Back

Kitab Al-Hikam: Alkaunu Kulluhu Dhulmatun

Kajian Kultum Ba’da Dzuhur Kamis

Pemateri : H. Tali Tulab, S.Ag., M.S.I

Lokasi : Masjid Abu Bakar Assegaf

Alam Raya seluruhnya itu sejatinya adalah kegelapan hanya menjadi terang tanpa adanya kuasa dan kehendak Allah padanya maka “Barang siapa melihat alam raya ini dan tidak musyahadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala padanya atau seketika itu sebelum atau sesudahnya maka dia telah kehilangan cahaya dalam hidupnya”. Dia termahjubkan darinya pengetahuan makrifat oleh Alam Raya yang di umpamakan dengan mendung yang gelap pada hikmah ini kita diingatkan bahwa Alam Raya ini dulunya tidak ada; itulah yang seakan kegelapan sehingga tidak bisa ditemukan oleh siapapun karena memang tidak ada Alam Raya ini menjadi ada karena iradah dan qudrah Allah untuk menciptakannya karena iradah dan qudrah nya itulah Alam menjadi ada dan akhirnya bisa kita kenali.

Ibnu Athaillah menyampaikan bahwa siapapun yang melihat mengamati menilai apa yang yang ada pada Alam Raya ini kemudian hanya berhenti pada Alam Raya ini tidak mengantarkannya untuk makrifat mengenal sang penciptanya apalagi kalau sampai benar mengingkari adanya sang pencipta seperti yang disampaikan oleh paham materialisme bahwa yang ada di Alam adalah materi yang wujud dengan sendirinya secara kebetulan tidak perlu sang pencipta tetapi bagi orang yang mendapatkan hidayah petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala ketika melihat Alam Raya ini melihatnya sebagai ayat-ayat tanda kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan orang yang demikianlah yang disebut dalam Al-Qur’an Ulil Albab orang yang punya akal pikiran yang cerdas. Dalam Al-Qur’an dinyatakan “Dalam penciptaan langit bumi juga pergantian siang dan malam ada ayat-ayat Allah yang menunjukkan adanya dan kuasanya dan itu dimiliki oleh Ulil Albab. Dalam ayat itu dijelaskan penanda Ulil Albab adalah penandanya. Satu adalah dzikir kepada Allah kemudian yang kedua adalah tafakur tadabur pada Alam yang akhirnya mereka sampai pada kesimpulan adanya sang pencipta begitu kuasanya karena itu mereka bertasbih; itulah penanda Ulil Albab tapi Ibnu Athaiillah perihal cepat atau lambatnya pengenalan ada orang yang ketika melihat Alam Raya ini dengan sangat cepat langsung hatinya terhubung musyahadah pada sang mukawin sang Khaliq yang menciptakan. Ada yang sedikit terlambat melihat mengamati menilainya akhirnya sekian argumen sekian dalil dia pikirkan dan sampai kesimpulan Alam ini ada penciptanya ada yang lebih cepat dari itu yaitu orang yang ahli makrifat bahkan dia mencapai tingkat fana dia tidak melihat Alam Raya ini karena begitu kuatnya hubungan dia dengan sang Khaliq yang ada dalam mata hatinya hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sementara alam raya ini hanyalah karena wujud dan kehendak sang Khaliq tanpa kehendaknya memang sejatinya tidak ada apa-apanya.Ada pembagian yang sedikit menyederhanakan disampaikan oleh Ibnu Ajibah Al-Hani dalam Iqadul Himam Syarah Hikam beliau menyampaikan ketika manusia melihat memperhatikan Alam ada tiga tingkatan, tiga macam manusia. Pertama adalah orang awam yang melihat alam ini seakan menjadi hijab sehingga perlu perjuangan dengan sekian berdalil sekian argumen untuk bisa mengenal sang penciptanya tapi ada juga orang khusus orang mencapai tingkat makrifat yang mereka sejak melihat Alam langsung hatinya musyahadah sambung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahkan bagi orang khusus kelompok yang tertinggi dia tidak memperhatikan Alam yang dia lihat dalam mata hatinya hanya sang pencipta alam tetapi apa yang disampaikan oleh Ulama untuk aman kita penting memegangi ayat Quran yang menyatakan “Dia (Allah) tidak pernah serupa dengan apapun karena itu salah (tidak tepat)” kalau selanjutnya musyahadah itu dipahami dengan teori Hulul bahwa Allah ada pada apapun yang kita lihat di Alam ini. Tidak begitu Sayyidina Ali menjelaskan ketika ditanya Allah Tuhan kita itu ada dimana dia diam sejenak selanjutnya mengatakan “Kamu bertanya tentang tempat di mana Allah tinggal? Padahal Allah ada, tidak ada apapun selain Dia” dan selanjutnya ketika dicipta makhluk Alam Raya ini makan ada tempat ada waktu Allah Maha Suci ada sebagaimana dia ada sejak zaman azali sebelum ada alam ini sehingga tidak layak ditanyakan tempat di mana.

Source: https://youtu.be/koicZB0VI78

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *