Kajian
Kurban dan Cinta

Kurban dan Cinta

Kajian Kultum Ba’da Dzuhur –  Rabu 12 Juni 2024

Pemateri           : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag Lokasi      : Masjid Abu Bakar Assegaf

Kisah perjuangan Nabi Ibrahim Alaihissalam yang dengan pengorbanannya telah berhasil mewariskan monumen ibadah haji dan syariat penyelenggaraan penyembelihan hewan kurban untuk kaum muslimin muslimat hingga saat ini berkali-kali Nabi Ibrahim Alaihissalam diuji oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berawal ketika Nabi Ibrahim begitu itu mendambahkan hadirnya seorang anak lama sekali beliau menengadahkan kedua tangan menyenandungkan kidung doa sebagaimana yang termaktub di dalam surah As-Safat ayat 100 sampai dengan ayat 102 doa yang selalu dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku anak yang termasuk orang-orang yang sabar”. Setelah sekian puluh tahun Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah di masa tuanya Allah baru memberikan kabar gembira dengan hadirnya seorang anak bernama Ismail namun tatkala cinta sedang merekah, tatkala cinta sedang membuncah, cinta kasih bertumpah kepada Ismail Alaihissalam; tiba-tiba Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk menyembelihnya ketika anak yang dikaruniakan oleh Allah itu telah sampai pada usia bisa bersama-sama dengan Nabi Ibrahim maka kemudian Allah perintahkan melalui mimpi untuk menyembelihnya sehari setelah Nabi Ibrahim bermimpi. Nabi Ibrahim melakukan perenungan maka hari itu kemudian disebut dengan yaumut tarbiah. Pada hari kedua Nabi Ibrahim kemudian menemukan hasil perenungan itu Nabi Ibrahim memperoleh pengetahuan dengan Sadat maka disebut dengan yaumul Arafah dan Pada hari ketiga Nabi Ibrahim dengan tekad bulatnya meyakini bahwa perintah itu memang berasal dari Allah dan harus menyembelih putra kesayangannya maka hari itu disebut dengan yaumun nahar.

Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini; yaitu tentang kurban dan cinta, kita bisa membayangkan betapa beratnya ujian yang diterima oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam lama mendambakan hadirnya anak kemudian setelah Allah memberikannya di masa tua kemudian Allah perintahkan untuk menyembelihnya ini adalah tentang cinta Nabi Ibrahim sangat mencintai putranya namun cinta kepada anaknya tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, cinta kepada Allah harus selalu diletakkan di depan dan Nabi Ibrahim benar-benar memperlihatkan tauhid memperlihatkan ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *