Back

Sejarah Isra Miraj

Hari ini Jumat tanggal 3 Januari 2025 kita telah memasuki bulan hijriah bulan Rajab, bulan yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bulan yang dikenang oleh umat Islam sedunia karena di dalamnya terdapat sejarah yang tidak akan pernah terlupakan yaitu sejarah Isra Mi’raj.

Isra Mi’raj adalah sejarah yang istimewa menurut Fahrurozi dalam kitab tafsir Kabir. Beliau menggunakan dua pendekatan dalam memaknai perjalanan spiritual ini yang pertama pendekatan spiritual yang kedua dengan pendekatan rasional. Pendekatan spiritual bahwasanya peristiwa Isra Mi’raj ini tidak sekedar perjalanan fisik tetapi melainkan perjalanan spiritual yang penuh dengan makna di mana di dalamnya terjadi dua perjalanan yang pertama adalah perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan yang kedua adalah perjalanan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha. Syekh Fahrurozi memberikan keterangan bahwa perjalanan ini memuat dua nilai penting. Yang pertama perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dimaknai sebagai sebuah perjalanan yang yang menggambarkan antara hubungan Rasulullah dengan sesama manusia atau lebih dekat dengan pendekatan horizontal. Yang kedua perjalanan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha merupakan hubungan vertikal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Oleh karenanya nilai tersebut dapat kita interpretasikan di dalam dunia kita sehari-hari. Kita harus menjaga hubungan baik dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau yang disebut dengan hablum minallah dan yang kedua adalah hablum minannas atau menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Kalau kita interpretasikan di dalam dunia akademik ini hubungan kepada Allah tentunya kita wujudkan dalam melaksanakan ibadah-ibadah mahd seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Alhamdulillah di Unissula Semarang ini sudah ada budaya yang sangat luar biasa budaya sholat berjamaah yang dikemas melalui strategi BUDAI. Kemudian budaya zakat seluruh pegawai dosen karyawan sudah melakukan zakat setiap bulan melalui potongan gajinya masing-masing. Semoga ini menjadi bentuk daripada hablum minallah kita semuanya. Yang kedua adalah hablum minannas dapat kita reputasikan melalui hubungan yang baik. Dalam tahun-tahun ini kita di Unissula miliki program Birrul Walidain dan takrimul aulad. Ini sebagai cerminan hubungan yang baik antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan dosennya. Terjadi sebuah timbal balik interaksi yang positif yang dapat menggambarkan kehidupan antar sesama manusia yang baik sebagai cerminan dari kita mempelajari perjalanan luar Rasulullah dalam kisah Isra Mi’raj ini.

Yang kedua adalah pendekatan rasional. Kita semuanya tahu bahwa Isra Mi’raj ini tidak hanya satu perjalanan spiritual melainkan sebuah mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun meskipun mukjizat itu diberikan hanya kepada Nabi dan Rasul perlu diingat di dalam aqidah ahlus sunnah wal jamaah, bahwasanya disebut dengan mukjizat itu adalah sesuatu yang tidak normal sebagaimana yang dialami oleh manusia biasa khairul Adah. Tidak sesuai dengan kebiasaan manusia yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Tetapi Allah tidak hanya memberikan sesuatu yang berbeda itu kepada Rasul dan Nabi saja, itu juga diberikan kepada hamba-hamba yang lain. Kalau itu diberikan kepada Waliyullah/Kekasih Allah itu disebut dengan karomah. Lalu bagaimana dengan orang awam atau orang pada umumnya umat Islam seorang mukmin juga diberi keistimewaan oleh Allah yang disebut dengan maunah? Oleh karenanya kita sebagai insan akademik di perguruan tinggi Islam ini mencoba untuk menggali maunah-maunah itu, mencari pertolongan-pertolongan Allah dengan berupaya sekuat mungkin untuk melakukan sebuah inovasi-inovasi dalam sistem akademik ini. Sebagai dosen melakukan pengajaran yang baik, melakukan penelitian yang baik, melakukan inovasi-inovasi melalui penelitian dan juga pengabdian masyarakat sebagai bentuk bahwa kita adalah Insan Sosial yang baik. Kemudian juga bagi mahasiswa belajar dengan tekun untuk meraih prestasi tertinggi sebagai ciri khas perbedaan kita dengan yang lainnya, sebagai interpretasi daripada Maunah atau Khairul Adah yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada umat Islam seluruhnya.

Kesimpulan peristiwa Isra Mi’raj ini adalah yang pertama kita sebagai insan pribadi yang memiliki hubungan dengan Allah secara langsung. Harus memiliki nilai-nilai ibadah yang baik (melakukan ibadah-ibadah fardhu; ibadah-ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan haji) sebagaimana ketentuan yang sudah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Yang kedua menciptakan interaksi yang baik sebagai makhluk sosial baik di dalam kampus maupun di luar kampus (di dalam kampus kita implementasikan dalam bentuk pembelajaran atau bentuk sistem interaksi yang cover dalam program Birrul Walidain dan Takrimul Aulad). Kita sebagai tenaga kependidikan; tenaga pendidik atau dosen. Menghormati mahasiswa, menghargai mahasiswa dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dengan mahasiswa menghormati dosennya dengan baik sehingga terjadi interaksi yang positif. Di Unissula menjadi contoh hubungan interaksi sosial antara dosen dan mahasiswa dalam bentuk hubungan yang sebaik-baiknya. Kemudian yang terakhir adalah kita meningkatkan kekuatan rasional kita sebagai bentuk cerminan pembelajaran daripada peristiwa Isra Mi’raj ini dengan berupaya untuk menjadi insan-insan akademik yang baik melalui pengajaran, pengabdian masyarakat dan penelitian sebagai bentuk pembaharuan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi lingkungan akademik maupun lingkungan sosial lainnya.

Pemateri : Ust. Sukijan Athoillah S.Pd.I., M.Pd.

Source: https://youtu.be/HnbeNt3KIZY

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *