Bolehkah Melawan Negara dengan Senjata?
Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) menyelenggarakan halaqoh kebangsaan yang dilangsungkan di Unissula (30/12/2022). Hadir sebagai pembicara KH Abdul Qayyum Mansur dan Mayjen TNI (Purn) Dr Arief Rachman ST MM MBA.
Gus Qayyum dalam hal ini menekankan bahwa setiap negara membutuhkan agama. “Jadi karakter bangsa itu punya tanggungjawab atas perilakunya. Kalau tidak ada tanggungjawab atas perilakunya maka karakter bangsa akan memiliki karakter binatang. Karena negara yang tidak memiliki agama mereka tidak akan percaya akan adanya pembalasan atas perbuatan-perbuatannya,” jelasnya.
Pengasuh Pesantren An Nur Lasem itu melanjutkan, “Maka dalam cinta tanah air juga membutuhkan agama. Cinta tanah air bisa berupa kerinduan, kepedulian dengan tanah air,” lanjutnya.
Menurutnya cinta tanah air bisa diwujudkan dengan berlaku tidak rasis, tidak fanatik terhadap salah satu suku bangsa, dan memiliki kontribusi terhadap negara. “Cinta tanah air adalah menafkahkan dirinya sendiri untuk kontribusi terhadap bangsa dan negara dengan apa yang dimilikinya. Bisa harta, pemikiran, bahkan do’a,” jelasnya.
Selanjutnya menjaga kekayan negara beserta teritorialnya dengan tidak memperkaya diri. Mencegah separatisme membela tanpa senjata untuk menjaga keamanan dan ketertiban. “Misal hak-hak rakyat ada yang tidak terpenuhi, tetap tidak boleh angkat senjata. Melawan dengan jalan hukum, boleh. Namun melawan dengan senjata tidak boleh. Jika tidak mampu melawan, maka ikuti saja. Karena mengikuti tidak berarti mendukung,” jelasnya.
Selanjutnya adalah berkorban untuk negara, menjaga supremasi hukum (diharamkannya praktik-praktik gratifikasi). Menjaga solidaritas suku bangsa tanpa melanggar agama, kesadaran bangsa dan bernegara akan bahaya budaya hutang. Terakhir adalah menjaga negara dari ideologi-ideologi ekstrimis.
Mayjen TNI (Purn) melanjutkan bahwa saat ini masyarakat terutama umat Islam harus mawas diri terhadap keadaan-keadaan akhir zaman. “Maka dalam kondisi akhir zaman ini, dalam berbangsa dan bernegara kita harus mengedepankan kelembutan dan kesabaran yang diikuti dengan keyakinan bahwa skenario alam ini Allah yang punya,” jelasnya.
Ia melanjutkan, “Maka ada beberapa hal untuk menjaga kejahilan akhir zaman, yaitu menjaga kalimat Laa ilaaha illallaah, menunaikan sholat dengan khusu’, menjaga istigfar, dan saling mengingatkan dalam hal kebaikan,” ungkapnya.
Rektor Unissula Prof Dr Gunarto SH MH menanggapi bahwa dalam bernegara perlu adanya integritas ilmu agama dan sains, serta kelembutan hati. “Mengintegrasikan ilmu agama dan sains, serta kelembutan hati maka akan mendatangkan rahmat Allah. Karena jika hanya sains saja itu akan melahirkan Tuhan-Tuhan baru. Maka perlu adanya agama,” jelasnya.