Ungkapan Rasa Syukur
Salah satu ayat Al-Qur’an yang mengisahkan bagaimana Nabi Sulaiman Alaihissalam mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nabi Sulaiman pernah membuat sayembara “Siapa di antara kalian yang bisa memindahkan singgasana Kerajaan sebelum Ratu Balqis ini berada di kerajaan?” Ada di antara pembantu Nabi Sulaiman yang menyanggupi untuk memindahkan singgasana itu sebelum mata ini berkedip kembali. Hal ini sebagaimana tertulis di dalam surah An-Naml ayat 40 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab Berk kata aku akan membawa singgasana itu sebelum matamu berkedip”. Maka ketika Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur”.
Ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya yang telah memberikan karunia nikmat dan Anugerah melimpah merupakan pikiran dan sikap manusia paling kaya, dia tidak sombong karena dia tidak berbangga hati justru ia menyatakan bahwa kekayaannya dan sederet kemampuannya itu adalah nikmat baginya untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur kepada Allah. Jika Nabi Sulaiman yang kekayaannya, kesuksesannya dan kemakmurannya yang melimpah bisa bersyukur kepada Tuhannya, tentu kita sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam harus menempat diri, untuk pandai bersyukur. Berapa banyak kita ini sering mendapatkan anugerah? Mendapatkan nikmat dari Allah buru-buru? Kemudian kita mengungkapkan rasa syukur itu kepada orang yang memberikan itu kepada kita. Mungkin kita langsung mengucapkan “Terima kasih Bapak. Terima kasih Ibu”. Mengacu pada surah An-Naml ayat 40 maka sebaiknya kita harus mendahulukan dan menempatkan Allah sebagai pemberi nikmat alhamdulillah baru kemudian kita ucapkan terima kasih Bapak, terima kasih Ibu.
Inilah pelajaran yang bisa kita petik. Kenapa Nabi Sulaiman tidak mengungkapkan terima kasihnya kepada pembantunya? Tetapi terlebih dahulu mengungkapkan rasa terima kasihnya itu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu marilah kita selalu menempatkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai segala-galanya. Sekalipun pembawa dan pemberi apa yang kita inginkan itu adalah saudara kita teman kita dan apapun itu tentu saja tidak akan pernah bisa terjadi tanpa ada puasa dan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pemateri : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag
Source: https://youtu.be/Y-JuAidYNYg