
Kemudahan Ibadah dan Amal Sholih
Dalam Al-Qur’an kita temukan banyak pengurangan redaksi alladzina amanu wa amilus shalihat. Sebagian ulama menghitungnya pengulangan itu sampai 51 kali tentu saja pengemulangan yang sebanyak itu ada maksudnya yaitu mengingatkan kita tentang pentingnya iman dan amal saleh. Kalau dalam surat Al-Ashr kita diingatkan bahwa siapapun manusianya, generasi kapanpun, tinggal dimana pun akan terancam oleh rugi dalam hidupnya kecuali kalau sangutan antara lain mau memperhatikan iman dan amal saleh. Kemudian dalam surat Ar-Ra’d, Allah berfirman “Orang-orang yang beriman dan mereka melakukan amal-amal saleh, keberuntunganlah bagi mereka dan tempat kembali yang baik”. Dalam surah Ar-Ra’d ayat 29 ini, kita diberi petunjuk oleh Allah bahwa untuk kebaikan hidup kita sekarang yang akan datang, di alam kubur dan alam akhirat dan bagaimana agar bisa kita kembali ke tempat yang terbaik. Ridha Allah yang ditandai dengan surganya. Cara untuk mendapatkannya adalah dengan memperhatikan iman dan amal saleh. Ada dua sisi amal saleh yang diperhatikan. Pertama adalah taat pada perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ulama memberikan kesimpulan bahwa apapun yang diperintahkan oleh syariat adalah untuk mewujudkan manfaat dan maslahat untuk umat manusia baik untuk sekarang maupun kehidupan yang akan datang. Untuk dunia maupun untuk akhirat meskipun terkadang sebagian perintah-perintah itu tidak kita ketahui bagaimana maslahatnya, yang apapun ibadah, apapun amal yang diberikan oleh Allah, ulama mengatakan semua ada maslahatnya untuk umat manusia. Sisi ketaatan pada perintah ini penting diperhatikan bahwa sikap mukmin orang yang beriman atas perintah Allah hanyalah satu yaitu samna wahana “Kami siap mendengarkan dan siap pula untuk mentaati melaksanakan”. Mendengarkan ayat atau hadits memerintahkan untuk shalat, siap melaksanakan shalat, mendengar dan mempelajari. Ada ayat diperintahkan untuk puasa haji sedekah dan seterusnya, hanya ada satu kata siap dengarkan dan siap laksanakan. Itulah sikap orang yang beriman. Meskipun sudah siap secara keimanan secara kerohanian tapi kadang-kadang ada keterbatasan, ada orang siap berangkat Haji ternyata ada kendala daftar yang sangat panjang, ada kendala dana yang belum cukup, ada kendala keamanan transport dan seterusnya. Ketika ada kendala itu Nabi membimbing kita yang aku perintahkan “Silahkan lakukan apa yang kamu bisa” artinya azam setiap muslim adalah kesiapan semua, tetapi laksanakan apa yang bisa.
Setelah usaha maksimal untuk melaksanakan. Adapun sisi kepatuhan yang kedua yaitu patuh pada larangan. Maka tidak ada tawar-menawar, ketika ada larangan zina tidak ada pengecualian siapa yang diperbolehkan untuk zina. Ketika ada larangan untuk mengambil hak orang lain (mencuri, merangkak korupsi dan seterusnya) tidak ada dispensasi bagi siapapun. Semua harus menyatakan dan siap untuk tidak melanggarnya. Itulah dua sisi ketaatan kepatuhan kepada syariat untuk melaksanakannya. Tentu saja butuh mujahadah, butuh perjuangan dalam diri kita. Karena dalam diri manusia itu ada nafsu dan nafsu itu punya bawaan. Sesungguhnya nafsu itu banyak perintah untuk hal-hal yang buruk. Di antara yang buruk adalah tidak memperhatikan perintah sehingga sembrono dalam melaksanakan. Di antara bisisikan nafsu adalah untuk melanggar apa yang dilarang oleh syariat. Ketika seseorang sudah mujahadah berjuang untuk menundukkan nafsunya maka yang bersangkutan akan diberikan maunah Allah. Dan selanjutnya nafsunya bisa tertata nafsu yang tatkala itulah yang disebut dengan nafsu mutmainah.
Nafsu yang Muthmainnah, dia akan tenang nyaman karena dia sudah menerima dengan hati yang tulus apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itu ada beberapa kondisi yang sebagian muslim-muslimat merasa berat, merasa sulit untuk melaksanakan ibadah atau amal saleh. Kesulitan atau keberatan itu mungkin karena kurang ilmu. Kalau faktornya kekurangan ilmu maka terapinya adalah belajar mengaji dan kita diberikan akal yang bisa untuk memahami, menerima ilmu apapun yang awalnya sulit. Ketika belum diilmui, setelah diilmui akan menjadi mudah itulah bagian dari maunah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ada pula yang sudah ada ilmunya, sudah tahu bagaimana harus melaksanakan ibadah shalat puasa Haji dan seterusnya, tahu semua tetapi tetap saja peran yang bersangkutan untuk melaksanakannya untuk yang demikian penting untuk mengharapkan maunah yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala yaitu maunah dalam bentuk Hidayah taufiknya. Hidayah Taufik itulah yang membaca seseorang selalu mudah untuk melakukan ibadah dan amal saleh sesuai dengan yang dia tahu, sesuai dengan bimbingan ilmunya.
Dua kemudahan itu disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surah Asyarah “Sesungguh nya bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan dan sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Yang lain dalam ayat ini ada redaksi yang memberikan isyarat Al-Usr diberikan Al Alim dan Lam menunjukkan bahwa meski disebut dua kali sebetulnya sama saja dengan satu kali. Sementara Yusron digunakan redaksi tanpa Al Ta’rif dalam bentuk nairah itu menunjukkan bahwa Allah akan memberikan kemudahan dua kali dua warna untuk siapapun ketika menghadapi kesulitan dan dua kemudahan itu tentu saja mesti menang untuk mengalahkan satu kesulitan. Karena itu penting bagi kita berusaha untuk patuh syariat, lakukan semua aturan Islam aturan syariat, patuh dalam perintah, patuh pula dalam pantang apapun yang dilarang berbarengan dan itu penting berdoa agar dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itu ada doa yang disampaikan dalam salah satu hadits Nabi Allah dalam redaksi lain Ibnu Hibban dari sahabat Anas, berkualitas shahih hadits ini mengajarkan agar kita berdoa dan menyatakan bahwa tidak ada yang mudah dalam bidang apapun. Apapun tidak mudah kecuali kalau keadaan itu dimudahkan dijadikan mudah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Para ulama pun mengajarkan kepada kita doa untuk mohon kemudahan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.“Wahai yang Maha Pemudah setiap yang sulit bagi hambanya, wahai Dzat yang setiap sulit bagi hambanya bagi dia semua adalah mudah, mudahkanlah untuk kami apa yang sulit bagi kami”. Semoga Allah memberikannya memudahkan kita untuk ibadah untuk mencukupi seluruh nikmat dan ibadah dengan baik.
Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I
Source: https://youtu.be/OTnUkNeMPvw