Strategi Pendidikan Integratif Nabi Ibrahim
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Senin 3 Juni 2024
Pemateri : Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I. Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Seringkali ketika kemudian kita mendengar tentang cerita Nabiyullah Ibrahim terkesan kita hanya mengambil dari aspek ritualitas ibadah Idul Adha saja padahal sebetulnya di dalamnya mengandung sebuah hal yang luar biasa yaitu terkait dengan pendidikan integratif yang terbukti sukses yang dilakukan oleh Nabiyullah Ibrahim dalam rangka menghasilkan generasi yang terbaik yaitu Nabiyullah Ismail Alaihissalam. Ketika Nabi Ibrahim telah lama tidak dikaruniai putra maka kemudian beliau terbersip di dalam diri bahwa beliau ingin sekali punya putra dan kemudian apapun yang Allah perintahkan akan dilakukan maka kemudian beliau pun akhirnya dikaruniai oleh Allah seorang putra yang bernama Ismail Alaihissalam di mana kita tahu bahwa ketika Ismail sedang tumbuh kembang dengan begitu menyenangkan luar biasa maka kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan mimpi kepada Nabiyullah Ibrahim untuk menyembelih Ismail sang pujaan hatinya.
Syeikh Wahbah Az-Zuhaili di dalam tafsir Al-Munir beliau menyampaikan bahwa paling tidak para ulama ada yang mengatakan usia Nabiyullah Ismail adalah 7 tahun ada yang menyebutkan 13 tahun tetapi yang terpenting adalah yang kita garis bawahi bahwa Nabiyullah Ismail jawabannya itu diabadikan oleh Al-Qur’an bahwa ketika Allah memberikan sebuah wahyu kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya maka kemudian Nabi Ibrahim memanggil putranya “Wahai putraku bagaimana pendapatmu aku telah diperintah oleh Allah sang Rabbul Izzati untuk menyembelih dirimu?” maka jawaban Nabiyullah Ismail ini amat sangat luar biasa yaitu di dalam Qur’an surah As-Saffat ayat 102 maka kemudian Ismail menjawab ya abati ifal maaruajuni insyaallahu minobirin wab Zuhaili mengatakan usia 7 atau 13 tahun tapi jawabannya sampai diabadikan di Al-Qur’an maka ini luar biasa, ke luar biasaannya misalnya kita lihat bahwa Nabiyullah Ismail walaupun masih kecil tetapi secara intelektual questions nya kemudian secara emosional question nya dan secara spiritual question nya begitu luar biasa. Yang pertama misalkan secara IQ nya dia sangat cerdas sebab pertanyaan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim adalah pertanyaan yang kelas berat sebab ketika dia menjawab bisa terbunuh dan dia tidak menjawab pun dia terbunuh oleh sebab itu beliau langsung mampu menjawab dengan cerdasnya dan luar biasa maka anak kecil tapi IQ nya sudah tinggi. Yang kedua adalah Nabiyullah Ismail memiliki emosional yang sangat luar biasa tertata rapi di dalam dirinya tidak ada tanda-tanda redaksi di dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Ismail itu merasa takut atau gemetar padahal anak-anak sekarang usia MI atau SD kita tawari sunat saja mereka kadang menangis lah ini Nabi Ismail mereka itu ditawari untuk dibunuh disembelih karena perintah Allah tapi tidak gentar sama sekali dan yang lebih luar biasa adalah spiritualnya nya luar biasa sebab di dalam jawaban Nabi Ismail ada kata-kata satajiduni insya allahu minobirin “Semoga engkau Ayahku akan menemukan diriku termasuk orang-orang yang Insyaallah ke dalam golongan yang sabar” anak kecil usia sekitar 7 atau 13 tahun menjawab sesuatu dengan Insyaallah artinya bahwa sudah mengenal Allah sejak kecil dan lebih mengenal Allah dibandingkan dengan dirinya lebih mencintai Allah dibandingkan dirinya sendiri.
Pertanyaannya adalah bagaimana strategi yang dilakukan oleh Nabi Allah Ibrahim sehingga menghasilkan kualitas yang luar biasa seperti itu, paling tidak ada tiga hal yaitu Nabi Ibrahim adalah kuncinya mengintegrasikan antara pikir dzikir dan amal di dalam orientasi pendidikannya maka di dalam Al-Qur’an yang pertama yang dilakukan Nabi Ibrahim itu dulu jauh sebelum diberikan oleh Allah anugerah itu sudah berdoa kepada Allah Rabbi habli minasholihin Ya Allah semoga engkau mengaruniakan kepadaku generasi yang Saleh artinya ini perlu kita tiru di dalam konteks pendidikan di mana guru di mana dosen selalu mendoakan kepada yaitu mahasiswa-mahasiswinya karena hakikatnya inilah adalah timbal balik daripada Birul Walidain yang luar biasa maka kemudian yang kedua yang dilakukan oleh Nabiyullah Ibrahim adalah beliau mencoba untuk memberikan makanan yang terbaik yang terjaga kehalalannya kepada putranya sehingga mampu menjadi generasi yang luar biasa dan yang ketiga yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan ini adalah hal yang paling penting adalah Nabi Ibrahim memberikan materi akidah keislaman secara menguat dan mendasar kepada putranya; artinya bahwa ketika beliau dididik dengan baik seperti itu maka beliau menjadi orang yang Birul Walidain luar biasa yaitu mengikuti apa yang disampaikan oleh ayahandanya dan mengikuti apa yang disampaikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu memang kunci daripada kesuksesan di dalam apa yang kita lakukan di dalam pendidikan adalah berorientasi untuk membentuk generasi yang Birul Walidain yang mana kita semuanya Insyaallah mendapatkan anugerah berkah.