SEKOLAH ISLAM SULTAN AGUNG
Inspirasi para pendiri kala memadukan langkah yang satu, meleburkan yang terpisah Madrasah Al Falah dengan Sekolah Menengah Islam tiga tahun setelah kemerdekaan RI hingga 1950, menggulirkan sejarah keberadaan sekolah dasar dan menengah YBWSA. Mengarungi ruang dan waktu, dikuatkan oleh kepedulian kepada anak-anak muslim dari semua lapisan sosial agar dapat menimba pendidikan Islam yang kaffah, kurun tiga dasawarsa sekolah-sekolah badan wakaf pun didirikan di Semarang dan di Kriyan Jepara. Satu masa terlewati, sejak tahun 2001 sekolah badan wakaf menyandang nama baru, sekolah Islam Sultan Agung, sebuah citra baru yang menyiratkan elan perjuangan dakwah islamiyah di medan pendidikan yang tak pernah pupus hingga jaman berganti.
Pendidikan Padat Nilai
Para pendiri YBWSA melihat arti penting mendidik manusia yang sanggup memadukan imtak dan iptek sejak dini, sedari awal, dari pendidikan dasar dan menengah. Anak didik dari TK hingga SMA di bawah naungan YBWSA telah diorientasikan untuk siap dididik menjadi calon generasi khaira ummah, generasi yang padu imtak dan ipteknya. Generasi yang dimungkinkan tumbuh dari lingkungan budaya sekolah yang padat nilai yang mampu melahirkan anak didik berkepribadian tinggi, yakni Budaya Sekolah Islami.
Menaungi dua (3) TK, lima (5) SD, tiga (3) SMP, dan tiga (3) SMA, bersama-sama pemangku pendidikan dasar menengah lainnya YBWSA turut mewujudkan tujuan pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: “menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sebuah tujuan mulia yang selaras dengan visi pendidikan YBWSA sejak dahulu.