Membangun Karakter – Akhlak Keluarga Untuk Generasi Masyarakat Yang Unggul
Kita dihadirkan ke dunia ini pasti akan ditanya pertanggungjawaban sekecil apapun kita. Amanah yang diberikan oleh Allah pasti nanti akan dipertanggungjawabkan. Tidak akan berucap apa yang kemudian kita akan kemukakan di hadapan Allah. Tetapi di saat terkunci lisan tangan kita akan dimintai pertanggungjawaban. Apakah selama kita di dunia ini menjaga diri kita dengan baik, menjalankan Al-Qur’an sebagaimana diperintahkan anfusakum wa ahlikum “Jaga diri kalian, jaga keluarga kalian”. Menjaga keluarga kita jangan sampai juga kemudian di dalam Al-Qur’an yang terjelaskan dengan sahih ini wa ahlikum; kita memiliki pertanggungjawaban terhadap keluarga kita, kalau kemudian kita bisa menyaksikan ini betapa kemudian maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh anak generasi kita, kumpul-kumpul mereka di kafe-kafe yang sekarang dengan begitu vulgar juga memakan obat-obat yang kadang tidak boleh dikonsumsi, minuman keras yang kemudian juga pasti akan memberikan mazarat yang besar terhadapnya. Dan itu menjadi satu tantangan yang besar.
Prediksi semakin hari tantangan membangun karakter akhlak anak-anak kita menjadi semakin tertantang. Bisa jadi kita mengaku menjadi kalangan terdidik tetapi kemudian kita akan dimintai pertanggungjawaban. Bagaimana ilmu kita, langkah kaki kita ke kampus ke tempat-tempat majelis bahkan setiap langkah kita pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Memang begitu besar tantangan kita. Tidak cukup memberikan rezeki yang halal tetapi kita menjadi ada tuntutan memberikan role model keteladanan di tengah keluarga kita. Tidak mungkin kita membentak anak kita, sedangkan diisi yang lain kita menginginkan anak kita berkata dengan lemah lembut. Bagaimana kemudian di tengah malam kemudian kita juga bangun mendoakan anak kita, istri kita bahkan kemudian guru-guru kita, sanak saudara kita yang karena Allah menciptakan dunia ini sepenuhnya untuk manusia malaikat pun diutus untuk kita apakah ibu dan bagi kita ataukah kemudian kita masih takut dengan CCTV yang lebih mengawasi kita secara duniawi. Oleh karena itu apapun yang menjadi orientasi kehidupan kita semestinya kita katakan bahwa “Kalaulah kita bekerja adalah karena Allah, perintahkan itu kalaulah kita memberikan pendidikan yang terbaik karena kita juga mengamalkan Al-Qur’an”. Apakah kita memuliakan anak-anak kita akan dibalas dengan kemuliaan mereka nanti di saat kita tua. Ketika kita mengajarkan mereka berjalan, mengajarkan kata yang baik memberikan makanan yang halal, kita mengharap mereka nanti kita tua akan dipandu mereka. Kemudian dibantu juga persoalan bahwa Allah akan melangkahkan kita apakah anak-anak kita menjadi Saleh ataupun tidak. Maka ketulusan kita di dalam konteks ini menjadi sebuah keharusan. Lalu kita menjadikan kita di dalam setiap lagu sudah sewayahnya kita sebagai ayah menjadi pemimpin di rumah tangga kita dengan baik. Tidak hanya cukup memerintahkan anak kita berakhlak yang baik sedangkan kita tidak memberikan ruang pendidikan dan keteladanan yang baik bagi mereka. Begitupun di kampus barangkali kita ajak dan memerintahkan para mahasiswa dan lain sebagainya untuk berbuat baik sedangkan kita lupa bahwa keteladanan yang terbaik merupakan keteladanan yang sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Rasulullah adalah Qur’an yang berjalan sahabat-sahabat melihat ada keterpaduan antara laku dengan ungkapan. Ada kebeningan kalbu yang terekspresikan dalam setiap langkah, sentuhan apa yang disentuh oleh Rasulullah menjadi sentuhan kemakmuran bahkan di tanah di mana dulu Rasulullah pernah disusui menjadi tanah yang lebih makmur dan kita mengenang betapa Madinatul Munawarah menjadi kota yang bercahaya karena di situlah kemudian dimakamkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Oleh karena itu dalam ruang yang sangat sempit ini yang kemudian kita berharap Qur’an menjadi panduan bagi kita. Kita amati bersama, tidak ada pribadi-pribadi yang dekat dengan Qur’an yang hidupnya tidak sejahtera. Tanak pribadi-pribadi yang mengistiqamahkan qiamul lail bermunajah kepada Allah, hidupnya masih sengsara dan mengeluh dengan segala kekurangan dan tandang yang ada. Nampaknya aneh ketika orang-orang yang kita lihat dia begitu khusyuk sholatnya dia begitu luar biasa akhlaknya dia tidak mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan dalam hidup. Betapa pun itu menjadi satu Ibrah bagi kita siapapun yang berdekatan dengan Qur’an siapapun yang memuliakan dirinya dengan kemuliaan akhlakul Qur’an dan siapapun yang kemudian meniatkan diri segala laku karena ingin mengamalkan Al-Qur’an maka Allah lah yang kemudian akan menjaga dan memuliakannya dan semoga kita di bagian itu adalah pribadi-pribadi yang dipilih oleh Allah termasuk sekarang ini. Perjalanan kita untuk bersujud dan bermunajah berjamaah di masjid yang mulia ini semoga demikian harapan kita dan Allah juga jaga anak keturunan kita menjadi generasi-generasi Qur’an. Istri pasangan kita semuanya menjadi orang-orang yang shalihah. Dari ibu-ibu yang hebat lahirlah anak-anak generasi yang hebat karena tantangan kita begitu luar biasa di era digital sekarang ini, apalagi 5 10 20 tahun ke depan amanah pribadi yang begitu shaleh yang tidak terlalu dunia. Dia cukup dengan bagaimana berkelakuan dengan baik memiliki etos kerja yang baik, memiliki fisik yang baik tetapi pribadinya juga shaleh memiliki akhlak yang luar biasa tetapi dia juga memiliki skill-skill yang kemudian Allah telah ajarkan melalui keteladanan para nabi dan para rasulnya. Semoga kita bisa meniru itu semua dan Allah turunkan kepada kita anak-anak keturunan kita menjadi orang-orang yang Shaleh.
Pemateri : Dr. A. Zaenurrosyid, SHI., MA
Source: https://youtu.be/YDkR4Sswz_E