Back

“Ketahanan Ekonomi Keluarga”

Pemateri     Prof. Drs. Widiyanto, M.Si., Ph.D. Lokasi   : Ruang Rapat Besar YBWSA

Buku pelajaran fiqih itu di antaranya aspek kekayaan, aspek harta itu berguna juga kaitannya dengan kesempurnaan ibadah. Harta ini sebenarnya bukan tujuan bagi bagi kita. Harta adalah sebagai wasilah Allah sarana kehidupan dalam rangka untuk ibadah, jadi kadang-kadang kita itu terjebak aspek ekonominya. Dalam konsep Islam harta itu adalah sebagai wasilah Allah sebagai sarana untuk pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semestinya semakin banyak harta kita semakin luas kekayaan kita menunjang semakin baik ibadah kita kepada Allah semakin dekat kepada Allah itu yang penting sebenarnya. Kemudian juga harta kekayaan itu aspek ekonomi juga dalam rangka untuk menjaga dan meningkatkan iman dan takwa kita. Tidak banyak di antara saudara-saudara kita pindah Iman karena persoalan ekonomi nauzubillah minzalik ya.

            Kemudian yang penting juga nih kalau kita lihat dari pelajaran agama fiqih bahwa harta itu juga berguna untuk menyiapkan generasi yang akan datang. Jadi generasi yang akan datang itu mestilah yang kita harapkan ada generasi yang lebih baik dari kita tanpa ekonomi yang baik agak tertatih-tatih. Untuk mempersiapkan itu maka dengan ekonomi yang baik Insyaallah dengan kesadaran yang tinggi dengan niat ibadah kaitannya menjaga iman dan sebagainya. Maka kita juga bisa mempersiapkan generasi anak-anak kita untuk menjadi generasi yang lebih baik dari kita.

Yang pertama adalah pemenuhan kebutuhan makan. Kita harus tahu juga bahwa ada yang background-nya kesehatan ya makan itu juga perlu makanan yang bermutu kan begitu, jadi bukan sekedar perut kita isi tapi mengisi makanan kita itu dengan makanan yang bermutu tentunya bergizi dan itu juga memerlukan dana; di situ jadi yang mendapatkan perhatian. Kita perlu makan makanan yang bermutu bergizi sehingga termasuk ini juga akan berdampak pada kesehatan kita. Sekarang kalau kelebihan karbohidrat ya bermasalah gitu, kurang protein juga bermasalah di antaranya ngantukan.

Kemudian yang yang kedua ini namanya pakaian. Pakaian itu bagi muslim sangat penting gitu ya, sangat penting karena termasuk di samping pakaian itu untuk menghangatkan tubuh kita tapi pakaian itu juga dalam rangka untuk menutup aurat terutama bapak-bapak itu sebagian ibu-ibu yang lebih khusus untuk aurat ini menjadi lebih penting. Ini juga sekarang dengan berbagai model pakaian itu ternyata juga tidak murah gitu ya, ternyata tidak murah dan sekarang ya perlu biaya juga. Terkait dengan makanan dan pakaian ini nampaknya Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah mengingatkan kepada kita di dalam surat Al-Baqarah ayat 233 ini sekaligus ‘nyindir-nyindir’ ibu-ibu yang masih muda, ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya selama 2 tahun penuh. Ini juga kaitan sebenarnya karena anak-anak kan belum makan nasi ya, jadi kebutuhan sangat penting bagi anak-anak kita yang ingin menyempurnakan penyusuan selama 2 tahun.

Kewajiban berikutnya Ayah adalah menanggung tempat tinggal. Kemudian juga kaitannya dengan pemenuhan kesehatan pengobatan, ini sekarang juga luar biasa mahalnya contoh satu gigi berulang kali masuk lima kali gitu sudah terasa gitu ya angkanya. Kalau kita tidak siap dengan ekonomi yang baik itu ya akhirnya persoalan gigi bisa seadanya pengobatannya akhirnya nggak tuntas bermasalah-masalahnya semakin berkepanjangan belum aspek kesehatan yang lain; mata lagi telinga ini luar biasa.

Kemudian juga yang tidak kalah pentingnya adalah pemenuhan pendidikan anak. Maka perlu ada tambahan biaya bagi kita untuk bisa menyekolahkan anak, mendapatkan pendidikan yang baik terutama kaitannya dengan Akidah Islamiah. Pendidikan anak menjadi penting terutama aspek-aspek agama; aspek akidah ini harus mendapatkan perhatian dan itu semuanya memerlukan biaya sekarang tuntutannya seperti itu.

Kemudian manfaat berikutnya adalah bekal mencari dan mengembangkan ilmu. Potensi untuk belajar meningkatkan ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama.

            Ekonomi keluarga itu ternyata menjadi landasan membangun ekonomi masyarakat menjadi landasan membangun ekonomi negara. Jadi kuatnya ekonomi masyarakat di suatu negara itu akan tergantung pada kekuatan ekonomi keluarga. Ini kunci jadi negara akan kemakmurannya baik. Kalau keluarga-keluarga itu kemakmurannya baik penting untuk membangun keluarga sekaligus membangun ekonomi masyarakat sekaligus membangun ekonomi negara.

            Sekarang Apa yang harus kita lakukan dalam rangka untuk mempertahankan atau mengembangkan dan meningkatkan ekonomi keluarga kita yang pertama adalah kita harus memiliki sumber pendapatan dan memiliki aset. Kemudian yang cukup penting adalah tanggung jawab. Utamanya adalah tanggung jawab suami kaitannya dengan ekonomi keluarga, pendapatan keluarga adalah tanggung jawab suami, istri ini sebagai penguat aja. Ini berarti kita terutama para suami utamanya adalah punya tugas untuk mencari rezeki. Dalam surat Al-Jumuah ayat 10 itu disebutkan “Apabila shalat telah dilaksanakan maka bertebaranlah kamu di muka bumi carilah karunia Allah dan ingatlah Allah. Banyak-banyak Ingatlah Allah agar kamu beruntung”. Ini berarti kita terutama para suami tanggung jawabnya besar.

            Untuk menjaga ketahanan ekonomi keluarga itu yang sangat penting tadi sudah punya uang, sudah bekerja, sekarang yang kedua itu adalah menjaga keseimbangan penerimaan dan pengeluaran, ini tidak semua orang bisa menjaga keseimbangan penerimaan dan pengeluaran. Kalau kalau orang Jawa bilang kadang-kadang kegedhen empyak kurang cagak terlalu banyak pengeluarannya tidak imbang dengan pemasukannya. Kunci ekonomi keluarga itu adalah adanya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran jangan sampai kita mengeluarkan melebihi penerimaan kita akhirnya defisit, apalagi untuk kaitannya dengan kebutuhan konsumtif defisit. Ini membahayakan kehidupan keluarga tapi kan terpaksa harus ‘hutang’ hutang untuk kepentingan konsumtif ya berat ini kesimbangan penting. Ini bisa menimbulkan guncangan kalau sudah defisit itu masalahnya akan besar maka akhirnya ‘hutang’.

            Berikutnya ini disinggung kaitan dengan menjaga keseimbangan ini sudah diingatkan kepada kita tapi tidak persis seperti ini bahwa “Wahai anak cucu Adam pakailah pakaianmu yang bagus-bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebihan”. Ini artinya kita cukup-cukup sajalah jangan melebihi termasuk tadi menjaga keseimbangan tadi jangan melebihkan pengeluaran-pengeluaran kita apalagi untuk hal-hal yang tidak perlu, kadang kita itu membeli mengeluarkan sesuatu itu berdasarkan keinginan bukan berdasarkan kebutuhan. Pengendalian pengeluaran itu mestinya berdasarkan apa yang dibutuhkan bukan apa yang diinginkan. Kadang sesuatu yang diinginkan belum tentu suatu kebutuhan yang yang mendesak nah ini menjadi penting, maka suami istri ya perlu koordinasi mau beli ini itu sesuatu yang dibutuhkan atau hanya keinginan. Termasuk kadang jaga gengsi tetangganya punya kita ingin punya ini jadi persoalan juga, tetangganya beli motor baru mikir motor baru padahal belum tentu kebutuhan kita.

            Kemudian juga diingatkan dalam surah Al-Furqan ayat 67 “Dan termasuk hamba-hamba Tuhan yang maha pengasih orang yang apabila menginfakkan hartanya mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir” di antara keduanya secara wajar ini kaitannya dengan mengeluarkan infak pun kita harus ngukur tidak berlebihan. Sehingga mengguncangkan ekonomi keluarga.

            Yang terakhir ini juga berat adalah menjauhkan dari ‘hutang’. Hutang itu boleh tetapi ketika kita hutang itu melebihi kemampuan bayar kita juga jadi persoalan akhirnya kita akan gali lubang tutup lubang. Intinya kurangilah hutang “Kurangilah Hutang jika kamu ingin hidup merdeka, kurangilah dosa jika kamu ingin mudah menghadapi mati”. Kuncinya memang yakin bahwa dengan tidak berhutang itu bisa mencukupi kebutuhan kita, jadi posisinya menjaga keseimbangan pendapatan dengan menjaga ada saldo positif jangan saldo negatif.

            Kemudian hadis yang lain di sini Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Roh seseorang mukmin yang tergantung yang yang terkatung-katung karena hutangnya sampai hutangnya sudah dilunasi”. Artinya kalau sampai mati hutang belum terlunasi itu yang kita hadapi. Maka kalau berhutang sebelum jatuh tempo kalau kita ada segera bayar jangan nunggu ditagih selamatkan keluarga kita dari neraka.Quotes: Janganlah kalian meneror diri kalian sendiri padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman, para sahabat bertanya apakah itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab itulah ‘hutang’.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *