Kajian
Hikmah di Balik Kisah Nabi Ibrahim “Bahagia Sewajarnya”

Hikmah di Balik Kisah Nabi Ibrahim “Bahagia Sewajarnya”

Kajian Kultum Ba’da Dzuhur –  Senin 1 Juli 2024

Pemateri : Ust. Sukijan Athoillah S.Pd.I., M.Pd.

Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf

Syeikh Alaudin Ali Ibni Muhammad Ibni Ibrahim Al-Baghdadi dalam kitabnya tafsir khazin yang dikenal dengan kitab lubab takwil fzil dalam kitab tersebut Syekh Alaudin bercerita bahwa ketika Nabi Ibrahim Alaihssalam belum dikaruniai oleh Allah, Nabi Ibrahim pergi ke Masjidil Aqsa untuk berdoa kepada Allah yang doanya diabadikan di dalam Al-Qur’an yang berbunyi Rabbi habli minassholihin setelah berdoa itu Nabi Ibrahim diberikan kabar gembira oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui malaikat Jibril bahwasanya doanya diterima dan akan diberi seorang Putra seketika bahagia hatinya Nabi Ibrahim Alaihissalam mengucapkan “Ketika saya memiliki Putra saya berjanji akan menyembelihnya Lillahi Ta’ala sebagai pengorbanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala” dalam perkembangannya ketika Nabi Ismail lahir tunggu dia menjadi sosok pribadi yang sangat shaleh secara fisik juga tampan Nabi Ibrahim mulai melupakan janji tersebut maka ketika Nabi Ismail mencapai usia yang di usia itu Nabi Ismail terliat sedang asik-asiknya untuk dilihat kalau dalam catatan sejarah itu ada yang mengatakan 7 tahun, maka Allah menagih janjinya Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih Nabi Ismail dalam versi lain disebutkan bahwa Ketika Nabi Ibrahim itu berkorban 1 kambing 300 sapi dan 100 unta itu umatnya menyanjung Nabi Ibrahim seketika disanjung artinya bagiku seandainya saya punya anak akan saya ikut sembelih kemudian diuji oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala janjinya nazarnya tersebut maka Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih Nabi Ismail Alaihissalam.

Dari kisah ini kita mengambil berbagai pelajaran antaranya adalah ketika kita menerima kebahagiaan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita harus bisa mengontrol diri kita bahagia sewajarnya sehingga kita tidak sampai pada ekspresi-ekspresi yang berupa janji yang itu menjadi ujian kita yang sangat berat sekali sebagaimana ujian Nabi Ibrahim Alaihissalam. Yang kedua seberapa besar ibadah yang kita lakukan jangan sampai membuat diri kita itu menjadi sombong menjadi paling baik menjadi terbaik di antara yang lainnya, karena kesombongan merasa berbangga diri merasa lebih baik akan selalu menerima ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semakin tinggi ibadah seseorang akan semakin tinggi semakin berat pula ujiannya. Oleh karena itu semoga kita semuanya menjadi pribadi yang tawadhu’ pribadi yang rendah hati dan bisa bersosialisasi secara baik dengan sesamanya.

Source: https://youtu.be/9BuOLdpMn0k

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *