Mengapa Isro’ Malam Hari ?
Ada hal yang menarik ketika di dalam momentum Isra wal Mi’raj Nabiyullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di mana pelaksanaan Isra yang dikehendaki oleh Allah memperjalankan Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ke Aqsa ternyata dilakukan di waktu malam. Ketika kita lihat di dalam ayat Al Qur’an surah Al-Isra ayat 1, Allah telah berfirman “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada waktu malam untuk melakukan Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa”.
Ada hal yang menarik ketika dilakukannya Isra pada waktu malam. Pertanyaannya adalah kenapa Isra tidak dilakukan di waktu siang? Untuk menjawab hal ini ada satu kitab yang cukup menarik yang perlu kita baca yaitu kitab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin as Suyuthi, kebetulan pemateri ziarah ke sana beliau menulis kitab adalah al Ayatul Kubro Fi Syarhi Qisatil. Jadi ada salah satu kitab beliau yang kemudian menyebutkan alasan kenapa Allah menghendaki kegiatan Isra Mi’raj itu pada malam hari. Paling tidak Imam Jalaluddin as-Suyuthi menyampaikan 11 poin tetapi paling tidak hanya akan kita bahas dua hal. Yang pertama karena menurut Imam Jalaluddin as Suyuthi bahwa waktu malam adalah waktu yang mulia dan kemuliaan malam adalah setiap malam sedangkan kemuliaan siang hanya ada yang paling utama di hari Jumat maka Jumat disebut Sayyidul Ayyam. Tetapi kalau kemuliaan malam selalu di sepertiga malam kapanpun harinya maka itu semuanya mulia. Kenapa kemudian kita dipenuhi oleh Allah? Karena di sebagian malam itulah tidak banyak hambanya Allah yang mendapatkan kemuliaan mampu dan diperkenankan untuk bangun malam. Kemudian bermunajat kepadanya dan ketika bisa menikmati indahnya malam yang mulia itu maka janji Allah akan meninggikan derajat orang-orang itu. Yang kedua paling tidak Imam Jalaluddin as-Suyuthi menyampaikan bahwa ‘Kenapa kok kemudian malam?’. Ternyata ketika beliau merujuk kepada cerita-cerita para Nabi waktu malam adalah waktu yang terbaik untuk bertafakur kepada Allah di mana beliau menyitir ada cerita tentang Nabi Ibrahim di mana Nabi Ibrahim itu berpikir tentang bagaimana penciptaan Allah. Maka beliau melihat bintang gemerlap indahnya bintang timbul sebuah pemikiran pasti ada Dzat yang maha luar biasa yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu bagi kita kaum akademisi marilah kita untuk mempergunakan waktu malam itu secara totalitas baik hubungan kita vertikal kepada Allah maupun membangun hubungan horizontal sehingga fikir zikir dan amal akan menjadi satu di dalam satu instrumen keseharian kita yang Insyaallah mudah-mudahan kita akan diberikan secerah ilmu pengetahuan dan juga kita ditinggikan derajatnya oleh Allah.
Pemateri : Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I.
Source: https://youtu.be/sRV38LhhkVg