Kajian
Menyambung Tangan Yang Putus

Menyambung Tangan Yang Putus

Kajian Kultum Ba’da Dzuhur –  Rabu 10 Juli 2024

Pemateri : Ust. Mustain, M.Pd.I

Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf

Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pergi keluar Madinah di dalam perjalannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melihat seorang laki-laki yang sedang menimba air untuk memberikan minum untanya lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepada seorang laki-laki itu “Apakah engkau ingin memberikan upah kepada seseorang yang membantumu untuk mengambil air untuk air minum unta?” jawab laki-laki itu “Iya” dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam akan diberikan tiga butir kurma setiap satu ember air yang ditimba oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan Rasulullah pun setuju dan sepakat dan akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memulai untuk menimba air itu setelah beberapa ember Rasulullah menimbang tiba-tiba talinya putus dan embernya jatuh ke dalam sumur laki-laki itu marahnya luar biasa kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sampai memaki-makinya dan sumpah serapah bahkan wajah yang mulia Rasulullah pun ditampar oleh laki-laki itu kemudian laki-laki itu memberikan 24 butir kurma sebagai imbalan yang diberikan kepada Rasulullah karena telah menimba air untuk untanya. Seorang laki-laki itu menampar wajah yang mulia itu namun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak berkata satu kata pun lalu Rasulullah pergi setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pergi laki-laki itu teringat terus apa yang telah ia lakukan kepada seorang laki-laki yang tak ada salah karena putusnya timba itu tidak ada unsur kesengajaan dari Rasulullah tetapi laki-laki yang merasa memberikan pekerjaan kepada Rasulullah itu marah-marah maki bahkan sumpah serapah dan dengan entengnya tangannya menampar wajah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam laki-laki itu dengan mata kepalanya melihat bagaimana Rasulullah berusaha sekeras mungkin berbagai upaya dan usahanya agar timba dan talinya itu bisa diambil kembali tetapi Rasulullah tidak berhasil. Bayangan rasa bersalah selalu menghantui laki-laki itu untuk menebus kesalahannya karena tangannya telah digunakan untuk menampar seorang laki-laki yang tidak salah itu dia mengambil pedangnya menghunus pedangnya dan memotong tangannya sendiri sebagai bentuk penebusan rasa salahnya kepada seseorang yang tidak dikenalnya karena ditampar wajahnya akhirnya tangannya pun putus dan darahnya pun mengucur dengan deras dan dia pun pingsan tak sadarkan diri tidak lama kemudian datanglah rombongan kafilah melintas di mana seorang lelaki itu pingsan para kafilah itu berusaha menolongnya dan menolongnya dan membalut agar darahnya tidak mengalir kemudian membersihkan air ke mukanya agar laki-laki itu bisa sadarkan diri. Kemudian laki-laki itu sadar dan salah satu di antara kafilah itu bertanya apa yang telah terjadi pada dirimu wahai saudara? Tadi saya barusan telah menampar seseorang dengan cirinya begini dan begini namun orang itu tidak membalas tidak berkata apa-apa padahal saya telah menampar wajahnya kemudian orang itu bilang “Tahukah Engkau siapa yang barusan engkau tampar wajahnya itu?” “Tidak” “Dia adalah Muhammad Rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala penutup para Nabi” kemudian laki-laki itu pun sontak terkejut karena tidak disangka bahwa orang yang ditampar adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian laki-lak itu menanyakan “Di manakah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam aku akan menemuinya” kemudian laki-laki itu menuju ke Madinah untuk bertemu dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di sana. Laki-laki  itu bertemu dengan para sahabat yang sedang duduk bersama di suatu tempat kemudian Salman Al-Farisi menghantarkan laki-laki itu untuk menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam setelah dihadapkan di hadapan Rasulullah orang itu menyatakan penyesalannya yang luar biasa karena telah menampar wajah yang mulia yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. “Mengapa engkau menotong tanganmu?” kata Rasulullah “Karena saya tidak menginginkan tanganku yang barusan kugunakan untuk menampar wajahmu yang mulia wahai Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, maka kupotong tanganku ini”. Rasulullah menyampakan “Maukah engkau masuklah engkau ke agama Islam” ajak Rasulullah. “Jika engkau benar-benar orang yang bawa kebenaran maka sambungkanlah tanganku” yang terputusnya dengan izin Allah dengan membaca basmalah Bismillahirrahmanirrahim Rasulullah menyambungkan kembali tangannya si laki-laki itu dengan izinnya Allah tangan itu bersambung kembali seperti sediakala kayak tidak ada bekas luka sama sekali dan akhirnya laki-laki itu mengucapkan dua kalimat syahadat Asyhadu Alla ilaha ilallah wa Ashadu Anna Muhammadar Rasulullah.

Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran yang pertama Rasulullah mengajarkan kepada kita agar kita berikhtiar berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kehebatan kita di dunia ini karena dalam versi kisah yang lain Rasulullah melakukan pekerjaan menimba air ini untuk memenuhi kebutuhan cucunya Sayyidina Hasan dan Husein yang waktu itu lapar sehingga Rasulullah membantu perekonomian menantunya Sayyidina Ali Karamallahu waj. Yang kedua Rasulullah meskipun Seorang nabi ketika dicaci maki sumpah serapah bahkan ditampar wajahnya beliau tidak membuka identitas dirinya bahwa beliau adalah seorang Nabi dan Rasul. Yang ketiga adalah Rasulullah memberikan maaf kepada siapapun terutama kepada laki-laki itu pun ketika dia telah menyesali perbuatannya Rasulullah memberikan ampun dan Rasulullah mengajak laki-laki itu masuk Islam atas izin Allah laki-laki pun masuk Islam.

Source:  https://youtu.be/l77VGMxRbls

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *