kajian
Amal Disertai Ma’rifah Lebih Baik

Amal Disertai Ma’rifah Lebih Baik

Kajian Kultum Ba’da Dzuhur –  Kamis 30 Mei 2024

Pemateri           : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I Lokasi     : Masjid Abu Bakar Assegaf

Salah satu bagian dari hikmah yang disampaikan oleh Ibah dalam hikamnya alamam yang artinya bila Allah membuka untuk satu sisi dari proses ma’rifah maka kamu tidak perlu mempedulikan ketika mendapatkan capaian Ma’rifah itu meskipun amalmu sedikit, “Sesungguhnya Allah tidak membukakan proses ma’rifah untukmu kecuali karena Allah menginginkan untuk memberikan ma’rifah kepada kamu. Apakah kamu tidak tahu bahwa ma’rifah yang Anda dapat adalah Allah yang memberikannya untukmu sementara amal-amalmu adalah apa yang akan kau berikan untuk dia Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan apakah mungkin kita akan membandingkan apa yang kita berikan kepadanya berupa amal-amal kita dengan apa yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita dalam bentuk capaian ma’rifah itu.”

Contoh diberikan atau dibukanya proses ma’rifah oleh Allah kepada hamba-nya adalah umpama seorang hamba bisa siapapun dari kita menyadari dalam hati nuraninya yang paling dalam bahwa Allah itu hadir bersama dia dan selalu melihat dan mengawasi dia dalam kondisi kesadaran semacam itu dia ada dalam tingkatan keimanan yang sangat tinggi bahkan dia ada dalam tingkat Ihsan karena dia ada kesadaran keimanannya yang membuat dia selalu sadar dibersamai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu tingkat Ihsan, karena itu andai kata ketika dalam kondisi macam itu selanjutnya melihat amalnya yang bisa dilakukan ternyata sedikit termasuk karena ada halangan-halangan langit umpama karena sakit atau karena faktor-faktor lain yang membuat dia tidak bisa menjalankan amalan sunnah yang biasanya menjadi beberapa bacaan Qur’an sholawat atau dzikiran pikiran yang lain atau amal lain yang selanjutnya karena halangan tersebut tidak bisa dia lakukan Ibnu Athaillah memberikan penghiburan kepada kita ketika suasana batin kita dalam tingkatan ma’rifah yang semacam itu yang diberikan oleh Allah dan sebagai anugerah Allah jangan terlalu bersedih hati ketika di sisi lain melihat amal kita berkurang karena faktor tertentu contoh secara kasuistis umpama ada seseorang tertimpa sakit karena dia sakit maka beberapa shalat sunnah tahajud witir tidak bisa dia lakukan karena semalaman dia sulit untuk tidur, jika tertidur menjelang subuh dan akhirnya dia bangun sudah waktu subuh bagi yang terbiasa dengan wirid berupa shalat qiamulail dia akan merasa rugi ada kesempatan yang hilang tetapi ketika sedemikian itu bila hati nuraninya ada dalam tingkatan ma’rifah bahwa takdir Allah yang berjalan bagi dia sakit itu adalah wujud dari qudrat dan iradah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ada pada dia maka dia ketika sadar dan kondisi semacam itu dalam tingkatan ma’rifah atau Ihsan semacam itu tidak perlu bersedih hati karena beberapa ibadah yang tidak bisa dilaksanakan apalagi kalau kita menyadari bahwa yang menipah siapun selain sebagai wujud qudrat dan iradah Allah kedatangan atau ditimpakannya penyakit itu kadang-kadang ternyata lebih baik dibanding sehat karena sakit itu kadang-kadang menjadi bagian dari proses untuk meningkatkan kerohanian seseorang menghilangkan kesombongannya menghilangkan rasa bahwa yang bersangkutan menentukan apapun untuk masa depannya dan akhirnya sadar sebetulnya La haula wala quwwata illa Billah kalau ada merasa kemampuan ada daya dan kemampuan membuat rencana dan seterusnya sebetulnya semua itu hanya ketika dibarengi izin Allah mau Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itu ada ungkapan dari para ulama Sufi yang menyatakan “Sesungguhnya sedikit amal saleh yang dibarengi ma’rifah itu lebih baik dibanding banyak amal tetapi tanpa dibarengi” demikian kata Syarah Hikam Yangwi halaman 9 bahkan disampaikan salah satu hadis nabi dalam Hadits Qudsi Allah berfirman “Ketika aku Allah Azza Wa Ta’ala memberikan bala kepada hambaku yang beriman kemudian dia tidak wadul tidak menggerutu kepada orang lain tentang ujianku khususnya kepada mereka orang-orang yang menjenguknya membesuknya maka aku akan memberikan keuntungan pada yang bersangkutan antara dalam wujud dia setelah aku ambil penyakitnya dia akan lebih bersemangat seakan lepas dari ikatan-ikatan yang membelenggunya akan aku ganti untuk dia daging yang lebih baik dari dagingnya yang sebetul yang sebelumnya ada aku nanti pula darah dia dengan darah yang lebih baik dan dengan semua itu dia akan memulai amal yang lebih baik di masa depan”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *