Meneladani Kisah Tentang Nabi Ibrahim dengan Birrul Walidain dan Ta’mirul Aulad
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Rabu 19 Juni 2024
Pemateri : Muhammad Qomaruddin, S.T., M.Sc., Ph.D Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Bahwa siang hari ini kita memasuki Yaumun Nahr atau hari Nahr yang ketiga merupakan hari yang terakhir dan yang perlu kita ketahui bersama bahwa Senin (17 Juni 2024) kemarin kita bersama-sama menunaikan shalat Idul Adha yaitu sebuah ibadah yang dianjurkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Idul Adha adalah sebuah rangkaian shalat ied yang kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kurban bersama-sama yang perlu kita ingat di dalam rangkaian Idul Adha yaitu ada sebuah perintah yang sangat berharga untuk kita yaitu untuk menunjukkan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Berbicara tentang Idul Adha kita pasti mengingat dengan ayahanda para Nabi dan Rasul yaitu Nabi Ibrahim Alaihi Wasallam; beliau adalah sosok Nabi yang sangat luar biasa sehingga beliau mempunyai seorang keturunan yang juga diangkat oleh Allah sebagai Nabi yaitu Nabi Ismail Alaihi Wasallam dan tidak kalah pentingnya dari keturunan Nabi Ismail Alaihi Wasallam yaitu keturunan beliau adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang perlu kita ingat di sini ini bahwa dari pelajaran Nabi Ibrahim Alaihi Wasallam berarti kita akan berbicara tentang sebuah keluarga yang sangat luar biasa, Allah mengingatkan kepada kita semua bahwa peranan penting keluarga ini untuk kita sangat luar biasa yaitu untuk membangun peradaban manusia. Kalau berbicara tentang keluarga tentunya kita ingat salah satu peran di keluarga yaitu seorang anak, yang anak tersebut diperankan oleh Nabi Ismail Alaihi Wasallam. Perintah menyembelih kurban kepada Ibrahim diabadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam surah As-Saffat ayat yang ke-102 ini merupakan sebuah percakapan yang luar biasa; percakapan seorang ayah kepada anaknya. Seorang ayah memberi pelajaran sebuah demokrasi atau musyawarah ya jadi peran seorang ayah ini sangat luar biasa tidak serta merta langsung memerintahkan anaknya kamu akan saya sembelih tidak seperti itu tetapi ada sebuah pelajaran yang sangat luar biasa apalagi perintah ini berhubungan dengan masa depan sang anak yaitu hidup dan mati, sebagai anak yang saleh yang selalu menunjukkan baktinya kepada ayahandanya. Pertanyaannya Nabi Ibrahim Ismail; maka pikirkan apa pendapatmu tentang perintah itu jadi mimpinya Nabi Ibrahim tadi disampaikan kepada anaknya Nabi Ismail “Apa pendapatmu ya anakku?” tentang mimpi itu dengan rasa baktinya kepada orang tuanya kemudian Nabi Ismail Alaihi Wasallam menjawab di terusan ayat yang selanjutnya “Ya Ayahku ya lakukan apa yang diperintahkan kepadamu kamu akan mendapatkan saya Insyaallah dari dari golongan orang-orang yang bersabar”.
Per kita per di semuanya sebagai seorang anak dan juga sebagai seorang orang tua juga yang perlu kita ambil pelajaran di sini bahwa tadi peran ayah dan anak di keluarga itu sangat luar biasa karena masa depan bangsa kita itu akan terbangun apabila ayahnya menjadi Ayah yang Saleh anaknya menjadi anak yang Saleh. Bapak Ibu yang dirahmati Allah izinkan berhubungan dengan visi Unissula yaitu bismillah membangun generasi Khaira Ummah yang dalam hal ini penekanan kita adalah Birrul Walidain dan Ta’mirul Aulad sebetulnya program ini bisa kita pelajari dari kisah Ibrahim ini sebagai seorang ayah beliau tentunya untuk mendapatkan seorang anak yang Saleh yang satu yang dilakukan oleh Ibrahim adalah menjadi Ayah yang Saleh juga atau menjadi tauladan bagi anaknya sebagaimana Allah telah tegaskan kepada kita semua di dalam Surah Maryam, di Surah Maryam itu Allah menceritakan ada tiga nabi Allah menekankan ada tiga Nabi yang semuanya diangkat oleh Allah menjadi Nabi karena tadi karakternya selalu melakukan terbaik. Peran yang kedua yaitu sebagai seorang anak Nabi Ismail itu adalah anak yang selalu berbakti kepada orang tuanya.