleh Allah “Wahai Muhammad perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat”. Lalu Allah katakan “Dan Bersabarlah kamu di dalam shalat dan juga di dalam memerintahkan shalat atas keluargamu”. Maknanya apalagi kalau kita lihat dalam Al-Qurtubi dikatakan semenjak turunnya perintah agar Nabi memerintahkan keluarganya untuk shalat. Alqueby meriwayatkan sejak turun ayat itu Rasulullah setiap menjelang subuh setiap hari selalu datang ke rumah menantunya dan anak putrinya yaitu Sayyidah Fatimah Azzahra yang bersuamikan Sayyidina Ali, beliau setiap pagi menjelang subuh datang ke rumah anaknya mengetuk pintunya sambil mengatakan asalat asalat asalat “Shalat nak, shalat nak”. Mari kita membayangkan seorang Rasul yang putrinya disebut oleh Nabi sebagai calon perempuan, imamnya perempuan di surga Sayyidina Ali sebagai Madinatul Ilmi sebagai Babul Ilmi itu setiap hari Rasulullah membangunkan untuk shalat. Pertanyaannya apalah lagi kita yang bukan siapa-siapa seberapa sering kita mengingatkan anak kita untuk shalat lima waktu, menegur anak kita jika anak kita tidak shalat karena ternyata itulah yang menjadi dasar bagi pembentukan moralitas anak kita. Salah satunya adalah melalui mendisiplinkan shalat lima waktu.
“Sesungguhnya shalat itu akan mencegah orang-orang yang melakukan shalat dengan baik akan perbuatan yang fahisyah perbuatan keji dan juga perbuatan yang mungkar”.
Pemateri : Dr. KH. M. Arja’ Imroni, M.Ag
Source: https://youtu.be/J7yROCl-r7g