Kisah Mualaf Seorang Ilmuwan
Kajian Kultum Ba’da Dzuhur – Rabu 15 Mei 2024
Pemateri : H. Samsudin Salim, S.Ag., M.Ag Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf
Ada sebuah kisah inspiratif yang menarik dari seorang ilmuwan bernama Profesor Tajaten Tahasen beliau adalah Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, saat beliau melakukan tafakur tadabur terhadap salah satu ayat Al-Qur’an yang termaktub di dalam surah An-Nisa ayat 56 ayat itu berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang mengkufuri ayat-ayat ku kelak akan kami jebloskan ke dalam neraka setiap kali kulit mereka terkelupas maka akan kami ganti dengan kulit yang baru supaya mereka merasakan pedihnya azab neraka. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Maha Bijaksana” pendekatan yang dilakukan oleh Profesor Tajaten ini adalah pendekatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan kedokteran dan ini persis karena beliau ini seorang yang tegun di bidang ilmu kedokteran lalu dia mencoba untuk mengaitkan kasus luka bakar ketika seseorang itu berada dalam kondisi luka bakar grade ketiga dimana lapisan subkutis itu menembus saraf sensoriknya putus maka tidak ada lagi rasa nyeri kita tahu ketika barangkali kulit kita ini terkena api mungkin hanya kulit lapisan luar yang kena itu sudah perih tapi kalau sudah masuk grade ketiga tembus sampai saraf sensorik maka rasa nyeri itu hilang dan pada saat itulah kemudian Allah mengganti dengan kulit yang baru supaya merasakan betapa pedihnya azab api neraka. Dari pencermatan terhadap ayat Al-Qur’an dengan pendekatan ilmu pengetahuan ini kemudian Profesor Tajaten tercerahkan terbuka hidayahnya sehingga dia memilih untuk menjadi mualaf. Ini adalah satu dari sekian rentetan tafakur tadabur terhadap Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan dan sebenarnya Al-Qur’an mengajak kita semuanya untuk mentadaburi Al-Qur’an bukan hanya sekedar membaca tetapi mentafakuri dan mentadaburinya sebagaimana termaktub di dalam surah Muhammad ayat 24 “Apakah kalian mereka semua itu tidak mentadaburi Al-Qur’an di ayat itu kemudian dijelaskan atau mereka ini sudah tidak lagi memperhatikan Al-Qur’an?” inilah ajakan Al-Qur’an agar para kaum ilmuwan untuk mencermati dan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan.