Keteladanan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Di Akhir Hayat

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan jaminan yang sangat kuat siapapun hambanya yang pernah berbuat salah sekecil dan sebesar apapun kalau mau beristighfar dan bertaubat; Allah Subhanahu Wa Ta’ala pasti akan mengampuninya. Berbeda dengan manusia, hak sesama manusia terkadang lebih berat untuk saling memaafkan maka di penghujung tahun ini menyambut lembaran Tahun Baru mari kita persiapkan lembaran amalan-amalan kebaikan kita. Kita hapus catatan-catatan keburukan, kesalahan kita. Mari kita saling memaafkan agar lembaran baru di usia umur yang dipanjangkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala ini dapat kita isi dengan kebaikan, ketaatan dan amalan-amalan ibadah yang lebih sempurna.
Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Suri Tauladan terbaik kita, teladan terbaik yang paling sempurna untuk umat manusia. Begitu mulia sosok Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam di mata para sahabatnya. Namun begitu dalam kerendahan hati dan tawadhu Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada para sahabatnya diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah dan Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu mana tatkala surah An-Nasr diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berduka dan sebagian sahabatnya sadar karena mengetahui sebentar lagi Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam akan dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Meninggalkan mereka Baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata kepada Malaikat Jibril “Ya Jibril, sungguh aku telah bersedih saat ini wahai sahabatku Jibril”. Malaikat jibril memahami dan menjawab “Wahai Rasulullah, akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia. Dan Rabbmu akan memberimu lebih apa yang telah diberikan kepadamu di dunia hingga engkau benar-benar Ridha dengan penuh ketenangan”. Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam naik ke atas mimbar bertahmid bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian bertanya kepada para sahabatnya “Wahai seluruh umat Islam para sahabatku. Aku bersumpah demi Allah dan demi hakku atas kalian semua ‘Barang siapa yang pernah aku zalimi sekecil apapun silakan berdiri saat ini juga dan membalasnya sebelum datang hari pembalasan hari kiamat nanti’”. Para sahabat tentu terkaget suasana mulai tegang tidak satupun yang berani berdiri dan mengaku pernah dizalimi oleh Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam suasana ini. Baginda Rasulullah menanti siapa di antara sahabatnya yang akan berdiri meminta balas kalau ada sekecil apapun perbuatan zalim yang pernah dilakukan Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, lihat sebegitu mulia Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di hadapan para sahabatnya menunjukkan ketawaduannya meminta untuk dibalas kalau-kalau ada perbuatan zalim yang pernah dilakukan tiga kali. Baginda Rasulullah mengulangi panggilan dan permintaan tulusnya itu kepada para sahabat, tidak satupun yang berdiri hingga ada seorang laki-laki sahabat Baginda Rasulullah yang hadir di majelis itu berdiri dengan penuh ketawaduan yang dikenal dengan nama Ukasah. Para sahabat yang lain terkaget kok ada yang berani berdiri memenuhi panggilan permintaan Baginda Rasulullah seperti itu. Berjalan Ukasah hingga berdiri tegak di hadapan Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam suasana yang lebih tegang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mempersilakan “Wahai Ukasah apa perbuatan zalim yang pernah aku lakukan kepadamu silahkan engkau balas saat ini juga”. Ukasah dengan penuh ketawadhuan dan rendah diri, rendah hati bercerita sejenak “Wahai Rasulullah memberanikan diri berterus terang saat itu kita dalam perjalanan pulang dari sebuah kemenangan peperangan aku naik unta dan engkau wahai Rasulullah juga menaiki unta para sahabat juga menaiki unta kuda mereka masing-masing. Saat itu kita berhenti sejenak aku turun dari untaku Engkau tetap berada di atas untamu aku mendekatimu saat aku telah dekat dengan untamu dan dirimu wahai Rasulullah tiba-tiba engkau mengangkat tongkatmu mencambuk untamu dengan penuh kelembutan namun mengenai perutku”. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam saat itu juga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian memanggil sahabatnya Bilal bin Rabah “Wahai Bilal ambilkan tongkatku di rumah Fatimah saat ini juga, biarkan sahabatku ini Ukasah membalas perbuatanku itu”. Berlari dengan penuh perasaan yang bercampur antara bingung sedih dan khawatir Bilal menuju ke rumah Sayyidah Fatimah meminta tongkat Baginda Rasulullah, Fatimah pun terkaget ketika diminta tongkat Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam oleh Bilal. “Wahai sahabat Bilal untuk apa tongkat ini?”. Bilal kemudian sedikit bercinta membawa tongkat itu ke masjid kembali diberikan kepada baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Rasulullah memegang tongkat itu dan menyerahkan sendiri kepada sahabatnya Ukasah “Silahkan wahai Ukasah engkau balas perbuatanku itu”. Rasulullah mempersilahkan dengan penuh kelapangan dada dan Ukasah pun menyambut memegang tongkat itu dan meminta kembali “Wahai Rasulullah saat itu engkau memukul perutku dalam keadaan tanpa sehelai kain pun yang menutupi perutku terkena langsung ke kulit perut”. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun paham dan membuka perutnya terlihat oleh para sahabat termasuk Ukasah. Perut Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berdiri sejak itu sahabat Abu Bakar dan Umar “Wahai Ukasah apakah engkau benar berani untuk membalas perbuatan Rasulullah itu? Balaslah kepada kami”. Rasulullah menjawab sendiri “Duduklah Abu Bakar dan Umar, aku tahu engkau sangat mencintaiku”. Berdiri kembali siapa Ali bin Abi Thalib menantu Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “Wahai Ukasah balaslah kepada menantu Baginda Rasulullah ini”. “Wahai menantuku Ali Bin Abi Thalib duduklah aku tahu engkau juga mencintaiku”. Hasan dan Husein demikian juga berdiri mendekati Ukasah “Wahai Ukasah aku adalah cucu Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam balasan yang engkau berikan kepadaku adalah balasan kepada Baginda Rasulullah, balaslah kepadaku”. Rasulullah berkata kepada kedua cucunya “Duduklah wahai dua cucuku yang paling aku cintai”. Ukasah berdiri kembali mendekati Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memegang tongkat itu dengan kaki bergetar, air mata mulai bertetesan para sahabat semakin tegang. Apa yang terjadi? Tongkat itu kemudian terjatuh, Ukasah memeluk perut Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sambil berkata “Wahai Rasulullah, jiwa ragaku dan seluruh apa yang aku miliki termasuk orang tuaku keluargaku demi hidupmu wahai Rasulullah mana mungkin aku sanggup untuk membalas perbuatanmu itu”. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan penuh kasih sayang menyambut pelukan Ukasah itu dengan tatapan yang sangat hangat. Para sahabat berdiri kembali memeluk satu sama yang lainnya dengan penuh haru berbahagia. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian bersabda “Wahai para sahabatku siapa yang ingin melihat tahu siapa temu nanti di surga maka lihatlah sahabatku ini Ukasah”. Berbondong bondong mereka memeluk sahabat mengucapkan “Selamat wahai Ukasah Alaihi Wasallam, sungguh berbahagia. Selamat wahai Ukasah engkau telah mendapatkan kedudukan yang tertinggi bersama Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam”.
Saling memaafkan akhiri kita tutup lembaran tahun ini dengan saling memaafkan. Kita lepas hak sesama saudara kita agar lembaran baru kita pada tahun berikut ini penuh dengan lembaran-lembaran kebaikan.
Pemateri : Dr. Sugeng Hariyadi, Lc., M.A.
Source: https://youtu.be/s7qoetB_kPo