Madza fi Sya’ban?

Tidak terasa kita sudah memasuki bulan Sya’ban bulan yang mana kita harus mempersiapkan diri secara optimal bahkan maksimal untuk menghadapi Ramadhan yang sebentar lagi bersua dengan kita. Oleh karenanya Allahumma bariklana fii Rajaba wa Sya’ban wighna Ramadhan “Ya Allah berkahilah kepada kami bulan Rajab dan Sya’ban dan mudah-mudahan Engkau memperkenankan kami bertemu kembali dengan Ramadhan bulan yang agung”.
Ada kitab yang menarik yang ditulis oleh Prof Dr Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani Makkah. Banyak sekali diuraikan paling tidak keistimewaan daripada bulan Sya’ban adalah yang pertama:
- Bahwa pada bulan Sya’ban dahulu Allah memperkenankan untuk memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina menuju ke Baitullah Ka’bah Makkah Al-Mukarramah. Dan kejadian itu ketika dulu umat Islam sempat menghadap ke Ka’bah tetapi kemudian diperintah oleh Allah untuk menghadap ke Palestina kurang lebih selama 17 bulan 3 hari maka di dalam nuansa 17 bulan itu Allah melihat Rasulullah seringkiali menghadapkan dan mengadahkan tangan ke langit ingin memohon kepada Allah supaya diperkenankan kembali untuk kiblat diarahkan ke Baitullah di Makkah Al-Mukarramah. Maka keinginan Rasul itu pun diijabah oleh Allah dan kemudian pada bulan Sya’ban sebagaimana di dalam beberapa kitab kita ketahui bahwa turunnya perintah untuk kembali menghadap kepada Ka’bah ke Baitullah adalah pada bulan Sya’ban.
- Keistimewaan daripada bulan Sya’ban adalah kalau kemudian kita lihat di dalam kehidupan manusia maka dilaporkannya amal ibadah kita kepada Allah ada tiga bagian; ada amal yang Allah akan dilaporkan para malaikat kepada Allah yang sifatnya yaitu adalah terkait dengan yaumiah, yang kedua adalah yaitu yang terkait dengan usbuiah, yang ketiga adalah yang terkait dengan yaitu tanawiah. Maka amal ibadah kita ketika dilaporkan oleh Allah kepada Allah itu ada yang sifatnya yaumiah setiap hari. Maka setiap hari amal ibadah manusia akan dilaporkan paling tidak ba’da subuh dan ba’da asar, itu terjadi pergantian para malaikat yang menjaga kita untuk melaporkan kepada Allah. Maka ulama-ulama kita memberikan sebuah resep luar biasa; ada doa-doa yaumiah yang kita baca setiap pagi dan setiap sore. Ada amal yang kemudian akan dilaporkan kepada Allah setiap seminggu sekali maka seminggu sekali atau usbuiyah ini terjadi pada hari Kamis. Maka ketika Rasulullah melaksanakan puasa di hari Kamis kemudian para sahabat bertanya kenapa panjenengan puasa dari Kamis rufi’al yaumil. Amal ibadah manusia akan diangkat, akan dilaporkan kepada Allah setiap minggunya pada hari Kamis kurang lebih Kamis sore. Maka para ulama kita di Nusantara luar biasa setiap malam kami-malam Jumat ada kegiatan-kegiatan ibadah yang kemudian kita lakukan dan Alhamdulillah di Masjid Abu Bakar Assegaf setiap Kamis sore dilantunkan istighosah dan itu adalah mudah-mudahan kita diberikan dengan amal-amal yang baik. Dan ada amal yang dilaporkan kepada Allah setiap tahunnya. Maka itu terjadi pada bulan Sya’ban. Oleh karenanya kita optimalkan bulan Sya’ban ini untuk meraih Ridha Allah dengan menutup amal kita dengan kebaikan dan memulai amal kita dengan kebaikan.
- Bulan Sya’ban adalah bulan yang luar biasa. Sebab bulan di mana perintah untuk sholawat. Sebagaimana ayat yang sering kali kita baca innallaha wa malaikatahu yusholluna alan nabi, ayat itu ternyata para ulama hampir bersepakat bahwa diturunkan pada bulan Sya’ban. Allah dan malaikatnya saja bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Apalagi kita sebagai umatnya yang ingin dan akan mendapatkan serta mengharap Ridha dan Syafaat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Mudah-mudahan momentum Sya’ban ini menjadikan wadah semangat kita untuk menjemput Ramadhan bulan yang mulia.
Pemateri : Moh Farhan Husain, S.Pd.I., S.Hum., M.Pd.I.
Source: https://youtu.be/E4zqNwqP6iY