Kisah Shahib Bin Ubbad
Shahib bin Ubbad Taqilan atau yang dikenal Ubat adalah seorang menteri pada kerajaan. Pada masa itu Ubat adalah orang yang sangat dermawan. Dalam kisah tersebut Ubat ini dididik oleh ibunya sejak kecil, ibu selalu mendidiknya untuk menjadi seorang yang dermawan di setiap paginya. Ubat ini diberikan satu dinar dan satu dirham oleh ibunya pada setiap pagi. Dan ibunya menyuruhnya untuk mensedekah kepada orang yang pertama kali dilihatnya dan kebiasaan ini dilakukan oleh Ubat dan dia tidak melupakan pesan ibunya sepanjang hidupnya. Karena lantaran khawatir dia akan lupa bersedekah. Dalam satu hari ia berpesan kepada pelayannya yang bertugas merapikan kamarnya untuk meletakkan 1 dinar dan 1 dirham dalam kaleng, dalam setiap harinya agar ia esoknya bisa mengambil dinar dan dirham itu untuk ia sedekahkan pada hari itu kepada fakir miskin yang pertama kali ia jumpai.
Satu hari pelayannya ini lupa tidak meletakkan dinar dan dirham dalam kalengnya. Setelah shalat subuh, Shahib bin Ubbad ini meletakkan tangannya dalam kaleng bermaksud untuk mengambil dinar dan dirham, akan tetapi ia terkejut ternyata dalam kaleng itu tidak ditemukan dinar dan dirham, dan ia berkata dalam dirinya sendiri pasti ajalku telah tiba karena pelayanku lupa meletakkan dinar dan dirham sehingga pada hari ini aku tidak bisa sedekah. Kemudian Shahib bin Ubbad ini menyuruh kepada pelayannya untuk mensedekahkan segala ada, segala apa yang ada di kamarnya kepada fakir miskin yang pertama kali ia temukan di hari itu sebagai penebus atas sedekah yang ia lupa lalai pada hari itu. Akhirnya pelayan itu mengumpulkan segala barang yang ada di kamar itu dan ia keluar dari rumahnya secara kebetulan pelayan ini menemukan seorang laki-laki buta yang sedang dituntun oleh istrinya kemudian pelayan Ubbab ini bertanya kepada lelaki buta itu “Apakah Anda mau menerima semua pemberian ini?”. Sang laki-laki buta itu bertanya “Pemberian apa maksudnya?”. Sang pelayan menjawabkan “Kasur, bantal dan selimut”. Mendengar perkataan pelayan Shahib bin Ubbad ini, lelaki buta itu malah pingsan kemudian ia mengabarkan kepada Shahib bin Ubbad atas kejadian ini dan Shahib bin Ubbad pun segera datang dan menyuruh pada pelayannya untuk memercikkan air ke mukanya agar si laki buta itu sadar dari pingsannya. Setelah sadar Shahib bin Ubbad ini bertanya kepada laki buta itu “Gerangan apa yang membuat Anda pingsan?”. Laki-laki itu mengatakan “Sebelumnya saya ini adalah orang yang memiliki harga diri, namun beberapa waktu ini saya jatuh miskin dari wanita ini saya mendapatkan seorang anak gadis yang kemudian tumbuh dewasa, kemudian ada seorang laki-laki yang melamarnya dan kami pun menikahinya. Selama 2 tahun kamilah yang memenuhi segala kebutuhan hidupnya baik makan pakaian dan tempat tinggalnya. Tadi malam istri saya mengatakan kepada saya ‘Wahai suamiku kita harus memberikan perabotan kamar kepada putri kita; kasur, bantal dan selimut yang layak’ karena selama ini istriku tidak pernah memperhatikan keinginanku dan memaksakan kehendaknya dan saya pun mengatakan kepadanya besok kita keluar rumah bersama-sama dan kita lihat besok apa yang akan terjadi pada hari ini. Pelayan Anda menyampaikan berita ini, inilah yang membuat saya pingsan karena Allah menjawab keinginan istri saya”. Mendengar cerita laki-laki buta itu Shahib bin Ubbad pun tertegun dan meneteskan air mata, kemudian ia mengatakan kepada lelaki buta itu “Saya yang akan memenuhi perabotan kamar putrimu kemudian Ubbad mengundang suami dari gadis situ dan memberikan modal kepadanya untuk berusaha agar menjadi orang yang mandiri tidak bergantung kepada orang tuanya lagi dan Shahib Bin Ubbad pun memberikan perabotan kamar layaknya kamar seorang putri”.
Dari kisah ini kita bisa belajar, begitu istiqomahnya Shahib bin Ubbad dalam bersedekah dalam berkebaikan dan kepasrahan seorang suami atas rewelnya seorang istri dan Allah pun memberikan jawaban memenuhi kebutuhan putrinya.
Pemateri : Ust. Mustain, M.Pd.I
Source: https://youtu.be/65ZItTeIxLc