Hikmah Bulan Sya’ban: Pelajaran Dari Perubahan Arah Kiblat
![](https://ybw-sa.org/wp-content/uploads/2025/02/Jumat-7-Februari-2025-1024x576.jpeg)
Di antara jalan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan itu adalah senantiasa mengambil pelajaran hikmah dari setiap catatan sejarah Islam seperti yang terjadi pada bulan Sya’ban yaitu perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram. Mari kita renungi Apa hikmah di balik peristiwa yang sangat mulia ini. Kalau kita boleh bertanya “Bukankah ibadah kepada Allah itu dapat kita laksanakan kemanapun kita menghadap?”. Diriwayatkan dari sahabat Al-Barra bin Azib Radhiyallahu Anhu, Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menunaikan shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan di kota Madinah lalu kemudian Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berulang kali mengendahkan wajahnya ke langit seraya berharap arah kiblat itu diubah ke Ka’bah Masjidil Haram hingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian mengabulkan permintaan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dengan menurunkan firmannya surah Al Baqarah ayat 144 قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَاۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ “Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”. Demikian Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabulkan permintaan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang kemudian ditaati oleh seluruh sahabat umat Islam saat itu berbaling mengarahkan kiblat shalat mereka dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram.
Ada tiga hikmah yang sangat berharga berkaitan dengan peristiwa ini:
- Hikmah pertama yang berkaitan dengan keimanan kita. Peristiwa ini menambah keimanan umat Islam terhadap kebenaran risalah Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sekaligus keyakinannya yang bulat atas kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka setiap tuntunan syariat yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala diperintahkan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidak ada respon ataupun tanggapan dari umat Islam. Para sahabat khususnya saat itu kecuali mereka mengatakan “Kami dengar dan kami taati perintah tersebut”. Di sisi lain bagaimana sikap orang-orang kafir musyrik munafik dan Yahudi terhadap peristiwa tersebut? Mereka tentu semakin sengit menolak dan memusuhi risalah Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam hingga membuat-buat isu seputar peralihan kiblat tersebut Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 142 orang-orang yang bodoh itu berkata apa yang menyebabkan mereka merubah kiblatnya dari Masjidil Aqsa yang saat itu mereka tuju ke Masjidil Haram di Ka’bah, sementara orang-orang munafik berkata jika kiblat pertama itu benar maka berarti Muhammad telah meninggalkan kebenaran itu dan jika kiblat kedua itulah yang benar maka berarti sebelumnya ia berada dalam kebatilan. Sementara orang-orang Yahudi berkata seandainya Muhammad benar-benar seorang Nabi tentu dia tidak akan berpaling dari kiblat. Para Nabi kami yaitu Masjidil Aqsa tetapi karena dia telah menyelisihinya maka dia bukan seorang Nabi. Demikian bagaimana orang-orang munafik Yahudi dan orang-orang musyrik memanfaatkan peristiwa itu untuk membuat-buat isu yang kemudian dijawab oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa basanya hikmah utama di balik setiap tuntunan syariat yang diberlakukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam rangka untuk menguji keimanan dan meningkatkan keimanan hamba-Nya senantiasa mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulnya.
- Hikmah yang kedua adalah dalam rangka untuk meneguhkan salah satu keistimewaan ajaran agama Islam sebagai agama wasathiyyah agama modern agama yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip keadilan dan kebenaran tidak ekstrem ke kanan dan juga tidak ekstrem ke kiri. Satu ayat setelah ayat disebutkan mengenai peristiwa perubahan kiblat itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan firmannya “Dan demikianlah kami jadikan kalian sebagai umat wasal umat moderat umat yang adil” yang kemudian ditafsirkan di ayat yang lain “Umat yang terbaik yang dilahirkan untuk seluruh umat manusia”.
Dengan keimanan kita kepada kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bulat akan risalah Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan juga nilai-nilai moderat nilai agama kita agama Islam. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa Istiqomah kekhusyukan kita dalam beribadah kemuliaan akhlak dalam bermuamalah memperkuat tim ukhuwah kita dengan sesama saudara-saudara Muslim saudara umat manusia Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pemateri : Dr. Sugeng Hariyadi, Lc., M.A.
Source: https://youtu.be/TJuIFwQZTe8